Entah gimana awal ceritanya, tiba-tiba saja Andy sudah terduduk lesu di toko buku depan sekolahnya. seragam khas SMK Athenna, rok kotak kotak tosca selutut dan atasan kemeja putih lengan pendek masih nempel di badannya yang yaahh gak mungil-mungil amat sih. di sampingnya, ada cowok ganteng yang gak lelah-lelahnya menemani Andy, Dika duduk santai sambil membaca majalah otomotif. his favorit book.
"tau gak sih Dik, diputusin itu gak sakit. yang sakit itu, udah diputusin, tapi masih cinta." seru andy lemas, masih terduduk lesu. udah bener-bener lesu. wajah yang biasanya selalu keliatan ceria cantik walau gak pake make up siang ini bener-bener gak banget diliatnya.
"hmm..tau kok gue." sahut dika sambil masih membolak-balik majalah otomotif yang dia pegang. "kan lo dulu udah pernah bilang itu ke gue." lanjutnya. kini dika melihat Andy, senyumnya mengembang saat dia sadar cewek yang biasanya ngusilin dia kini keliatan kasian banget. bener-bener kasian.
"rasanya pengen nyanyi lagu selamat ulang tahun saking sakitnya." kata andy sekenanya.
"nyanyi aja, ini bukan perpus kok, kalo mau nyanyi ya nyanyi aja."
"kok lo gak ngehibur gue sih dik." andy ngomel. wajahnya yang tadi kasian berubah jadi cemberut. yang seketika dihadiahin tawa oleh dika.
"lah, kenapa gue harus ngehibur elo coba ?yang di putusin kan gue bukannya elo." jawab dika enteng. kembali tenggelam dengan majalah otomotifnya.
"bener juga ya, kan gue jomblo ya, siapa juga yang mau mutusin gue." wajah ceria andy kembali terlihat. cantiiik banget. "trus kenapa coba tadi gue lesu-lesuan gak jelas tadi ?"
".." dika cuma mengangkat bahunya. "yang ada itu harusnya lo yang ngehibur gue."
"trus lo mau gue gimana ?joget gangnam style ?harlem shake ?"
"kalo lo gak keberatan juga gak papa sih gue." dika masih berkutat dengan majalah otomotifnya. andy heran, ini dika gak ada sedih-sedihnya putus sama lia, padahal pas pacaran mereka itu udah kayak madu sama kumbang, celana sama resleting, kets sama talinya, ambulan sama uwiw uwiwnya, gak terpisahkan banget. dan udah lumayan lama juga mereka pacaran hingga akhirnya pada sabtu siang yang panas banget ini, dika diputusin sama lia. entah apa gara-garanya, tiba-tiba aja dika dan andy udah duduk berdua di toko buku, tempat yang bahkan sama sekali belum pernah andy kunjungi, dan bahkan andy gak punya cita-cita sama sekali buat berkunjung ke tempat yang namanya TOKO BUKU.
"dik, kok gue liat liat lo itu gak ada sedih sedihnya sih putus sama lia ? gak patah hati gitu ?"
".." dika menarik nafas panjang. meletakkan majalah otomotif yang sedari tadi dia baca. kedua matanya menatap tajam pada mata andy. "gue cuman punya satu hati, dan itu udah patah jauh sebelum gue kenal sama lia, jadian sama lia. jadi, gue udah gak punya hati lagi buat berpatah-patah ria gara-gara diputusin sama lia. got it ?" kata dika tajam.
"oh ya ? dan siapa yang berani-beraninya matahin hati lo yang cuma satu itu ?" andy gak kalah tajam. matanya yang gak besar-besar amet mencoba melototi dika.
"cari makan yuk, haus nih." dika menarik tangan andy, keluar meninggalkan toko buku. kok cari makan tapi haus sih ? gumam andy. berjalan di samping dika.***
||to part 2||
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar