Selasa, 07 April 2015

memory ~~ D stories

Between #DN #And #Y
(baca between dn and way)

"Andy !!" seru dennys begitu melihat Andy. Andy menoleh, tersenyum dan menghampiri cowok ganteng pake jaket merah yang lagi nangkring di motor maticnya.
"hey, den, apa kabar ?" sapa andy sembari menjabat tangan dennys.
"baik, kamu gimana ?" dennys menjabat tangan andy.
"baik juga, suara kamu masih serak aja." canda andy. membuat dennys tertawa. otomatis tawanya serak juga. "gak usah ketawa deh, gak lucu."
"iya iya, gak ketawa kok."
"..." sunyi selama beberapa detik. antara dennys dan andy cuma saling liat. rasanya kayak orang yang udah 5taun gak ketemu.
"rasanya kayak lima taun gak ketemu ya ?" celetuk dennys, memecah kebisuan yang langsung disambut tawa andy.
"lima tahun ? kita kenal aja baru setaun setengah den."
"masak sih ? perasaan masih baru banget setaun setengah."
"iya emang. emang kamu pikir facebook itu populer taun berapa?2005?"
"emang kita kenalnya lewat facebook ya ?"
".." andy hanya mengangguk. sesaat diam kembali menyelimuti mereka berdua. andy bingung apa yang akan dia omongin,  begitu juga dennys. keduanya tenggelam dalam angan masa lalu mereka. ya, mereka pernah pacaran. 2 minggu setelah mereka kenalan di facebook. dan 2 minggu setelah itu mereka untuk pertama kalinya ketemu, dan 2 minggu setelah itu mereka putus. Tragis lumayan. dan kini, setelah setaun sebulan lebih dua minggu mereka lost kontak, mereka bertemu. *bentar, kenapa serba dua minggu gini ya ?*
"wanna tell me, how could you be here ?" tanya andy.
"wanna see you of course ." jawab dennys mengeluarkan senyumnya. senyum khasnya, dengan sebagian mata menutup.
"gak mungkin.!!" andy tertawa."kamu, datang jauh-jauh dari negara pare,cuma mau ketemu aku ? gak dennys banget."
"eh maksudnya apa gak dennys banget ?"
"aku itu tau kamu den, sekalipun baru kenal plus lama gak ada kabar."
"trus ?intinya ?"
"kamu gak akan jauh-jauh dateng dari pare, ke sekolahku, cuma buat satu tujuan, ketemu aku. emang kamu pikir pare - kediri berapa kilo?3 kilo? 55 kilo dennys."
"ya..terus ?" dennys tersenyum bingung.
"dan itu jauh banget. kamu menempuh perjalanan sejam, siang panas-panas gini, cuma buat nemuin aku, bahkan kamu belum ganti seragam. dan lagi, aku bukan siapa-siapa kamu loh." andy tertawa sadis.
"kata-kata kamu sadis banget. kesannya aku itu makhluk egois dan pelit banget."
"aku gak bilang gitu. aku tau kamu itu orangnya perhitungan banget."
"udah bilang aja aku orang pelit." dennys sedikit kecewa.
"gak usah nyedih gitu deh. jadi kenapa kamu bisa ada di sini ?pacar kamu anak sekolah sini ?"
"sembarangan..gak lah."
"oh iya, type kamu bukan anak kejuruan. type kamu kan anak SMA, jurusan IPA bukan multimedia." andy menggoda.
"gak usah mulai lagi deh,An." GLeKk. jantung Andy sedikit mencelos. seumur-umur dia hidup sebagai cewek bernama Andy. cuma 2 orang yang manggil dia An. yah, dan itu danni,sepupunya yang tinggal di bali,dan udah 10taun gak ketemu,itupun ada title Kak sebelum An, dan dennys. itu udah cukup membuat andy seneng, seenggaknya nama An,cocoklah buat cewek. lainnya mah, manggilnya Nda ndi nda ndi aja. dan setelah lama gak ketemu dennys, dennys manggil dia An lagi. "Hey, kok diem." dennys menowel bahu kanan andy.
"emang aku harus teriak-teriak ?" andy berkata sekenanya. dennys kembali tertawa. "dikira lagi kampanye apa pake teriak-teriak segala." lanjut andy. tersenyum. tak lama kemudian melintas beberapa truk berwarna merah. yang ternyata lagi kampanye sambil teriak-teriak. dennys dan andy kembali tertawa.
"duduk An." dennys mempersilahkan andy duduk motornya. jadi possenya udah mirip orang boncengan naik motor.cuman motornya gak jalan.
"jadi kenapa kamu ada di sini ?mau cari pacar ?" andy kembali menggoda.
"gak lah, mentang-mentang sekolah kamu banyak ceweknya. aku ada kepentingan." dennys menghela napas. menatap andy yang duduk di sampingnya. "sama kamu."
"oh ya ?kepentingan.masuk akal, emang penting banget ya ?kenapa?semalem kamu ketemu malaikat pencabut nyawa,trus bilang kalo hari ini jadwalnya dia nyabut nyawaku gitu ?"
"sembarangan kalo ngomong." dennys menowel bahu kanan andy lagi.
"sorry, I'm just messing up with you."
"..." dennys diam. masih menatap andy tajam.
"gak usah gitu-gitu amat kali liatnya. den, jangan mentang-mentang kamu anak SMA terbaik, jurusan ipa, hidup kamu jadi serba serius gitu, becanda kan gak ada salahnya."
"..." dennys masih diam. dia bahkan gak dengerin apa yang dibilang andy.
"ah, elah den, udah donk. aku tinggal nih." andy mengancam.
"..."
"deeenn..!!" teriak andy. membuat gak hanya dennys,tapi juga beberapa orang yang lewat di sekitar mereka menengok. "jangan bikin takut donk."
"bhahaha." dennys kembali tertawa."kamu masih aja cerewet."
"kamu masih aja ngeselin." andy sedikit sewot. bukan gara-gara dennys yang tadi sunyi beberapa saat. lebih karena malu gara-gara dipelototin orang-orang yang gak sengaja lewat trus kaget pasca andy yang main teriak tadi.
"sorry deh sorry.aku tadi kesini,daftar buat ikutan tes masuk ptn. kan tesnya diadain di sekolah kamu.dan tadi aku gak sengaja liat kamu,jadi deh aku tungguin.kangen sama kamu kali An. setaun lebih gak ketemu." jelas dennys.membuat andy tersipu.
"ooh, kamu ikutan tes itu.nita ikut juga ?"
"nita ? aku udah gak sama nita. kita udah putus."
"What ? Why ?" andy shock. lebih ke seneng sih.*hayah..andy
"kenapa kamu shock gitu sih ? Andy, orang nikah trus cerai aja biasa, apalagi pacaran, trus putus. gak usah shock gitu deh."
"ya, abis kalian cocok banget. aku aja ngiri."
"jeles maksudnya ?" goda dennys.
"apaan sih.jangan mulai deh."
"iya deh nggak.kamu ikutan tes juga kan ?ya ikutan lah den,aku kan murid terbaik di jurusanku,pasti ikutanlah." dennys tanya dan dia jawab sendiri, niru gaya andy ngomong yang padahal gak mirip banget.
"ih, pantes banget."
"beneran kan kamu bakal jawab gitu."
"ih sok tau."
"lah kamu bilang pantes banget."
"iya pantes banget.pantes banget jadi bencong." andy terkikik. begitu juga dennys.dennys meraih tangan kanan andy.
"jadi kamu daftar di ptn mana ?"
"aku gak ikutan dennys."
"what ?why ?" dennys ikutan gaya shock andy tadi.
"ya gak ikutan aja.aku lagi konsen ke ujian kompetensi kejuruanku 2 minggu lagi.kamu tau kan,anak kejuruan ujiannya lebih sulit."
"iya percaya deh.kamu masih kost ?"
"masih.masih kost ditempat yang dulu kok.mau ngenterin aku pulang?"
"boleh." jawab dennys mantap.
"hah, gak gak bencanda kok."
"serius juga gak apa lagi."
"jangan tanggepin semua dengan serius.kan aku udah bilang tadi."
"iya,tapi juga jangan semua dibikin becandaan."
"den.." panggil andy lirih.
"ya ?"
"you're still holding my hand." andy melirik tangan kanannya yang masih digenggam dennys erat.
"sorry.udah sore,aku anter pulang ya.ke kost kamu."
"gak usah den.aku pulang sendiri aja.aku ada temennya kok."
"temen ?temen apa temen ?" goda dennys.
"temen. orang dia cewek kok."
"oh..ya udah, mana temen kamu ?ini udah sore loh,sekolah kamu juga udah sepi."
"oh iya." andy menepuk keningnya pelan.dia inget tadi ada janji pulang bareng sama reyla,temen sekostnya."bentar ya." Andy main cabut. berjalan cepat ke arah sekolahnya. yak, 1.2.3.4.5 baru lima langkah dia balik lagi. "tunggu sini ya den, jangan pulang dulu."
"oke." tuk tuk tuk tuk dennys menunggu.
--5 menit berlalu. saat tiba-tiba andy muncul lagi dengan napas ngos ngosan. "an, kamu kenapa?"
"aduh, sori-sori-sori, lama ya.aku abis nyari temenku,tadi mau pulang bareng.hah,pasti sekarang dia udah pulang." andy menarik napas panjang.wajahnya mulai menyedih.dia takut kalo reyla marah.karena emang temen baiknya itu gampang banget marah.apalagi kalo soal janji yang gak ditepati.bisa bulanan marahnya.andy mencoba mengatur napasnya,saat tiba-tiba ponselnya bunyi. REYLA."mati gue." gumamnya.
".." dennys lebih milih diam.bingung berbuat apa.
"halo rel.sorriiiii.gue lupa.lo sekarang dimana?aduh lo pasti marah banget ya sama gue ?plis jangan marahin gue rel.dan bla..bla..bla." andy berusaha meminta pengampunan Reyla.saking ngerasa bersalahnya,dia bahkan gak ngasih kesempatan reyla buat ngomong. dennys makin bingung. dia ketawa ngeliat andy yang kebingungan.bener-bener lucu,pikirnya."...tadi gue udah mau nungguin lo, tapi..APAH ?" andy teriak sekencengnya.membuat dennys yang tadi senyum jadi kaget. memegangi jantungnya yang serasa mau copot."Kampret lo.gue kepikiran tauk. trus dimana sekarang lo ?udah dikost.lo ga jadi pulang donk.jam segini kan udah gak ada angkot,emm gitu ya, iya deh.sorry banget ya rel,iya ntar gue cerita.iya iya,kalo perlu ntar gue sujud deh di kaki lo.iya relll,abis ini gue pulang. oke,bye..ah dasar monyet ngesot." andy menutup ponselnya.wajahnya terlihat berseri sekarang.
"temen kamu itu sejenis Tuhan ya?pake sujud-sujud segala." komen dennys sambil meraih tangan andy,mengajaknya duduk kayak tadi.
"bukanlah.dia itu udah kayak kakak sih.temen baik deh pokoknya."
"keliatan kok.kenapa kamu sampe panik gitu sih ?"
"abisnya tadi itu aku udah janji,mau bantuin dia,dia tadi kan ujian susulan,nah aku pulang dulu,bantuin dia ngerjain soal.eh malah akunya lupa.ya jadi aku kira dia marah.apalagi liat sms-smsnya dia tadi.ngeri den.dia temen satu kost,kalo misal marahan kan gak asik den."
"I see.yaudah aku anter ke kost deh.ga boleh nolak."
"okey.." motor matic biru dennys meluncur.menyusuri sepanjang jalan Baruna.perlahan menuju jalan kencana,kost Andy.
====
**Ndy, sorry, gue gak jadi nemenin lo.tadi kakak gue main kesini dan jemput gue.gue mau nungguin lo,tapi kakak gue keburu njemput anaknya.sori ya.lo dikost sama dewi, baik-baik ya.see you.besok pagi-pagi banget gue kesini kok.
NB: BESOK lo utang crita sama gue soal cowok itu, utang sujud sama gue.bhahaha
_Reyl.** Andy menghela napas.sia-sia tadi dia ngos-ngosan ngiterin sekolahan.ngelewatin waktu ngobrol bareng dennys.dia melemparkan tubuhnya ke kasur. melepas kaus kakinya. membaca memo yang ditempelkan reyla di helmnya.
"ketawamu fales rell." gerutu Andy. bener-bener sebel.bukan karena ditinggal reyla.lebih karena dia ditinggal berdua sama dewi doank.bahkan andy gak pernah saling ngobrol sama dewi semenjak dia menginjakkan kakinya di kostnya. menurut andy, dewi itu terlalu extreme.ngomongnya gede banget.gak sesuai sama postur tubuhnya yang kecil banget."udah gitu nempelin memonya gak keren banget. di pintu kek. malah di helm. bikin helm gue lecet aja." Andy menenggelamkan mukanya di boneka lumba-lumba nya."ngeseliiiinnnnn." teriaknya di bawah bonekanya.
"kak?Kak Andy? baik-baik aja kan ?" seru dewi yang main nongol di balik pintu.
"sorry sorry. lo kaget ya ?" andy nyengir.
"gak kaget kok. cuma khawatir." kata dewi sambil ngeloyor pergi.
"maksudnya ?" andy bingung. meraih ponselnya yang berdering. "halo.?" katanya ketus."ada apa?"
"ketus banget.marah ya sama aku." kata suara seberang.
"udah deh dan.kalo tujuan kamu dateng ke hidupku cuma mau bikin aku pusing, bingung,dan cuma buat mainin aku.well.SELAMAT,kamu berhasil dan." omel andy. sambil masih menenggelamkan wajahnya di boneka lumba-lumba.
"Dan ?maksudnya ?"
"dan..kamu lupa nama kamu ?" andy makin ngomel.
"An, aku dennys." JLekk. Andy langsung melempar boneka lumba-lumbanya dan langsung terduduk.melepas ponsel yang ada di kupingnya. melihat layar ponselnya bertuliskan nama (dennys_by)."halo, an ?"
"hey, dennys ?ini beneran dennys yang tadi ?"
"iyalah. emang kenapa, kamu udah delet nomer hape ku ya ?" dennys kecewa.
"hah?gak kok,aku gak pernah nghapus nomer kamu.sori sori.abis aku gak liat nama.em..sorry ya."
"iya gak papa kok.kamu lagi nunggu telpon seseorang ?aku matiin ya."
"ah gak kok.kamu udah nyampe ?"
"udah, baru aja parkir badan."
"cepet banget, ngebut ya ?"
"gak juga. kamu udah sujud-sujudnya ?"
"apaan ?sholat maksud kamu?"
"tadi kamu kan..okey lupain aja deh.kamu lagi apa an ?"
"lagi ngomong sama kamu kan." andy tersipu.begitu juga dennys di seberang sana.lagi senyum-senyum sendiri di kolam ikan belakang rumahnya.
"An..kamu lagi ada masalah?mau crita?"
"semua orang punya masalah kali den,termasuk aku.aku yakin kok,di setiap masalah,pasti ada solusinya,gitu juga masalahku.dan kalo gak ada solusinya...ya mungkin itu bukan masalah." dennys tersenyum mendengarnya.
"I agree with you,but are you okay with all those problems?"
"me ?I'm okay. why not ?"
"An.."
"iya..?"
"Aku kangen sama kamu." Pletakkk..rasanya kepala andy mau copot."kamu gak kangen sama aku ?"
"..." sunyi.
"An..kamu masih disana kan ?"
"iya.."
"iya apa? iya kangen apa iya masih ?" goda dennys.
"iya apa ya..iya itu aja deh.hahaha."
"oh ya, abis aku tes,jalan yuk.selama kita kenal,kita gak pernah jalan-jalan deh.kamu sibuk gak ?nonton yuk."
"boleh.pas itu kan aku libur,ada acara sih.tapi bisa disambil jalan."
"okey, aku jemput dimana ?"
"ketemu di lobi bioskop aja.aku bisa berangkat sendiri kok."
"yah, gak romantis banget berangkat sendiri-sendiri." andy kembali tersipu.
"pulangnya kamu anter."
"gitu, tetep ga romantis,ketemu di sekolah kamu aja gimana ?"
"okey. kamu mandi gih, udah malam, aku mau makan dulu,"
"siapp.have a nice dinner."
"thanks." tut tut tut. "aaaaaaaa" andy kembali teriak.dia belum pernah ngerasa seseneng ini.padahal dulu dia sama sekali gak ada persaan sama dennys.dan bahkan sampe mereka ketemu tadi siang dia masih gak ada perasaan apa-apa sama dennys.tapi gak tau kenapa sekarang dia bisa seseneng ini.mungkin karena lama dia gak denger ada yang bilang kangen.
"Kak Andy ? beneran baik-baik aja kan ?" dewi kembali muncul dari balik pintu kamar Andy.muncul dengan wajah (mungkin) berlumuran darah.membuat Andy teriak histeris."kak, kak kenapa ?" dewi panik.
"wajah kamu. wajah kamu kenapa darah semua ?" Andy masih sambil histeris.
"oh..ini.hahahha" dewi malah ketawa."ini strowberry kak.masker stroberi.bukan darah.gak usah histeris gitu deh kak.nih rasain deh. manis kok." dewi mencolek masker merah diwajahnya.
"gaakk..makasih. buruan dibersihin deh.serem tauk." andy mendorong tubuh kecil dewi keluar kamar. karena dewi masih aja ketawa bengis.andy kembali berbaring di kasur empuknya.memandangi layar ponselnya."dennys nelpon gue barusan."
"aaaaaaaaaaaaaa." teriak sebuah suara.melengking banget. membuat andy nyaris menjatuhkan ponselnya.untung aja refleksnya bagus.andy segera berlari menuju ruangan depan. dan menemukan dewi nangis di depan cermin tua kostnya.
"Wi, lo gak papa kan?lo kenapa nangis?" Andy menggoyang-goyangkan tubuh kecil dewi."wi..jangan diem aja.lo kenapa?" Andy semakin panik.dia keinget cerita reyla tentang hantu yang biasa nongol di cermin tua rumah kostnya.
"kak andy." dewi main meluk andy.erat banget.membuat andy yang tadinya panik jadi takut."kak..." dewi masih terisak.
"kenapa wi.kenapa?"
"bener kata kakak.hiks..hiks..aku keliatan serem.serem banget kak." ATDEZING!! Andy langsung melepas pelukan dewi.membuat dewi nyaris terlempar.
"DASAR MONYET NGESOT !!!lo tuh bikin gue jantungan, ketakutan, panik, ngeri.TAUK."Andy mengumpat. mengeluarkan suara melengkingnya.membuat dewi yang tadinya nangis malah ngakak.
"masak sih kak?hehe,ya maaf kak,abisnya dewi takut."
"lo pikir sejak kemunculan pertama lo pake masker darah itu gue gak takut?"
"iya sorry kak.cepetan makan gih,tadi sama bu kost dimasakin nasi kuning tuh."
"gue gak laper," Andy beranjak meninggalkan dewi.
"gak laper tapi meluncurnya ke dapur." cibir dewi pelan.
====
"abis nelpon siapa den?" seru mama dennys.membuat ponsel dennys nyaris nyemplung kolam.
"mama ngagetin aja.nelpon cewek ma."
"siapa?nita?kok lama kamu gak ngajak nita kesini ?"
"dennys udah putus ma sama nita."
"kok putus sih,padahal mama kan udah klop sama dia."
"mama gak trima ?"
"ya gak donk. jarang ada cewek kayak nita."
"kalo gak trima,mama pacaran aja sama nita.beres kan." kata dennys sadis sembari meninggalkan mamanya.
"iya, tapi gantiin mama jadi mama ya." balas mamanya.gak kalah sadis.
"beres ma.."
====
"jadi suami kakak lo,ke luar kota?" tanya andy sambil melahap nasi bungkus yang dibeliin Reyla.
"iya ndy,jadi mungkin seminggu ke depan gue nginepnya di rumah mbak mega.lo gak apa kan kalo di kost tanpa gue?" Reyla berhenti mengepak beberapa buku pelajarannya.
"cuma seminggu kan?dan gue gak berdua doang sama dewi kan?"
"gak lah,anak-anak yang lain ntar sore pada balik katanya.gue sih yang nyuruh."
"oh,eh,lo gak harus ngepak semua buku-buku lo kali" andy komen setelah melihat rak buku reyla kosong melompong.
"oh iya ya ndy.ngapain coba gue ngepak buku gue semua.kan gue juga gak pernah belajar kan." reyla menggaruk-garuk alisnya.berlagak sok serius.Andy menatap reyla masam.lebih ke ingin jambak.
"gimana bisa lo sekolah tapi gak pernah belajar.udah gitu lo selalu masuk 10 besar lagi."
"lah, kan kadang gue nyontek lo ndy."
"monyet ngesot." andy meneruskan sarapannya.
"Monyet ngesot mulu deh,kalo gitu,selama seminggu ke depan,nitip ya,lo bawain buku gue kesekolah.gimana?ide bagus kan.?"reyla kembali mengeluarkan buku-buku yang tadi udah dia masukkin rapi ke kardus.
"kadal bengal.ogah.trus lo bawa apa kesekolah ?"
"kecebong bencong.ya bawa motor lah,biar gue bisa jemput lo,jadi lo gak perlu jalan kaki.dan juga gue bawain lo bekel dari rumah kakak gue,jadi kita gak perlu jajan.Lo inget kan,lo gak pulang.jadi uang jajan lo masih macet tandanya lo kudu hemat."reyla setengah teriak.
"bener juga lo rel.aduh emang lo itu paling bisa ngertiin gue."
"makanya lo dipertemuin sama gue.siput keriput."
"perasaan dari tadi kita ngejekin hewan mulu."
"iya,perasaan tadi pas di rumah,gue mau ngintrogasi lo.soal cowok berjaket merah kemaren.so,who is he ?"
"he is who ?"
"WHO IS HE,sampe lo TEGA ngelupain gue yang lagi berjuang setengah mati ngerjain soal PKN." reyla kembali teriak.
"dennys.gak usah pake teriak deh rel.ntar mulutmu itu dicopot sama ibu kost."
"oke sorry,dennys siapa?selama gue kenal lo,gue gak pernah denger lo nyebut nama dennys."
"dennys.ya dennys.emang gue gak pernah cerita ke elo kok."
"kenapa lo gak pernah cerita?"
"ya itu karena kita belum kenal deket rell.gue sama dia cuma temen fb dulu, jadi,kan gak ada yang perlu diceritain."
"oke,trus sekarang berati lo udah deket?"
"mungkin.gue udah setaun lebih gak ketemu dia.dan gue gak ada rasa apa-apa.dia cuma gue anggap,mantan yang gak penting buat dipikirin. so,ya gue gak cerita,beres kan."
"wait.MANTAN?lo udah pernah pacaran sama dia dan gue juga gak lo ceritain.lo kenal dia kapan sih?SMP?lebih dulu lo kenal dia daripada lo kenal gue?"
"Rel,emang lo kira kita smp taun berapa sih?udah ada FB gitu waktu kita smp?ya duluan kenal sama lo lah,kan lo yang ngajarin gue fb-an."
"dan lo gak ngasih tau gue sama sekali hasil gue ngajarin lo fb-an?"
"..." andy diem.sibuk mencari alasan.
"Ndy,kita temenan udah sejak kita denger nama kita disebut jadi penghuni Multimedia."
"iya gue tau rel,tapi kan lo sendiri yang ngasih tau gue,gak semuanya itu harus diceritain.lagian,emang lo gak bosen apa denger gue cerita mulu?dan juga pas gue pacaran,cuma buat seru-seruan doang,kita juga ketemu cuman sekali,dan pacaran juga gak ada sebulan."
"okey,lupain masa lalu.trus dia ketemu lo kemaren, tujuannya?ngajakin lo balikan?"
"gue sih berharapnya gitu.setaun jomblo tandus juga tauk hati gue."
"tandus,lo kata tanah.trus ngapain dia kemaren,keliatannya kalian asyik banget deh.gue sampe gak tega mau maki-maki lo."
"jadi lo ngamatin.?"
"yaiyalah ndy,lo pikir lo kemaren diapelin dimana?di langit?lo itu diapelin di samping kanan gerbang pas.jarak 3 meteran lah."
"kok gue gak liat lo ?"
"lha gimana lo liat gue,lo liat kanan mulu.lah gue kan di sebelah kiri, anyway, dia manis juga."
"emang.dulu sumpah deh gue ada feeling apapun ke dia.pas jadian,pas diputusin,gue beres-beres aja.makanya gue gak crita."
"masuk akal sih.oh iya,kemaren lo dicariin danar tuh."
"hah,pas kapan?kok gue gak tau,perasaan gue nempel lo terus deh."
"iya,nempel terus sampe akhirnya gue dipanggil bu anjar buat ulangan susulan Pkn,dan lo main nongkrong bareng si dennys."
"oh,jadi abis itu ?ngapain dia nyariin gue?masih inget?eh,maksudnya ngapain dia sekolah kita?"
"dia ikutan tes ptn itu,daftar gitu deh."
"trus lo bilang apa pas dia nyariin gue?"
"ya gue bilang,lo liat aja di depan,dia udah pulang,tadi gue suruh nungguin di depan."
"oh.." andy menghela nafas.begitu juga reyla."lah?trus dia liat gue sama dennys dong rel ?"
"mana gue tau,iya kali.emang kenapa sih?kok gue rasa,lo akhir-akhir ini jarang banget nyebut nama danar,lo ada masalah sama danar.jangan bilang lo gak mau crita lagi."
"gue bingung sama dia rel,sebel banget."
"emang kenapa ndy?crita donk."
"inget kan minggu lalu,pas sekolah kita ikut kompetensi IT,nah pulangnya kan mobil sekolah kita mogok,trus kita dibarengin sama anak smk sebelah,which is,sekolahnya danar?"
"inget-inget lupa sih." reyla nyengir.
"rel, itu baru minggu lalu,masak lo udah lupa?"
"yang lo duduk bareng danar itu kan?trus entah kenapa lo pulangnya langsung lungsuh itu kan?kenapa?"
"lungsuh,emangnya keset.nah pas itu kan kita asyik ngobrol,asli rel,aku itu udah beneran mulai suka sama dia.eh tiba-tiba ada yang telpon.gak diangkat, pas gue tanya siapa yang nelpon, kenapa gak diangkat?tau gak dia jawab apa?"
"apaan?"
"dengan santainya dia bilang,kalo yang telpon itu ceweknya.dia lagi duduk di seberang gue. liatin gue.coba kasih gue alasan biar gak sebel sama dia."
"dia becanda kali."
"Rel, awalnya gue juga mikir gitu,danar kan emang humoris orangnya,tapi itu beneran rel,dia serius."
"..." reyla diam.
"rel,bisa dibilang gue itu beneran suka sama dia.lo tau kan gue emang gampang buat suka sama orang,tapi buat beneran suka sama orang,apalagi cowok itu susah banget.dan selama 6 bulan gue kenal sama danar,gue beneran suka sama dia.gue belum yakin sih,gue cinta apa gak sama dia,tapi..hati gue sakit begitu dia bilang udah punya cewek."
"gue ngerti Ndy.coba gue cari tau.soalnya ndy,kata tere,danar itu belum punya pacar.coba besok gue tanya."
"gak perlu rel,gue udah tanya tere,katanya emang danar udah punya cewek, mereka pacaran udah dari smp.orang pacarnya itu tetanggaan sama pacarnya tere."
"lah,kenapa tere gak ngasih tau kita sih.bukannya dia yang ngenalin danar ke elo.gimana bisa tere nglakuin ini ke elo yang jelas-jelas temennya."
"tere juga gak tau rel,gue taunya kemaren,pas tere main narik tangan gue ke perpus.itu tere baru tau kalo danar udah berpacar."
"gimana bisa dia tau ?"
"pacarnya.gue dapet titipan sorry dari danar.trus tere tanya sorry soal apa?pacarnya bilang soal danar yang selama ini boongin gue."
"gila.bener-bener gila mereka.kenapa lo baru crita.kenapa gak dari dulu,kan kemaren bisa gue gampar tuh si danar." reyla ikutan emosi.
"gue aja masih belum bisa terima kenyataan,gimana gue mau crita rel.gue bingung mulai darimana."
"sabar ya ndy..sorry kalo gue gak peka." reyla mendekap andy.
"gue udah gak apa kok rel,kan kemaren udah diapelin sama sang mantan."
"semut keriput." keduanya kembali ketawa."gue baliknya sore aja kali ya,pas anak-anak udah pada dateng.gue gak tega ninggalin lo sendiri Ndy."
"lah,sendirian,emang dewi kemana?"
"..." reyla mengangkan bahu. merebahkan tubuhnya ke kasur andy."tolong smsin mbak mega donk,suruh jemput sore.gue mau tidur dulu." reyla melempar ponselnya ke Andy,yang sebenernya meleset,tapi sekali lagi,untung aja refleks andy bagus,jadi gak sampe jatuh.
====
Andy kembali cengingisan setelah menekan tombol reject di ponselnya.ini udah ketiga kalinya dalam 4jam terakhir.hal ini membuat reyla sedikit merinding.begitu juga tere yang diam-diam liat andy dari seberang kelasnya.dan akhirnya dua sejoli, reyla dan tere sepakat mengadakan pertemuan diam-diam pas jam istirahat pertama.
"rell, lo yakin gak mau nenemin gue ke perpus istirahat pertama ntar?" tanya andy yang langsung dihadiahi gelengan oleh reyla.
"sorry ya ndy, ntar gue mau ke kantin, kan gue ada wawancara sama bu kantin." reyla bohong. "tugas b.i tadi." imbuhnya.
"oh iya, lo dapet tugas yang hubungannya sama makan ya."
"yupp."
"kalo gitu gue ikut elo deh. siapa tau gue bisa bantu."
"hah ?" reyla bengong. bingung. gak enak banget dia mau nolak. tapi kalo dia ngijinin andy ikut..reyla gak bisa bahas apa yang sebenernya terjadi sama tere."gini ndy, bukannya gak ngebolehin. tapi, untuk kali ini, biarin gue ngerjain tugas sendiri ya,masak gue sampe ntaaaar ngerepotin lo mulu, nyontek lo mulu, nganiaya lo mulu ?" reyla memasang tampang serius yang langsung disambut senyum oleh andy. bukan karena reyla yang masang tampang seriusnya, lebih karena andy melihat siapa yang sedang menggetarkan ponsel digenggamannya.
"gue setuju deh sama lo, tapi gue gak ngerasa lo ngerepotin gue rell." kata andy serius sambil melenggang ke luar kelas. menerima telpon.
===
Andy sedang berdiri di depan sekolahnya sambil tersenyum sesekali menanggapi sapaan teman-temannya. hatinya sedang sangat bahagia siang menjelang sore itu. andy sendiri gak tau kenapa bisa sebahagia itu. apa yang mambuat dia bahagia banget pun dia masih mikir. yang andy tahu, hal senyebelin dan semenyakitkan apapun hari itu gak berasa apa-apa buatnya. termasuk saat sosok ini menghampirinya, dan main ngagetin andy. sosok yang seminggu terakhir ini membuat andy kehilangan nafsu makannya.
"hay ndy, nunggu siapa ?" sapa dannar, mencoba ramah. sebenernya dannar sendiri sedikit gak pede ketemu andy, setelah apa yang dannar lakuin sama andy. tapi dannar sendiri gak bisa bohong, setelah kebersamaan dannar sama andy 6bulan terakhir, dia bisa dibilang, gak semangat jalan kalo belum ngeliat andy. seenggaknya, itu yang dia rasain selama seminggu terakhir.
"hey, dannar. kok disini ?" balas andy gak kalah ramah. sambil mengeluarkan senyum cengingisannya.
"emm..mau liat aku ada di kelas mana tes besok." jawab dannar.
"oh, kamu ikutan juga ?"
"iya, kamu juga ikutan kan ?"
"gak kok, udah duluan ada tugas."
"oh..kamu kok belum pulang ?tadi aku liat reyla sama tere udah pulang."
"iya,mereka mau ke kost dulu."
"oh,mau aku anter pulang ?"
"gak usah." andy kembali senyum. sejenak keduanya terdiam. andy sibuk dengan ponselnya. dannar sibuk mengamati perubahan andy.bukan perubahan fisik, tapi sikap andy. harusnya andy marah besar padanya,tapi ini, andy malah tersenyum ramah padanya. apa yang sebenernya andy lakukan?apa andy cuman pura-pura, atau emang andy gak marah?
"aku pikir, kamu marah sama aku ndy." seru dannar.
"marah ?kenapa harus marah ?"
"karena aku bohongin kamu. dan selama seminggu lebih kamu gak ngehubungin aku sama sekali."
"..." andy diam. dia gak mau ngerusak mood nya yang lagi hepiyepi hari ini.dengan pertanyaan dannar barusan. "aku gak marah kok. mungkin belum." jawab andy. kembali tersenyum. baru saja dannar mau membuka suara, sebuah motor matic lengkap dengan jokinya,berhenti di depannya. dan andy menghampiri motor itu. "duluan ya." seru andy. sudah siap menaikki motor. si empunya motor membuka kaca helmnya. tersenyum pada dannar.
"cowok itu lagi. siapa sih dia?keliatannya andy bahagia banget sama dia." gumam dannar. dari kejauhan, dua pasang mata yang sedari tadi mengamati kembali heboh. siapa lagi, tere dan reyla.
"andy itu kayaknya bener-bener ada yang gak beres ter,"
"bener la,dia kan harusnya marah sama dannar, tapi lo liat ?tadi dia malah senyum-senyum gitu sama dannar."
"iya, gak andy banget kan ?jangankan sama dannar yang udah mainin dia,sama gue aja yang kadang lupa pake handuknya di kost,dia marah banget.harusnya kan andy juga marah sama dannar."
"something wrong nih la.kita harus cari tau."
"iya re, makanya gue ngajak lo ketemu gini."
"eh bedewe, cowok tadi itu siapa?"
"mantannya andy."
"oke lo cari tau tentang dia."
===
"cowok yang tadi siapa An ?" tanya dennys sembari mengambil gambar andy yang lagi minum es.
"dennys, apaan sih. posseku jelek banget tauk." andy mengomel dan merebut kamera di tangan dennys.
"bagus kok, natural banget."
"jelek."
"cantik."
"..."andy diem lagi. tersipu malu dikatain cantik.
"an..jadi siapa cowok yang tadi ?cowok baru kamu ?"
"ih bukan..mantan calon cowok baru."
"ha?maksudnya?jadi kalian dulu pernah deket?"
"iya den, trus tiba-tiba dia bilang kalo udah punya cewek jauh sebelum aku sama dia deket.jadi aku ngundurin diri aja."
"hahaha." dennys ketawa. "ngenes banget. trus kamu udah terlanjur cinta mati gitu sama dia ?"
"cinta mati, apaan lebay banget. kalo cinta gaknya sih ga bisa mutusin, yang jelas aku udah care banget sama dia, gitu juga dia, udah kayak..emm..apa ya..lebih kayak kakak adik sih kalo dipikir-pikir."
"trus kamu gak marah dibohongin gitu ?"
"marah lah."
"tapi tadi kamu masih akrab-akrab aja sama dia."
"gak tau juga sih, harusnya aku makan aja ya dia."
"serem amat."
"bayangin den, enam bulan aku jalan sama dia, tapi ternyata dia udah punya pacar. udah dari smp pacaran malah."
"emang kamu gak cari tau dulu apa dia ke temen-temennya atu di apanya gitu ?"
"sama sekali gak." andy ketawa. "aku malah jadi ngerasa bersalah banget. kasian banget deh ceweknya. pasti kesepian tiap weekend gak diapelin dannar karena tiap weekend dannar jalan sama aku dan temen-temen."
"oh, namanya dannar ?yang kamu salah pas telpon sabtu lalu itu ?dia barusan ngeAdd aku tadi."
"serius ?kapan ?"
"pas tadi barusan nyampe taman, pas kamu tadi beli es. aku sign in Fb."
"trus kamu accept ?"
"iya, kan aku liat di berteman sama kamu." dennys nyengir.
"can we please change the subject ?"
"okey, sorry. jadi kenapa sekarang kita kesini. kan aku mau ngajakin kamu jalan."
"lhah, kan janjiannya kita jalan besok abis kamu test dennys."
"oh iya, trus ngapain tadi aku kesini ?"
"gak tau, kamu ngapain tadi ngotot mau main ke sekolah ?"
"gak tau juga." denny kembali nyengir. "kangen sama kamu kali An, emang kamu gak kangen ?"
"tanya gitu terus deh." andy tersipu, kemudian mengambil gambar dennys yang lagi senyum, manis banget.
"tuh kan ganti kamu deh."
"eh, aku baru sadar kamu ganteng banget pas lagi senyum den." Andy menunjukkan hasil jepretannya tadi pada dennys. sekarang giliran dennys yang tersipu."den, mendingan kamu sekarang pulang aja deh, trus belajar, besok kan kamu test."
"oh don't worry, aku kesini tadi udah bawa modul kok, aku bisa belajar disini ditemenin kamu." dennys senyum.
"..." jeprett, andy kembali mengambil foto dennys."kamu tau den, kenapa tadi aku masih bisa senyum sama dannar ?"
"..." dennys mengangkat bahu.
"because of you."
"me ? why ?"
"aku berasa kayak dapet satu ton energi positif begitu tadi pagi buka mata, kamu nelpon aku dan bilang mau ketemu aku."
"..." dennys kembali tersipu. "becanda."
"serius den, makanya tadi aku masih fine aja sama dannar.thanks ya deeenn." entah sadar atau gak, andy nyandarin kepalanya di bahu dennys yang baru aja mau baca buku kimia.
"iya, sama-sama.aku seneng kalo kamu seneng."
sejenak mereka terdiam,gak ada suara.sampe beberapa menit kemudian ponsel andy bunyi.
-kita butuh penjelasan.- sms singkat dari tere. andy terlihat panik.
"ada apa An ? udah disuruh pulang temen kamu ?"
"heheh." andy cengingisan."iya den, temen aku yang dulu itu."
"oh, gak apa aku anter, udah sore juga."
===
Andy udah ngerasa kayak tersangka kasus pencurian timun di ladang pak RT sore menjelang malam ini. dua mata bulat memelototinya, sementara dua mata lagi, yang radak sipit berusaha melotot juga. tapi apalah daya, sepertinya dia ngantuk banget karena sesiangan dia gak istirahat kayak biasanya. dan malah ngawasin sohibnya, Andy lagi pacaran. Kamar kost andy yang biasanya rame, ceria penuh warna tiap dikunjungi dua makhluk ini, sekarang berubah mencekam kayak ruang introgasi di kantor polisi rusia. Andy sesekali melirik ke arah ponselnya yang beretar-getar daritadi. kemudian melirik ke arah dua pasang mata temannya yang sebenernya sih gak menakutkan, lucu banget malah.
"jadi, lo kenapa ndy ?" tere akhirnya ngomong.
"gue gak apa-apa tere ?emang gue kenapa ?"
"lo aneh ndy."
"aneh kenapa sih ?gue biasa aja ?"
"kenapa tadi lo gak marah sama danar ?" reyla to the point. karena udah bener-bener ngantuk dan gak mau memperpanjang masalah.biar bisa cepet-cepet bobok.
"kk..kkalian tau dari mana gue tadi ketemu danar ?" andy mulai gagap.
"gak penting. jadi kenapa ?"
"ya, gue ngerasa, buat apa juga gue marah sama dia ?untungnya apa ?"
"ya karena dia udah bikin lo sakit hati lah Ndy, dia udah bikin lo murung seminggu." Tere mulai gemas dengan sikap andy yang menurutnya gak logis.
"awalnya gue mau marah re, sumpah, cuman gue gak mau aja ngerusak mood gue yang lagi bagus banget dengan gue marah sama cowok gak jelas macam danar."
"gue udah bilang ke elo kan Re, ada cowok yang satunya tadi makanya dia gak marah." kali ini Reyla berbisik ke Tere.
"jadi kalian cuman butuh penjelasan ini doang ?" Andy bangkit dari duduknya.
"lo mau kemana ?"
"pipis Rell, gue udah kebelet nih."
"yaudah buruan, kita masih mau nanya banyak."
"gak bisa besok-besok aja ? gue janji gue bakalan crita, break pertama, di kantin." dan andy langsung ngacir ke toilet.
"lhah ndi, besok kan kita libur.." kata reyla setengah teriak.
"besok malem.." sahut andy dari kamar mandi.
===
Andy melenggang santai di koridor lantai 2 sekolahnya sambil sesekali menyibakkan rambutnya yang berterbangan ditiup angin. langkahnya berjalan pasti menuju kelas yang biasanya dipake untuk jurusan akuntansi. tepat di ujung korodor.

Irresistible - Love begin

"kamu yakin ini sekolahnya ?" tanya viona tak percaya sesaat setelah mobilnya berhenti.
"iya kak." Jawab Fellen sambil melepas seatbeltnya. Viona menganga tak percaya melihat bangunan tua di depannya. Cukup mungil untuk dijadikan sekolahan. setidaknya jika dibandingkan dengan sekolahan Fellen.
"sekolah kecil gini untuk anak sma ?" Viona meyakinkan Fellen sekali lagi. Fellen hanya mengangguk. karena jujur, sekalipun Fellen sudah mengetahui keberadaan sekolah itu hampir 2 tahun, dia masih saja tidak percaya, bangunan tua dan kecil itu layak disebut sekolahan. apalagi untuk anak setara SMA. dan herannya, gak sedikit orang yang bilang ini sekolah favorit. apanya yang favorit ? "mbak bahkan baru tau ada sekolahan di tempat ini."
"aku berangkat dulu, kak, see you." kata Fellen yang sekarang sudah berdiri di depan kaca mobil viona. nah tuh anak kapan turunnya. Viona menggumam. mungkin aku terlalu khusyuk mengherani sekolah itu kali ya. "ati-ati Fel." Viona setengah berteriak. Fellen mengacungkan jempolnya. perlahan mobil Viona berangsur dari SMKTI. Fellen sedikit ragu memasuki gerbang smkti. sebenernya bukan gerbang, lebih jujur disebut pagar. tinggi besi berawarna hijau tua itu, jika dibandingkan dengan yang ada di rumahnya aja, masih tinggian yang ada dirumahnya. mungkin 2 kali lebih tinggi punya rumahnya. Finnaly, Fellen memasuki pagar hijau yang separuh terbuka. jam di tangannya menunjukkan pukul 7.25, tapi sekolah itu masih sepi. padahal ini hari senin. berbeda jauh dengan sekolahnya yang tiap hari senin, jangankan pukul 7.25, jam setengah enam aja udah rame banget.
"Fel.." panggil seseorang. sepertinya cowok. Fellen berhenti. "kamu Fellen kan ?" dan orang itu sudah berdiri di depan Fellen. seekor cowok ganteng. *bentar, seekor ? cowok ganteng, tinggi, sedikit poni samping. tersenyum pada Fellen. DION. teman smpnya dulu. oh, iya dia kan sekolah disini. Fellen tersenyum.
"hai. gimana kabar..kamu ?" Fellen berkata sopan. *menurut Fellen sendiri.
"baik, kamu beneran Fellen kan ?" Dion meyakinkan. dia gak percaya kalo misal sosok didepannya adalah Fellen. Fellen temen smpnya dulu.
"iyalah. emang ada gitu Fellen imitasi." Dion tersenyum.
"gimana kabar kamu ?"
"not bad." Fellen tersenyum, namun setelah melihat sekeliling, senyumnya mingslep."but not at all good." Fellen nyengir. Dion ikutan liatin sekeliling. belasan pasang mata memandang penuh tanya pada dion. dan Fellen juga tentu. bukan karena reuni dadakan Fellen dan dion. lebih karena serangam Fellen yang....Mencolok. banget. emang sih sama abu-abu putihnya. tapi beda wujudnya. seragam smkti roknya span selutut (ada sih yang rada diatas lutut) dan atasannya dimasukkan. sementara Fellen. dari roknya aja udah mencolok banget. roknya model pleats (lipit-lipit) panjang lagi. dan atasannya kemeja putih press body sepinggang dan dikeluarkan. mencolok banget kan. apalagi untuk ukuran sekolah SMK Negeri yang harusnya bajunya dimasukkan. SMKN2 tempat Fellen sekolah memang unik kalo soal Fashion. setingkat lebih modis dari sekolah lain. apalagi sepatu kets hitam merah Fellen yang lumayan ngejreng. Sejenak dion juga ikut memandangi Fellen. menarik, pikirnya. seorang Fellen yang dulu rada cupu, sekarang berubah jadi kayak model.
"apa liat-liat ? gak pernah liat cewek pake rok panjang ?" omel dion dengan suara agak keras dan dibuat sok galak. "dia temen gue, mau sekolah disini."
"siapa dia don." celetuk Galih, cowok dengan rambut cepak yang berjalan mendekati dion. Kurus, dan agak item. jika dibandingkan dion ya masih iteman dia. Fellen sepertinya pernah melihat wajah itu. tapi entah dimana.
"nama gue dion, bukan doni. dia temen gue, kenapa ?"
"kayak pernah liat. dimana ya ?" Galih nampak berikir. "em..sirius centaurus bukan ?" Galih menebak. membuat dion bingung.
"iya..eh, kamu..human error ya ?"
"great. bener banget. wah, gak nyangka bisa ketemu kamu. kamu cantik."
"biasa aja." wajah Fellen memerah.
"kamu udah kenal dia fel ?" dion heran.
"iya, temen chat, di." Fellen nyengir. dia memang hobi chating.
"jadi kamu pindah kesini Fell ? emang kenapa pindah ?" dion kembali teringat kehadiran Fellen dalam rangka apa.
"gak kok, aku ikutan student exchange, tau kan ?"
"oh, iya tau. pacarku sempet jadi kandidatnya." cerocos Galih, Fellen mengerutkan kening. ada gitu cewek yang mau sama Galih ? **upss becanda, dia manis kok.
"sekelas sama aku donk Fell. sama Rico juga." Dion nyengir.
"aku anak multi, di, bukan Tkj."
"oh iya..kirain udah pindah jadi anak Tkj. eh rico udah tau ?"
"Belum. dan please jangan kasih tau."
"Bentar-bentar, kamu kenal rico ?kamu mantannya rico ya jangan-jangan ?" Galih menyelidik. Fellen diam. Nyengir kemudian. "wah, jadi lo yang udah nyakitin rico ?"
"gue diputusin. ada juga dia yang nyakitin gue." Fellen setengah membentak. wuzz..sebuah motor berwarna item sejenis motor M-Pro melintas. melewati Fellen, wahyu dan dion. Fellen tau itu motor siapa. Motor Rico pasti. dan Fellen sama sekali belum siap kalo ketemu Rico sekarang.
"well, nice to see you. I think I have to go soon. There's something I have to do." Fellen senyum dan langsung ngibrit. meninggalkan dion dan wahyu dalam bengong.
"Jadi yang.." Galih menggantungkan kalimatnya.
"iya.." jawab Dion masih melihat Fellen yang berjalan dengan cepat. entah menuju kemana. padahal kelasnya di seberang mereka ngobrol tadi.
"Jadi bukan.."
"Bukan."
"eh, tapi dia tadi ngmong apa ?yang pake bahasa inggris."
"lo gak tau ?"
"yah lo kan tau gue keterbelakangan kalo soal bahasa inggris."
"intinya, ada yang mau dia kerjakan."
"oh..sayang ya kalo misal Rico mutusin dia." kata Galih sok dramastis. Dion mengangguk pelan. matanya masih terpaku pada Fellen yang sekarang berhenti di depan ruang kepsek.
"apa pagi-pagi gini sebut-sebut nama gue ?" bentak seseorang dari arah belakang Dion dan Galih. tanpa menolehpun Dion dan Galih udah tau . Rico. iyalah kan mereka cuma nyebut nama Rico.
"eh, lo Co, udah dateng lo..pagi amat." Dion nyengir.
"eh elo, Don. pagi amat gini udah bikin gue naik darah aja." Rico balas nyengir. Ngeri tapi menurut Dion dan Galih.
"Nah, kenapa lo jadi ikutan Galih panggil gue don sih."
"ganti aja deh nama lo jadi doni. Ribet manggil dion." kata Galih sambil ngrangkul bahu Rico. Rico langsung mengamini kata Galih barusan.
"lo kata enak ganti nama. susah tauk. kalo gak cocok, gue bisa sakit-sakitan."
"ah lo kayak gak pernah sakit aja sih." Rico mencibir. karena dion emang sering sakit. kena air ujan setetes aja udah gak masuk sekolah. "gue ke bu rini dulu ya. pagi buta gini gue ditelpon suruh ngadep nih. heran." lanjut Rico, melepas rangkulan Galih. serentak membuat Galih dan dion kaget. dion melihat Fellen masih berdiri di ruang kepsek. kalo rico ngadep bu rini, pasti ya ketemu. nah..
"eh.. bu rini tadi bilang ke kita, katanya lo gak usah nemuin dia." Galih bohong. dion bengong. bahkan dion yang dateng pagi aja belum ketemu bu rini. ini malah Galih, yang barusan nongol udah main bilang bu rini bilang ke kita. kapan ngomongnya ? Rico mengerutkan kening. tapi toh dia percaya sama Galih.***
"Pagi anak-anak." kata bu Rini sesaat setelah memasuki kelas Tkj.
"Pagi buuu.."jawab murid serentak. sesaat selanjutnya seorang cowok ganteng, rada bule dikit ikutan masuk kelas Tkj. semua siswa terpesona sedikit ngelihat tuh cowok. Yang cewek aja sih yang terpesona. nah yang cowok mah pada males. cowok malang mana nih yang mau-maunya sekolah disini ? pikir Rico.
"kalian inget Student exchange yang seleksinya beberapa minggu lalu ?"
"inget bu,.."
"hari ini udah dimulai, dan cowok ganteng disebelah saya ini yang mewakili jurusan TKJ SMKN 2 menggantikan bayu. silahkan kenalan."
"kenalan ?" tanya egi polos. "eh, sorry. nama saya Erza Galang Ivander, panggil aja Egi. Terima kasih." kata egi singkat. Bu rini memandangnya heran. "ada apa bu ?"
"oh, gak. cuma itu yang mau kamu bagi pada yang lain ?"
"maksud ibu ? emang saya harus bagi apa ?"
"oh gak, lupakan." terdengar cekikikan dari beberapa murid. "baiklah, coba saya carikan kamu kursi." mata bu rini menyapu keseluruhan ruangan. mencari tempat duduk yang strategis buat Egi. "di sana." bu rini menunjuk bangku kosong 2 dari belakang dan 4 dari sebelah kanan. "di samping Rico."
"tapi bu, ini kan bangkunya Wahyu." protes Rico.
"wahyu gak masuk." jawab bu rini singkat.
"jadi saya duduk di ?" ****
"hey, jadi kamu mantan pacarnya rico ya ?" seru cewek mungil berambut lurus sebahu. Fellen hanya tersenyum tipis. "gue bela, temennya dea, tau kan ?"
"..." Fellen berpikir. dea temen baiknya Fellen dulu sebelum dea akhirnya milih buat pindah jurusan. "iya, inget, kamu juga kan yang suka ngasih info aku tentang rico."
"iya bener banget, jadi kamu yang dikirim buat jadi wakil SMK 2 ?" tanya bela semangat.
"iya, satu-satunya yang mau dipaksa."
"hah ? dipaksa ?" Fellen nyengir. "dipaksa gimana ?"
"alah, gak penting kok." Fellen membuka halaman pertama buku kimianya. menenggelamkan wajahnya kedalam angka-angka dan huruf-huruf yang membuat pusing. menghindari hujan pertanyaan dari seluruh penghuni kelas multimedia smk barunya yang sekarang mulai memandang penuh tanya pada Fellen.
"ngapain ?" seru bela, menyapu semua pandangan aneh teman sekelasnya. "baca tuh tugasnya." Fellen melirik bela, dalam hatinya dia berterimakasih banget pada bela.***
Yeda berdiri di depan gerbang smk ti sekitar 15 menit yang lalu. tangannya masih nempel dikupingnya. jam di tangan satunya udah nunjukin pukul 12.45, tapi Fellen gak keluar-keluar juga. Seragamnya udah hampir basah karena keringat.
"sial, panas banget lagi." gerutunya.
"hey, sori lama." celetuk Fellen dari belakang yeda. penampilannya gak beda jauh dari yeda. basah karena keringat. Fellen mengelap keningnya yang banjir keringat.
"aku yang kepanasan, kenapa kamu yang banjir keringat gitu Fell ?" Fellen melongo.
"bentar ?kenapa jadi aku ?"
"hah ? emang tadi gue bilang aku ya ?"
"ya ampun, iya yeda."
"masak sih ?" yeda mikir. "biarin deh, lagian kita ini udah hampir sebulan pacaran, masak manggilnya masih lo gue-an."
"daripada aku kamu-an. males banget."
"gak romantis."
"biarin."
"naik !!"
"oke." dan Fellen main naik motor matic yeda.
"ah elah, kenapa duduknya gitu sih ?emang lo kira kita lagi naik pegasus ?" protes yeda ngelihat Fellen duduk miring, kaya berby yang naik pegasus gitu.
"..." Fellen diam. pura-pura ga denger.
"turun."
"ogah."
"ch, turun dong Fell, naik kayak biasanya kan bisa."
"Yeda, gue ini pake rok panjang."
"biasanya juga pake rok panjang, naiknya gak gitu."
"kalo gitu biar aku yang bonceng." Fellen turun dan mbajak stir motor yeda.
"eh, anarkis deh. naik belakang Fell. kalo gak nurut, gue iket nih." yeda nyodorin ikat pinggangnya yang belum sempet dia pake gara-gara keburu jemput Fellen.
"..." Fellen menghela napas.
"buruan Fellen sayang, gue bentar lagi masuk sekolahnya."
"iya iya." gerutu Fellen, kemudian mengangkat roknya agar bisa naik.
"eh, gak usah tinggi-tinggi juga kali."
"biarin, buruan jalan." Yeda langsung tancap gas. berlalu dari smkti.
"gimana sekolah disana ?"
"ngebosenin..." Fellen menceritakan semuanya pada yeda, yeda tersenyum tipis. sambil memegang tangan Fellen yang melingkar dipinggangnya. dari jarak beberapa meter, sepasang mata memandang mereka. antara percaya atau gak dengan apa yang dia lihat.
"apa cewek tadi itu dia ? ngapain dia disini ? dan cowok tadi ?" gumamnya. Rico menggosok-gosok hidungnya. BUKAN. dia bukan cewek itu. pasti gue salah liat.***
"Fell, udah dua hari kita disini, kok gue baru ketemu lo sekali ini ya." tanya egi di sela makan siangnya di kantin.
"iya, lo kemana aja gi ?" tanya Fellen sambil tetep melahap mie baksonya.
"lah, lo yang kemana aja. gue mah udah menjelajah isi sekolah ini."
"oh iya, gue dikelas aja." jawab Fellen datar. membuat egi nyaris nelen sedotan jus jeruknya. "kenapa lo ?"
"lo di kelas aja ?"
"iya."
"bukan lo banget."
"maksud nya ?"
"gini, gue tau lo itu pinter Fel, tapi menurut gue, pengamatan gue, selama gue tau lo, lo itu paling anti banget stay dikelas aja. seharian penuh. gak keluar sama sekali."
"hahaha." Fellen ketawa garing. "iya sih, something wrong."
"kemarin gue ngeliat yeda tuh. lo dijemput dia ?"
"iya, kakak gue ga bisa jemput, motor gue juga masih di bengkel. nah dan sepeda gue, capek gue naik sepeda." Fellen membanting sendoknya pada suapan terakhir mi ayam baksonya. membuat seisi kantin ngliatin dia. "eh sorry." cengir Fellen.
"kenapa gak bareng gue aja Fell ?"
"gak ah, gue kan udah punya cowok, lo juga punya cewek kan." Egi mengangguk. Segrombolan cowok memasuki kantin, dipimpin oleh siapa lagi ? Rico. dion, galih dan wahyu yang baru masuk sekolah, trus beberapa anak cewek juga, berjalan dibelakang rico. mereka mengambil tempat duduk di samping Fellen dan egi. Rico mengamati egi, dengan tatapan menghina. kemudian beralih ke cewek di depan Egi. sepertinya rico pernah melihat cewek dengan penampilan yang seperti itu. rok lipit panjang, seragam lengan panjang yang dikeluarkan. tapi cewek ini lengannya di lipat hingga sesikunya. rico inget bener cewek yang biasanya berseragam model gitu. matanya sedikit menyipit ke bagian bawah. sepatu cewek itu. jenis sepetu kets, merah hitam, sama seperti yang dia pake. Rico mengamati wajah cewek itu dengan seksama. teliti dan hati-hati. dan gak salah lagi.
"hey Co, bengong aja." seru dion sambil nepuk bahu rico keras-keras. nampaknya dion tau kalo rico lagi liatin Fellen. dion mencoba ngalihin perhatian rico.
"kampret lo. sakit tau."
"maaf co, lhah, lo, bengong aja. liatin apa sih ?"
"ah gak, bukan sesuatu yang penting." jawab rico datar, tapi toh dia masih kembali mengamati Fellen yang sekarang lagi asyik ngemut loli. kemudian beranjak. diikuti egi yang juga beranjak. Fellen gak sengaja ngliat gerombolan rico, dan otomatis ngeliat rico yang lagi ngliatin dia juga. secepat mungkin Fellen nyembunyiin wajahnya dibalik punggung egi saat sebuah suara menggil dia.
"Fell, tunggu bentar." bela. berlari-lari kecil dari arah belakang Rico. "ikut ke perpus bentar yuk." bagus. tamatlah riwayat gue, pikir Fellen.
Brakk. !!
"siapa diantara kalian yang gak ngasih tau gue, kalo cewek itu ada disini ?" kata rico setelah menggebrak meja. marah.
"siapa ? cewek siapa sih ?" jawab wahyu polos.
"cewek yang sama cowok tadi ?" kali ini yunita, yang bicara.
"banyak kali cewek yang sama cowok." wahyu berpolos lagi.
"cewek yang pake rok panjang tadi." rico emosi.
"ada apa sih co ?" jawab dion yang baru aja dateng bersama 3 mangkuk bakso di nampannya. "kenapa pake brakk segala ?"
"lo yang kenapa ? kenapa lo gak ngasih tau gue kao tuh cewek disini ?"
"cewek yang ?"
"fellen Dion. kenapa lo gak ngasih tau gue ?" Rico mencengkeram kerah baju Dion.
"lepasin Co, apa gak bisa ngomong baik-baik ?" galih melerai. Rico melepas cengkeramannya.
"gue tau, lo sama galih udah tau kan kalo tuh cewek disini ?"
"iya, gue tau," jawab dion. "tapi emang apa urusannya sama lo sih ? bukannya lo dengan bangganya bilang lo udah gak mau berurusan sama dia ?"
"..." rico diam, dia merasa baru saja bertindak bodoh. bodoh banget.
"Fellen yang ikut student exchange itu brow, dia minta gue sama dion buat gak bilang sama lo, jadi kita ya gak bilang. apalagi reaksi lo tiap kita nyebut namanya akhir-akhir ini, lo pasti mukul apapun yang ada didepan lo."
"..." rico masih diem. bener juga yang dibilang dion dan galih. kecuali kalo Fellen masih jadi pacarnya. dia berhak marah, nah ini ? "sorry."
"santai aja Co, gue ngerti kok." dion menepuk bahu rico lagi. Rico bener-bener bingung. apa yang sebenernya terjadi ? dia ngilangin diri dari Fellen selama hampir 5 bulan terakhir, kalopun gak sengaja ketemu, itu pas rico lagi bonceng brenda. dan ini Fellen di depannya. dan tadi ? bahkan Fellen masih pake sepatu yang sama seperti yang dia pake. yang dulu dibenci Fellen. ***
"yang udah selesai, bisa dikumpulkan dan pulang." Kata Pak seno sesaat setelah selesai menulis soal di papan. Saat ini kelas Multimedia Smkti lagi ulangan bahasa Inggris.
"soal aja baru selesai nulis, masak iya udah dikumpulin." gumam bela. memulai mengerjakan esai.
"this, Sir." kata Fellen sambil menyerahkan hasil ulangannya di meja Pak Seno. "may I go home now ?"
"Sure." jawab Pak seno singkat,datar dan bergetar. entah gimana, Pak seno nampaknya terpesona plus syok. Fellen menyambar tasnya dan berlalu dari kelas.
"thank you, Sir." kata Fellen sambil tersenyum. berjalan secepat mungkin.
"Seumur-umur saya ngajar bahasa Inggris di sini, ini untuk pertama kalinya, ada siswa ngumpulin ulangan, tepat setelah saya selesai nulis soal." terdengar bunyi kikikan dari beberapa murid. Pak Seno mengamati kertas ulangan ditangannya. "dan, jawabannya benar semua. awesome." Pak seno langsung memberi nilai 100 A+ pada kertas ualangan Fellen. Terdengar bunyi 'haa' serentak dari murid. tampak gak percaya.***
Fellen menghela napas panjang. Senyumnya mengembang setelah berhasil melewati pagar Smkti. Akhirnya, setelah satu minggu sekolah disini, dia bisa bener-bener ngelewati pagar ini saat pulang sekolah. gak perlu lagi main kucing-kucingan agar bisa keluar dari SMKti. gak perlu capek-capek muter lewat pager belakang sekolah buat sampe ke depan yeda. dan gak perlu basah-basahan karena keringat lagi.
"hey. udah lama nunggunya ?" sapa yeda saat baru aja matiin mesin motornya.
"lumayan, tapi gak apalah, biasanya kan kamu yang nunggunya lama."
"well, kenapa jadi kamu ?"
"hah ? emang tadi gue bilangnya kamu ?"
"it seems." yeda senyum, ih, lesung pipi nyaa..Fellen selalu kagum liat lesung pipinya.
"boleh pulang sekarang ?"
"em..setelah lo jawab pertanyaan gue."
"apa ?"
"kenapa tumben lo siang-siang panas gini gak banjir keringat lagi ? dan kenapa udah ada disini duluan. trus kenapa ada tepat di depan gerbang, biasanya kan agak timuran dikit."
"boleh gak jawabnya ntar aja ?"
"boleh. naik." dan Fellen segera naik motornya yeda.
"kenapa duduknya gitu ?"
"kenapa ? biasanya gini ?"
"Fell, lo itu pake rok pendek, gawat kalo lo duduknya gitu."
"hh. duduk miring gak boleh, duduk ngadep depan gak boleh."
"well, kalo lo pas pake seragam khas multi, lo boleh duduk kaya orang lagi naik pegasus."
"ah, udah PW gini yed, ayo dong buruan." Fellen memukul bahu yeda pelan.
"aw..yaudah, untuk terakhir kali."
"berisik."
"bawel." yeda meluncur, menjauh dari Smkti. kembali, rico melihatnya lagi. dia sengaja keluar kelas tadi saat melihat Fellen melintas di depan kelasnya. dia ijin keluar untuk mengamati Fellen lagi. apa yang sekarang ada di sekolahnya bener-bener Fellennya yang dulu atau bukan.***
"APAAAA !!!" teriak tara yang kemudian diikuti 'apa' lagi dari yeda. Fellen dengan sigap menutup telinganya.
"Ra, bisa pelan aja gak sih ? gue bisa bener-bener budek tauk."
"jadi selama seminggu ini lo gak keluar kelas ?" kata tara, kali ini dengan berbisik. Fellen mengangguk.
"apa sih Ra ? kenapa lo teriak gitu ?" protes yeda.
"gak kok, lanjutin gih headphone-nan lo." jawab Tara. yeda nurut. dia kembali ke laptop Fellen, membaringkan tubuhnya ke sofa sambil kembali ndengerin music.
"sekali lagi lo teriak, dan ngebangunin kak viona, tamat lo."
"iya sorry Fell. jadi seminggu ini lo ngehindarin rico ?"
"iya, gimana lagi ? gue udah janji sama makhluk ganteng satu itu buat gak ketemu sama rico. dan jadi ya, gue main kucing-kucingan disana."
"makhluk apa ?ulangin coba." ejek tara sambil ngeliatin yeda. "well, kadang emang yeda keliatan ganteng sih."
"that's true. gue udah berhasil nyembunyiin fakta kalo gue ini ada di dunia smkti dari rico selama 3 hari, sebelum akhirnya dia tau."
"ya, cepet atau gak cepet, dia juga bakalan tau Fell, lo itu manusia, bukan semut yang gampang sembunyi."
"dan lo harus tau gimana menderitanya gue tiap pulang sekolah muter dulu biar sampe ke pager depan, ngelewatin gudang ngeri, trus tanah kosong."
"emang kenapa harus gitu ?"
"you should know, rico, sejam sebelum pulang udah nangkring di parkiran."
"udah gue duga. and yeda tau ?"
"tau, tapi gak sepenuhnya gue kasih tau, gue cuma bilang, gue muter pulang sekolah buat gak ketemu sama Rico. and he understnd. yeda baik."
"tapi lo disana ada temen kan ?"
"ada. egi sama bela."
"who ?"
"egi, vokalist band di sekolah kita, yang aga bule itu. then kalo bela, temen sekelas disana, temen baiknya dea, inget ?"
"a bit." tara kembali membuka novel harry potter and the half blood prince-nya. tenggelam kedalamnya, Fellen menghampiri yeda yang sekarang lagi asyik ngedit foto.
"Ra, bahkan Filmnya udah tayang, lo masih baca novelnya ?" celetuk yeda.
"biarin." ***
Yeda sudah begitu rapi sepagi ini. sebenernya sih gak rapi, tapi dibanding penampilannya kemaren sore, ini lebih rapi. yeda melihat jam di tangannya. masih jam 7 pagi. sopan gak ya ke rumah orang jam 7 pagi. dengan ragu dia memencet bel rumah Fellen. ting tung. no respon. apa iya masih tidur ya ? pikir yeda. once again. ting tung. 5 menit, no respon. pasti masih pada tidur. once again. kalo gak di buka, gue pulang.
"hey, ngapain matung disana lo ? masuk aja napa ?" seru seorang cewek. Fellen.
"heh, lo daritadi disana ?"
"iye."
"kamprett. samperin gue kek, malah matung disana." Yeda membuka gerbang rumah Fellen, berhamburan menuju Fellen. yang lagi asyik mematung di depan pintu garasi rumah kakaknya.
"boleh jujur gak ?" kata Fellen mengulurkan air mineral yang langsung disambut oleh yeda.
"apa ?" jawab yeda ketus. sambil meneguk air mineral yang diberikan Fellen.
"lo manis banget yed hari ini." kata Fellen tulus. glek. air yang barusan diminum yeda rasanya salto-salto ditenggorokannya. senyumnya gak bisa disembunyiin dari wajah yeda.
"gue boleh jujur juga ?"
"apa ?"
"lo bau banget Fell. belum mandi ya ?"
"hah ? apa ?" Fellen emosi. "gue udah mandi tau. rese deh." dan yeda langsung mendapat hadiah tinju dari Fellen.
"iya iya, gue becanda doank. ampun donk. jadi gak nih ?"
"eh iya jadi donk." kata fellen sumringah. hari ini tepat sebulan mereka jadian. mau ngrayain gitu sih. mumpung libur. Fellen bisa melihat dari mata yeda, kalo saat ini yeda bener-bener seneng, sama sepertinya. "hunting foto yuk ? putri tidur, katanya anak-anak queendom udah disana."
"oke, berangkat !!!" Fellen bener-bener seneng. bukan hanya karena hari ini sebulannya dia jadian sama yeda, bukan pula mau ketemu sama temen-temen sekelasnya di SMK 2, tapi karena ada kemungkinan Fellen bisa ketemu sama Rico. walopun kecil, Fellen ingat tiap minggu rico suka main bola di lapangan deket gunung that called "putri tidur". tapi apa iya dia masih suka main bola disana ?gimana kalo udah gak ?gak ada salahnya juga dicoba kan Fell ?kalopun gak ada dia, itu lebih bagus, lo bisa belajar buat tambah sayang sama yeda. di tempat seberang, Rico sedang berdiri mematung di halaman rumahnya, bimbang antara menerima tawaran reni untuk ketemuan sama brenda, atau menerima tawaran dion untuk main bola. Rico menyambar topi yang terlantar di rak sendal, dan langsung meluncur dengan motornya. begitu juga Fellen dan yeda.***
"Fell, sumpah, gue kangen banget sama elo, lo baik-baik aja kan di sana ? gak ada yang jahilin lo kan, gak ada yang jahatin lo juga kan ?" cerocos dila saat Fellen baru aja duduk di kursi taman putri tidur.
"dilaaa, ya ampun kamu cute banget." Fellen mencubit pipi dila.
"kamu juga, manis banget..asli, aku baru pertama ini liat kamu home look."
"kita juga kok dil." imbuh sisca. dan diamini oleh anak yang lain.
"rame deh kalian. kalian kurusan ya, ditinggal Fellen seminggu aja." kritik yeda, baru aja duduk di samping Fellen, gadisnya.
"ye, gak ngaca lo, lo juga tinggal kulit sama dosa doank kali." protes sisca, diamini yang lain lagi. Fellen hanya nyengir ga jelas. iya juga, yeda jadi makin kurus aja. "foto yuk Fell, lo sama yeda, kayak pre wedd gitu, pamandangannya bagus nih. Sisca dan dila langsung menarik Fellen dan yeda untuk Foto. Gak jelas banget. tapi mereka nikmatin. dan Fellen mulai berposse, gitupun yeda. bener-bener kaya foto prewed. lama banget. sebentar-sebentar Fellen duduk, trus berdiri, trus gantian yeda yang duduk, Fellen minta gendong, trus loncat-loncat. alah pkok posse gak jelas.
"eh, Tara mana ? gak ikut ya dia ?" Fellen baru sadar kalo soulnya itu gak juga nongol.
"gak aktiv nomernya. gue dm sama wall juga gak di bales." jawab dila, sisca, dan yeda bersamaan. eh, kok bisa gitu ya ? pikir Fellen.
"kompak banget, kalian bikin trio di belakang gue ya ?" Fellen menatap sinis. hpnya berdering. Tara's Home. Fellen berjalan menjauh. em, sebenernya, yeda, dkk yang menjauh dari Fellen, eh Fellen ikutan deh.
"FELEEEENNN." teriak suara seberang, Fellen kontan menjauhkan hpnya dari kuping."halo, Fell, lo disana kan ?"
"iya, gue ada, ga usah teriak Ra."
"eh, sorry-sorry. abis gue lagi unmood nih. pengen banget ketemu lo."
"nah, kenapa lo gak kesini ?"
"gue pengen banget, tapi kakak gue lagi disini, dan motor gue dipake."
"Gue jemput deh. nih anak-anak lain pada kesini, gak seru kalo gak ada lo Ra,"
"pengeeenn, tapi, adeg gue, ngerengek-ngerengek pengen liburan ke luar kota. dia pengen banget gue ikut."
"yah..ajak aja kesini, sini kan juga lumayan luar kota."
"Fell, adeg gue pengen ke kebun binatang. Bete gak ?"
"hah ? seru tauk, aku juga pengen nih."
"ah elo, eh lupa, semalem kartu ucapan lo buat yeda kebawa di novel gue."
"hah ? serius ? eh gapapa sih. yah, ra, padahal, gue pengen banget ngerayain ini sama lo."
"oh iya, ini sebulanan lo sama yeda ya. yah, sorry Fell. mending besok aja deh ngerayainnya, kan besok juga tepat sebulanan elo ngasih tau gue kalo lo jadian sama yeda."
"ah lo ra, oke deh, have Fun ya."
"lo juga, Have Fun, happy move on."
"lo juga happy move on." telepon terputus. Fellen terdiam untuk beberapa detik. sebuah bola menggelinding tepat di sebelah kakinya, mengenai sepatu ketsnya.
"tolong dong." kata seorang cowok. Fellen bimbang, antara mengambil bola itu, atau nendang ya. ambil aja deh.
"bolanya mbak." kata suara cowok lain. Fellen menoleh. AT DEZINGG !!! DION. cowok yang minta bola itu dion dan Galih. Ketiganya, Fellen, dion dan Galih sama-sama bengong.
"kok dia di sini ?" gumam Fellen. masih memegang bola. kalo mereka disini, Rico juga pasti disini. yah, dan bener aja, rico berdiri manis di depan cewek yang lagi duduk. cewek itu lagi, pikir Fellen. Fellen cemburu. SUNGGUH sangat. Fellen melemparkan bola itu dan langsung ditangkap dion.
"Thanks ya, Fell, lo manis banget." eeaaa, pipi Fellen langsung merona. tapi pandangannya masih tertanam pada Rico yang lagi asyik berdiri di depan cewek. dan Rico dengan gak sengaja juga melihat Fellen. Dia melempar pandangan sinis. sesuatu menggenggam tangan Fellen.
"ada apa Fell ?" bisik yeda lembut.
"gak kok, oh ya Tara gak bisa kesini." Fellen tersenyum tipis. mulai melangkah menjauh dari pandangan Rico. diikuti yeda yang masih menggenggam tangan Fellen.
"iya, dia barusan ngeWall gue, katanya ke kebun binatang."
"yeda, gue pengen ke kebun binatang." kata Fellen kayak anak kecil yang ngambek gak dibeliin eskrim. yeda tersenyum, membelai rambut Fellen.
"iya Fel. minggu depan ya. Janji." Fellen tersenyum tulus. melepas kacamata yang nempel di wajah yeda.
"apa gak bisa ya, lo ngelepas kacamatalo ?"
"gak suka ya ?"
"suka, gue sekali-sekali pengen ngelihat mata lo langsung, tanpa kehalang kaca sialan ini."
"ini berharga buat hidup gue," yeda menyambar kacamatanya lagi.
Rico masih membeku melihat yeda dan Fellen. perasaan yang tadinya senang bisa manas-manasin Fellen, sekarang berubah, jadi dia yang kepanasan. Siall. di depannya, brenda menatap penuh tanya.
"kamu kenapa Rico ? gak main lagi ?"
"ini mau main." jawab Rico singkat. berhamburan menuju lapangan.***
Rico masih terdiam di depan gerbang sekolahnya. senin ini gak seperti biasanya. bener-bener gak. biasanya dia baru hadir jam setengah sembilan-an, ini jam 7 kurang dia udah berdiri dengan kokoh di gerbang SMKti. udah kayak satpam aja. entah apa yang merasukinya. dia bahkan semalaman gak tidur. matanya bener-bener sembab gara-gara itu. yang jelas, dia sedang menunggu seseorang. padahal dia yakin kalopun orang itu nongol, dia gak akan mau nemuin dia. aneh banget.
Sekolah mulai rame, murid-murid udah pada datang. termasuk 3 temen baiknya, Dion, Galih dan Wahyu. yang syok banget ngelihat Rico.
"lo Rico ?" tanya dion gak percaya.
"bukan, John Cenna, yang siap nelen lo."
"Lo kerasukan apaan jam segini dateng ?"
"bukan urusan lo."
"Co, awalnya memang bukan, tapi akhirnya, ini jadi urusan kita." kali ini wahyu.
"iya co, karena lo pagi-pagi gini udah berdiri disini, para adek kelas yang biasanya tepe-tepe sama kita,  jadi pada ngeliatin lo, bukan kita." galih menambahi.
"jadi lo kenapa disini ?" dion masih serius nanya.
"nungguin orang."
"tuh kan, lo pasti mau ngecengin adek kelas kan ?"wahyu protes.
"kalo kalian masih pada protes, gue lempar sepatu nih."
"Oke, kita gak protes, kita nemenin lo kalo gitu.." Galih menambahi.
"serah kalian."
Avanza merah menyala berhenti tepat di depan Rico dkk. seorang cewek manis turun dari mobil. dengan seragam abu-abu putih kayak mereka. tersenyum ke arah Rico. dan langsung berjalan menuju Rico. BRENDA.
"sorry ganggu kamu, aku mau kasih ini." brenda menyerahkan kertas yang bisa ditebak, itu adalah undangan. soalnya ada tulisannya. "aku harap kamu bisa ikut."
"apaan ini ?"
".." brenda hanya senyum. "aku berangkat dulu ya." brenda berlalu. Rico hanya bengong.
"jadi lo nungguin dia ?" Dion menyeringai.
"bukan."
"undangan apa Co ?" wahyu ingin tau.
"nih, buat lo aja." Rico menyerahkan kertas tadi. dia bahkan sama sekali gak berminat.
Selang beberapa menit, grand livina hitam mengkilat berhenti, tepat di belakang mobil brenda.
"heran, hari ini kenapa banyak banget mobil yang kesini ya ?" komen galih.
Cewek manis turun dari mobil. Manis banget, dengan dandanannya. Rok abu-abu panjang lipit-lipit, kemeja press body dikeluarkan dan...sepatu kets putih. kemana sepatu kets merah hitamnya ?tanya Rico dalam hati. Rambutnya dimodel Waterfall French braid. cantik banget. sekalipun radak terganggu dengan backpacker biru di punggunya. Mobil brenda perlahan berangsur menjauh. Fellen berusaha menyebrang diantara keramaian lalu lintas pagi itu, tapi tak kunjung bisa.
"ya ampun, dia cantik banget." seru ceorang cewek, Rico, galih, dion dan wahyu menengok kebelakang. Bela. mereka mengamini kata-kata bela. "Fellen." panggil bela. Fellen yang tadinya asyik memilah-milah kendaraan, melambaikan tangannya pada bela.
"hai." kata Fellen agak teriak. Fellen berhasil menyebrang setengah jalan ketika matanya secara tak sengaja bertatapan langsung dengan mata cowok itu. Rico. "sial." umpat Fellen. dia bener-bener bingung harus ngapain. mau balik lagi, sayang, dia udah setengah mati nyebrang sampe setengah jalan. masak balik lagi, tapi kalo gak, dia pasti ketemu rico.
"kok bengong Fel ?" seru cowok yang tiba-tiba berdiri di sampingnya. Egi. tanpa pikir panjang, Fellen langsung sembunyi di balik punggung Egi. ngibrit sambil narik-narik tangan Egi. ngelanjutin nyebrang. Egi secara gak langsung juga melihat tatapan aneh dari Rico. tatapan yang sama seperti sebelumnya.
"lo pasti nungguin dia kan ?" selidik Dion.
"hah ? yang bener aja ?"
"kalo lo gak mau ketemu sama brenda, lo pasti mau ketemu sama Fellen kan ? gue bisa baca dari mata lo."
"sejak kapan lo bisa baca yang begituan Don ?" Wahyu berkomentar.
"jujur aja deh Co, iya kan ?" kata dion, tak menanggapi pertanyaan wahyu.
"iya. dan dia ngehindar. puas ?"
"itu karena lo sendiri." dion setengah membentak, dan langsung ngeloyor pergi.***
Setelah kejadian Rico nyatpam nungguin Fellen pagi itu, Egi jadi sering mergokin Rico asyik ngliatin Fellen, dengan tatapan mata yang sama seperti senin itu. entah itu di kantin, di kelas, di jalan, di gerbang, dimana aja deh. Egi ngerasa ada yang aneh antara Rico dan Fellen, dan kalo rasa aneh Egi itu bener, pasti Rico dan Fellen pernah ketemu sebelumnya. ditambah lagi sikap Fellen yang selalu ngehindar kalo ketemu Rico, harusnya kan gak perlu kalo misal Fellen belum pernah kenal Rico sebelumnya. dan gara-gara hal itu, Egi jadi ngerasa gila sendiri, gak ada apa-apa, dia malah yang ngamatin Rico. ngamatin setiap gerak-geriknya. dan Dion, dion mungkin jadi yang paling ngerasa aneh sama semuanya. sama Rico yang gak henti-hentinya ngliatin Fellen tiap mereka dipertemukan oleh scenario, dan Egi, yang di kelas gak henti-hentinya ngliatin Rico. dan lagi, seperti kamis siang ini, Rico dan Egi terlihat seksama banget liatin Fellen dijemput yeda pas pulang sekolah. dan bener-bener, itu sangat membuat kepala Dion nyaris mengundurkan diri saking gak kuatnya menahan beban pikiran dion. apasih sebenernya mau mereka ?
"heh, gi, lo gak papa ?" seru dion sambil nyikut lengan egi.
"ah, lo main disini aja, pake nyikut segala lagi."
"lo kenapa sih ? gue perhatiin akhir-akhir ini lo jadi hobi ngeliatin orang deh."
"eh, sorry, maksud lo apaan ya ? gue bahkan selama disini, belum pernah ke toilet." jawab egi sedikit emosi.
"maksud gue bukan gitu." Ralat dion secepat mungkin.
"trus ?"
"mungkin lain kali kita diskusiin ini." kata dion yang langsung ngibrit karena tiba-tiba gerimis. heran, musim ini musim apaan sih ? sehari panas, sehari ujan. Egi berjalan mengikuti dion untuk berteduh. mereka berhenti di parkiran smkti yang udah sepi motor. disana udah ada Rico yang nagkring di motornya. sepasang mata Rico masih terjahit di tempat Fellen dan Yeda, yang sekarang lagi main dorong-dorongan mantel.
"lo aja Fell yang pake, lo kan gampang masuk angin." yeda menyodorkan mantelnya.
"nggak, lo aja Yeda, lo kan abis ini ada kelas, gue gak mau ya, lo ngelas sambil basah-basahan." Fellen memberikan kembali mantel yeda.
"lo aja Fellen sayang."
"gak, lo aja Yeda."
"pokoknya lo aja. laptop lo basah ntar."
"ih, apaan sih, lo aja, gue juga gak bawa laptop."
"oke gue aja yang pake, tapi cium dulu," kata yeda senyum, sambil nunjuk pipinya yang bolong karena lesung pipinya.
"apa ? ini sekolaan yeda."
"gue tau. menurut lo gue tiap siang kesini buat jemput lo ngapain ? latihan balet ?"
"gak, ntar aja kalo udah dirumah."
"kalo gitu gue pake mantelnya kalo lo udah dirumah."
"ya keburu basah donk."
"emang." jawab yeda singkat,datar dan dingin. Fellen bener-bener gak punya pilihan. dia bener-bener gak mau yeda basahan karena ujan, apalagi abis ini kan dia masuk sekolah. tapi kalo cium ?alah apa salahnya sih Fell, dia kan cowok lo. lagian ini udah diluar sekolahan kan ? "lama deh."
"..." Cupp..Fellen akhirnya mengecup pipi bolong yeda. yeda seneng gak karuan. First kiss nya di pipi, sama cewek sejenis Fellen. "udah, cepet pake." kata Fellen gugup. yeda semakin mengembangkan senyumnya.
"kamu aja deh yang pake, kan aku udah basah gini."
"yeda, brenti deh pake aku kamu-an. dan gue juga udah basah."
"yaudah ga usah dipake. naik." Fellen senyum. ah Fellen kelamaan deh mikirnya. kan yeda jadi basah. kalo ntar masuk angin di kelas gimana ? "ayo naik." perintah yeda sekali lagi.
"iya ini naik." motor yeda perlahan melaju. menyusuri sepanjang jalan yang penuh tumpahan air hujan. meninggalkan 3 cowok penghuni parkiran sekarang dengan perasaan tragis. bener-bener tragis.
"mau ujan-ujan aja pake acara serang-serangan mantel." komen egi sambil ngeloyor dengan motornya. dion dan rico masih diam.
"lo gak papa bro ?" tanya dion sedikit prihatin.
"gak." jawab Rico singkat, lalu memakai helmnya. melaju dengan motornya meninggalkan sekolahnya.
"kalo jeles ya ngomong aja." gumam dion.***
Yeda menyandarkan kepalanya di meja kosong di ruang osis. wajahnya terasa panas sehingga dia memejamkan matanya. efek hujan-hujan tadi bener-bener langsung membuatnya demam. mana hari ini dia dapet giliran piket osis. hilanglah sudah kesempatannya untuk istirahat di UKS.
"siang kak." sapa seorang cewek. yeda masih gak bergerak. matanya masih terpejam, membayangkan gimana tadi Fellen nyium dia. "kak, aku mau ngumpulin Formulir buat PAB osis." lanjut cewek itu.
"..." yeda masih diam. namun kali ini dia senyum.
"kak ? kakak gak apa kan ?"
"hah ?" baru yeda tersadar. dia mengangkat kepalanya. "gak kok. ada apa ?"
"oh, aku mau ngumpulin formulir."
"iya, kumpulin sini." cewek itu memberikan formulirnya. kemudian senyum. semanis mungkin. "ok, kamu boleh pergi." eh bentar, kenapa gue jadi kamu gini ke cewek lain ? batin yeda. cewek itu tersenyum genit, kemudian keluar dari ruang osis.
"eh, nama aku putri kak." kata cewek itu sebelum beranjak dari ruang osis.
"peduli apa gue nama lo apa." hp yeda bunyi. Fellen's home calling. jantungnya kembali salto. Fellen nelpon dia. "iya Fell ?"
"lo baik-baik aja kan Yed ?" suara seberang terdengar khawatir.
"iya, gue baik-baik aja kok."
"masak ?
"iya."
"kok tara bilang lo gak di kelas. lo kemana ?"
"gue..hk." yeda bersendawa.
"jangan bilang lo naik ke atas pohon lagi."
"enggak. gue di ruang osis, ada piket ni tadi."
"oh, eh barusan suara apaan tuh ?"
"gue, kekenyangan hehe."
"oh, gue pengen kesana ,tapi masih ujan." sesal Fellen.
"gue gak apa kok, lo tidur gih."
"siap. met sekolah."
"sipppp." yeda bersiap menutup telponya,saat tiba-tiba Fellen teriak.
"yedaa..jangan ditutup dulu."
"iyaa, ga usah teriak deh."
"aku sayang kamu." tut tut tut. GLEK, yeda nelen ludahnya dengan berat. pipinya bener-bener merah. dia mengabaikan badannya yang panas saking senengnya.***
Fellen masih berkutat di depan cermin di kamarnya. membenahi tatanan rambutnya. dan juga bajunya. seragam pramukanya ini amat sangat gak matching kalo di pakein jaket sport barcelona tabal miliknya.
"aduh, pake jaket mana nih ? masak pake jaket jins sih. ah males banget nyucinya. kalo gak pake jaket gini, tambah meriang gue. kalo naik mobil sih mending." Fellen menggerutu sepanjang acara ganti-ganti jaket sama tatanan rambutnya. tadi, pagi-pagi banget, kakaknya mendeklarasikan, bahwa pagi ini kakaknya gak bisa nganter Fellen sekolah, dikarenakan njemput suami tercintanya di stasiun. dan itu artinya Fellen harus berangkat sekolah sendiri. sebenernya sih gak ada masalah dengan berangkat sekolah sendiri. dia bisa aja naik sepeda, atau naik motor. tapi masalahnya adalah, dia meriang sehabis ujan-ujan kemarin siang. dan otomatis, selama perjalanan, dia akan sangat kedinginan. makanya pagi ini, dia rempong banget.
"Feeell.." panggil viona, diambang pintu kamar Fellen.
"ya kak ? berangkat sekarang ?"
"iya, kuncinya kamu bawa aja, kakak udah bawa kunci satunya."
"oke siap kak."
"oh ya sama satu lagi. jangan lupa, gasnya di sebelah kiri."
"oke kak." gas nya masih di sebelah kiri ? Fellen tersadar, Fakta bahwa kendali gas motornya sudah berpindah di sisi kiri. Fellen kembali menata rambutnya. "kalo dikuncir, kuping gue keliatan, dingin donk, kalo diurai, gerah donk. eh tapi kan gue lagi meriang ya. lagian kan gue juga ntar pake helm. udah di kepang aja." akhirnya Fellen mulai mengepang rambutnya dan selesai tepat pukul setengah tujuh. dia meraih ponselnya. melihat apakah yeda udah sms apa belum karena biasanya yeda bangunin Fellen pas shubuh, dan ini tadi gak  bangunin. Fellen memencet tombol call pada kontak yeda.
"halo." kata suara seberang, terdengar masih ngantuk.
"baru bangun ya yed ?"
"eh, Fellen ?"
"iya, udah di delete ya nomor gue ?" Fellen kesal.
"ya gak lah, gue baru bangun nih lo telpon. gimana keadaan lo ?"
"baik, lo gimana ? kok tumben gak bangunin gue ? lo gak shubuhan ya ?"
"subuhan lah, ya gue pikir lo lagi mens, jadi gak subuhan, dan jadi juga gak gue bangunin."
"alesan."
"beneran." sejenak hening. Fellen masih membetulkan hasduknya. "Fell, udah sarapan ?"
"udah lah. lo buruan sarapan gih."
"iya, udah mau berangkat ya ?"
"agak ntar, yeda, gue berangkat sendiri."
"hah ? emang mbak viona kemana ?"
"njemput mas vian di stasiun." jawab Fellen, berharap yeda mau nganterin. kali ini dia bener-bener berharap.
"iya ntar siang gue jemput deh."
"yeda, gue naik motor sendiri."
"oh, mau gue anterin.." Fellen sedikit merasa lega. "tapi gue juga baru bangun, pasti ntar lo telat. gue juga belum mandi," kacau. Fellen langsung kacau mendengarnya. tapi bener juga sih, jarak rumah yeda ke rumah Fellen, 40 km, dan waktu yang dibutuhkan yeda buat siap-siap sekitar setengah jam. kalo yeda naiknya ngebut, mungkin setengah jam-an nyampe. berati sekitar sejam lagi dia baru nyampe smkti. dan dipastikan telat. tapi yeda kan gak perlu mandi. "Fell ?" yeda memanggil pelan. Fellen bener-bener berharap yeda bilang, gue anterin deh. setengah jam lagi nyampe.
"iya ?"
"jangan lupa, gasnya di kiri." yah.. jadi gue tetep berangkat sendiri, batin Fellen.
"iyaaa..makasih udah diingetin." Fellen tersenyum. yeda masih inget aja.
"sama-sama. kalo dingin, pake jemper gue aja, yang minggu lalu lo bawa. itu anget banget loh." Fellen teringat. iya juga, jaketnya yeda itu anget banget, lucu banget juga.
"iya, thanks ya, met istirahat ya yed, berangkat dulu."
"ati-ati. gas di kiri, jemper, pake sarung tangan kalo perlu."
"iya, gue ini mau sekolah, bukan mau ski. udah ya, bye."***
Semua mata, dari semua penjuru sekolah menatap heran pada sosok gadis yang pagi itu keliatan mungil. pake seragam pramuka, rok lipit-lipit, kemeja press body dikeluarkan. pake jaket kupluk bulu-bulu yang menaungi rambutnya. hari ini dia gak pake bagpacker, tapi pake tas selempang, alias tas leptop. tangan kanannya menjinjing helm dan tangan kirinya memegangi tasnya. kayaknya keberatan banget. Fellen berjalan dari parkiran menuju ruang kelasnya. di parkiran, belasan siswa mengerumuni motor Fellen. motornya, bisa dibilang keren. sejenis motor matic, yang udah dimodifikasi, brand motornya bahkan berganti menjadi "ACHILLES F.E" dengan beberapa motif bunga batik berwarna kuning biru, dengan warna dasar motor Merah. 3 elemen utama warna. alah gak penting deh. Fellen tetap berjalan mantap meskipun jadi pusat perhatian. dia sudah mulai terbiasa jadi pusat perhatian. ahahahah
"cantik banget." komen Egi dari depan kelasnya.
"tumben dia naik motor." gumam dion tepat dibelakang Egi.
"mana kakaknya yang cantik itu ?" galih menambahi.
"dia bahkan bisa naik motor ?" ketiganya, Galih, Dion dan Egi, menoleh ke belakang, melihat siapa yang mengatakan itu. Rico. berdiri tegak pandangannya lurus terarah pada Fellen. dia sendiri gak tau gimana bisa dia jadi maniak Fellen akhir-akhir ini.
"ya bisa lah, lo kata dia apa ?" Egi protes, sambil berlalu menghampiri Fellen. yang sekarang sudah berdiri di depan ruang kelas multimedia.***
Brenda tersenyum melihat bungkusan berwarna hijau yang ada di bangkunya. Sudah beberapa hari ini dia menunggu datangnya bungkusan itu.
"wah..lo ulang tahun brend ?" celetuk reni yang baru saja dari kantin.
"gak, ini dari dike, pacarnya indra, kakak gue."
"oh, yang cantik itu ya." brenda mengangguk. "isinya ?"
"dress, dia ngebeliin aku dress ren, buat acara musik itu."
"oh ya ? wah lo pasti cantik banget, lo jadi ngajak tetangga gue kan ?"
"jadi ren, gue udah ngasih undangannya ke dia. VVIP"
"pasangan yang serasi."
"gue bener-bener pengan cepet-cepet kesana." kata Brenda gak sabar sambil membuka isi bungkusan itu.***
Egi masih berdiri mematung di depan pintu kantin. Mengamati Fellen yang masih aja jaketan padahal cuaca di luar panas banget. di depannya, ada Bela, cewek mungil cantik yang lagi asyik cerita sambil sesekali melahap baksonya. 10 menit Egi berdiri di situ, mencari celah agar bisa berbicara 4 mata dengan Fellen. tapi nampaknya Bela hari ini nempel terus sama Fellen. dia ingat tadi pagi saat egi ingin menanyakan hal ini, bela main dateng dan ngegelandang Fellen masuk kelas. Seorang menabrak bahu Egi dengan kasar. tanpa menatap pelakunya, egi udah bisa menebak siapa. Rico. Berjalan melewati Egi dengan gerombolannya. memasuki kantin dan duduk tak jauh dari tempat duduk Fellen. Egi bisa melihat Rico menatap Fellen dengan tatapan yang sama dengan yang sebelumnya. Sementara Fellen, masih menatap jusnya dengan kosong. eh bentar, itu jus apa susu ya ?
"kaki gue udah mulai kesemutan gini bela masih aja nongkrong disana." gerutu egi. dari seberang, bela mulai beranjak berdiri.
"gue ke toilet bentar ya." kata bela. "sekalian mau nambah bakso."
"gue nitip donk, obat pilek." Fellen menyerahkan selembaran uang lima ribuan.
"gak usah, gue ada di kelas, gue ambilin ya." Bela berlalu. Fellen kembali menekuni susu coklatnya yang udah dingin dan masih penuh.
"Fell." seru egi pelan dari belakang Fellen. sambil menyabet bahu Fellen, sehingga Fellen tertarik hingga menoleh ke belakang.
"whaaa.." teriak Fellen. membuat seisi kanting bergiliran memandanginya.
"yaaa.." Egi gantian berteriak. yang langsung mendapat teriakan tak suka dari seisi kantin.
"lo ngagetin gue aja gi."
"lo juga, nyeremin gue aja. lo pucet banget Fell."
"iya, pilek banget gue."
"udah minum obat ?"
"masih diambilin bela."
"Fell, gue mau terus terang nih. lo jawab jujur ya."
"lagak lo kayak detektif aja."
"gue belakangan ini ngamatin lo. lo sadar gak, kalo akhir-akhir ini Rico ngamatin lo terus. ngeliatin lo terus." jantung Fellen rasanya teriris mendengar egi. jadi selama ini perasaannya benar. that there's someone's always watching over me. batin Fellen.
"gue ngerasa, tapi gue gak tau."
"jujur, lo apa pernah kenal sih sama Rico ?"
"hah ?maksud pertanyaan lo ?"
"jadi gini Fell, gue bangga mengatakan hal ini sama lo. gue bisa dibilang, ahli ngartiin tatapan mata seseorang."
"oh yaaa ?"
"gini ya, sejak acara lo nempelin gue di jalan saat nyebrang dulu, gue jadi sering mergokin Rico ngliatin lo."
"dan lo tegur ?"
"ya gila apa gue negur dia ? gini ya Fell, dari tatapannya, dia itu kayak orang yang lagi kangen berat sama lo, dia, yah, emang sedikit benci, tapi gue juga liat dia nyesel banget. dia nyesel atas suatu hal yang udah dia lakuin sama lo. dia bener-bener nyesel, dan kalo gue gak salah, Rico sama lo pasti udah saling kenal sebelum ini." baru kali ini Fellen melihat egi serius banget. Fellen mengikuti arah mata Egi yang daritadi sama sekali gak liat Fellen saat bicara. dan Fellen menemukan sepasang mata yang tak hentinya memandang ke arahnya. Apa iya yang dibilang egi bener ? apa iya Rico nyesel ? apa iya Rico kangen sama gue ? batin Fellen miris. dan lagi. dion yang duduk di depan Rico, melihat keanehan itu lagi. Rico ngamatin Fellen, Egi ngamatin Rico, dan Dion ngamatin Egi sama Rico, sementara Fellen. memalingkan diri dari Rico. aduh, lagi mainan apaan sih mereka.
"bukan cuma kenal."
"jadi ?"
"kenal banget..dia mantan gue."
"bener kan berarti dugaan gue."
"bukan bener"
"hah ?"
"tapi Bener banget. lo belajar ngeramal dari mana Gi?"
"dari..keturunan sih. jadi mungkin ini kali ya, alasan yeda gak ikhlas banget lo sekolah disini. kirain gara-gara gue juga ikutan sekolah disini," Egi menyambar susu coklat milik Fellen, dan meneguknya abis.
"sorry, yeda maksudnya ?"
"jadi gini, lo inget kan pas hari kita diumumin buat sekolah di sini ?".....
** "heh, lo ngapain yed, nangkring di atas pohon, udah kayak burung aja." komen egi dari bewah pohon, baru saja selesai dengan telponnya.
"bukan urusan lo."
"dari mata lo, gue bisa lihat, lo menderita kekhawatiran yang maha dahsyat."
"iya, lo bener, lo tau kan Fellen bakal diungsikan sementara di smkti. dan, lo juga harus.."
"iya gue juga ikut." potong egi.
"hah lo juga ?"
"iya, gue juga ditukerin kesana, emang kenapa ? lo takut Fellen berpaling ke gue ?"
"lebih parah dari itu. udah lo pergi sana." **
"yeda bilang gitu ?" Fellen gak percaya, saking gak percayanya, dia ngelepasin kupluk jaketnya, dan terlihat rambutnya yang berwarna merah keunguan terkena sinar matahari. lagi dikepang. manis banget.
"rambut lo, lo cat ?" Egi terlihat terpesona. gak hanya Egi, beberapa siswa yang gak sengaja ngelihat Fellen juga terpesona.
"jadi tester percobaannya kakak gue. kenapa ?"
"gak sih. cantik."
"eh, yeda tadi gimana ?"
"iya, serius gue, dia bilang gitu."
"yah, dia juga sempet nyampein ini ke gue. tapi, you can see, dia gak perlu khawatir kan, maksud gue, gue bahkan gak nyapa Rico kan ?"
"iya, gue percaya kok sama lo." entah sadar atau gak, egi megang erat tangan Fellen. bener-bener panas mata Rico melihatnya. Brakk !! entah untuk keberapa kalinya, Rico menggebrak meja kantin. Fellen langsung melepas genggaman tangan Egi. egi menatap tajam sorot mata Rico. yang sekarang berjalan menjauh dari kantin. "dan gue bisa liat Rico jeles banget sekarang. bela tuh, gue ke kelas dulu."
"thanks gi. oh iya, lo utang susu coklat ke gue." Fellen tersenyum, kembali menutupi rambutnya dengan kupluk jaketntya. Egi nyengir. ***
"Motor lo keren Fell." puji seorang cowok saat Fellen berada di parkiran,bersiap akan pulang. temen sekelas di multimedianya.
"thanks." kata Fellen sambil senyum tipis.
"iya, motor lo bagus banget Fell."
"thanks."
"modif dimana Fell ? bangus banget."
"thanks, dari sononya gini." Fellen mulai menyalakan motornya.
"gas lo masih di kiri aja ?" seru Egi, yang berdiri tak terlalu jauh dari samping Fellen.
"iya, males ngubah Gi."
"apa gak bahaya ?"
"lo, dulu ngagetin gue ?gak mikir gimana bahayanya gue ?"
"sorry deh. maaf."
"gue duluan ya, inget, lo utang susu coklat ke gue." Fellen meluncurkan motornya.
"ati-ati." Gedubrak, Rico sedikit menyenggol egi, hingga helm egi jatuh dari motornya.
"gas nya di kiri ?maksud lo ?" tanya dion.
"iya, gasnya di kiri."
"kenapa ?"
"dulu tangan kanan Fellen retak, jadi pake gas kiri."
"Retak ?"
"iya, gak usah kaget gitu deh." egi mengikuti jejak Fellen, mengendarai motornya meninggalkan SMKTI.
"lo denger kan ?" dion sedikit membentak Rico.
"iya, tugas lo, nyari tau kenapa tangannya bisa retak." jawab rico tenang, datar.
"kenapa harus gue lagi ?"
"karena dia masih bisa biasa sama lo."
"oke. gue harap akan ada imbalannya."
"tenang aja, pasti ada." Rico berlalu dari dion.***
"mas vian sama mbak viona serius mau beli JapFood ?" Fellen histeris di tengah makan malamnya.
"rencana Fell, kalo harga yang ditawarin temen mas cocok, ya kita ambil."
"rencana mulu, udah 3 kali ngmong gini, masih aja rencana."
"temennya mas vian itu masih ragu, apa dijual apa gak. soalnya JapFood kan sepi, takutnya ntar kalo mbak buka usaha disana sepi juga. tapi buka usaha apa ya."
"pasti rame mbak, serahin aja sama Fellen."
"ah, kamu, ngangkat monitor keruang guru aja kepleset dan ngretakin tangan, gimana kalo masalah ginian." remeh viona.
"hee, enak aja, itu kan kecelakaan. lagian mbak, kenapa japfood sepi, itu karena emang gak enak, pelayanannya gak enak, rasanya gak enak, masak rasa ramen, kayak rasa mi ayam, malah masih enak mi ayam." Fellen berhenti sejenak, meneguk air putihnya. "saran Fellen, mbak beli aja, ntar biar gak sepi, menunya di modifikasi, dan kita hidangkan menu makanan Jepang yang asli, trus, ditambah menu jawa gitulah."
"kamu ngomong enak banget."
"Fellen tuh pengen banget punya restoran mbak, paling enggak, kerja di restoranlah."
"kalo mbak jadi beli toko yang namanya Japfood itu, trus kamu mau kerja disana, mbak gak mau nggaji."
"pelit. udah mbak, beli aja. nanti namanya diganti 'Ramen' bagus kan, trus masalah promosi, serahin sama Fellen, Fellen kan aktiv di jejaring sosial, ntar Fellen bantu." kata Fellen menelan sosis terakhirnya. saat bel rumah berbunyi. "biar aku aja." Fellen berlari menuju pintu rumahnya. beberapa detik kemudian dia kembali ke ruang makan. mengambil segelas susu coklatnya.
"Fell, gak usah lari deh." protes vian dan viona bersamaan.
"kirain lo sakit yed." kata Fellen sambil membuka pintu. dan sambil neguk susu coklatnya.
"hai." cowok di depannya senyum. manis banget.
"DION." Seru Fellen. nyaris menjatuhkan gelas susunya. Dion senyum lagi.
"sorry malem-malem kesini."
"oh, gak apa kok, tau darimana gue disini ?"
"dari ayah lo, tadi gue kerumah, katanya lo udah ada disini."
"oh..ada apa ya ?"
"gue juga bingung sih.."
"eh masuk dulu deh."
"gak usah, duduk disini aja."
"oh, gue ganti baju dulu deh kalo gitu." dion mau gak mau ngamati dandanan Fellen. pake celana pendek, pendek banget, trus kaos item kegedean bertuliskan I love payung. yang nyaris menutupi celana bawahnya. siapa tuh payung ?
"oke. gue tunggu sini."
"mau minum apa ?"
"gak deh."
"oke." Fellen bergegas ke dalam rumah. dion mengamati sekeliling. indah banget. "jadi ? ada apa ya dion ?" seru Fellen, yang udah ganti baju, pake celana selutut kotak-kotak.
"aduh, gue juga bingung sih Fell. ada yang mau gue tanyain ke lo."
"tentang ?"
"emm..tentang...tentang.." dion mencoba mencari alasan yang gak terlalu mencolok atas kehadirannya. masak iya, tentang tangan lo yang retak itu gara-gara apa ? kan gak mungkin. "tentang acara musik. pesta musik, beberapa bulan lagi. iya, itu." dion menjawab sekenanya, kebetulan, tadi pas dia digelandang kesini, dia ngelihat reklame gede bertuliskan pesta musik pelajar se eks kota yang akan digelar beberapa bulan lagi.
"pesta musik ? emang ada ?"
"ada, lo gak tau ?."
"oh, gak tau gue, dan kalopun tau, gak ada urusannya sama gue kan ?"
"nah, gara-gara itu, setiap sekolah kan, harus ada wakilnya. gue inget, lo dulu smp pinter banget main keyboard kan?"
"gak, siapa bilang ? kan gue smp dulu masuk kelas seni rupa, bisanya ya megang kuas doank. mana bisa main keyboard ?"
"masak sih, tapi kan pas perpisahan, lo yang main keyboard kan ?"
"iya sih."
"tuh kan, tetep aja, lo itu jago main keyboard."
"ya beda. emang kenapa sih ?"
"gue punya band Fell, nah, band gue itu, keyboardistnya udah lulus, dan belum ada yang gantiin, lo mau kan gantiin?"
"hah ? kenapa gue ? gue gak mau ah, gue udah ada acara."
"yah..ayo donk." dion memasang tampang memelas. Fellen memalingkan wajahnya, dia paling benci ngeliat dion melas-melas gitu. keliatan cakep bangeeettt. tepat di seberang rumah Fellen, dia melihat seseorang, lagi nangkring di atas motor, sambil telpon gitu kayaknya.
"lo ngajak temen ya Di ?"
"hah ? enggak, mana ?"
"tuh, yang di seberang jalan." Fellen nunjuk tempat cowok itu. cowok apa cewek ya ?
"eh, iya denk. temen."
"kenapa gak disuruh masuk aja ?"
"dia udah jemput kayaknya."
"jemput, lo kan kesini naik motor."
"iya, maksudnya dia ngajak bareng pulang kayaknya. yaudah, gue pamit ya, sama yang tadi itu, tolong dipikirin ya,plis banget. gue tunggu besok siang di ruang musik." Dion bangkit dari duduknya, meninggalkan Fellen yang masih bengong di teras rumahnya. aneh banget.***
Rico masih menatap Dion dengan kesel. bisa dibilang bener-bener kesel. gimana gak kesel ? udah ngabisin bensin, ngabisin pulsa, buang-buang tenaga, kedinginan malem-malem, tapi hasilnya. NOL. NOL BESAR.
"Co, yaelah, lo napsu banget ngeliatin dion." seru galih menyodorkan bakso pesanan Rico. Rico menarik napas panjang. "ya elah, dimakan, jangan liatin dion mulu." lanjut galih, kali ini dia udah duduk sambli nyendok nasi pecelnya. Dion, yang duduk di depan Rico cuma nunduk. takut.
"gue tau lo marah Co, tapi lo tau donk, keadaannya itu gak pas banget." kata dion akhirnya, berani natap Rico.
"gue gak marah, gue kesel, lo tau, berapa pulsa yang gue abisin semalem ?"
"gue ganti deh."
"bukan masalah ganti menggantinya Don, ah, tinggal nanya gitu aja susahnya apa sih ?"
"ya susah banget, masak gue langsung nanya, 'tangan lo patah kenapa ?' trus kalo dia tanya darimana gue tau ? ribet tau Co pokoknya."
"ribet apa, gampang banget juga."
"kalo gampang, kenapa gak lo aja ?"
"hah ? gue ? lo gila nyuruh gue ?"
"kalo gitu sabar, gue pasti nepatin janji gue kok."
"kalian pada ngomong apa sih ?" kata galih, yang daritadi bengong. "kalian berantem kayak pasangan suami istri aja."
"diem lo." bentak dion dan rico bersamaan.
"gue gak bisa gi, lo ngerti donk." terdengar sayup-sayup suara cewek melintasi bangku mereka. Fellen, berjalan beriringan dengan Egi.
"ayo donk Fell, plis, ya..." rengek egi. kali ini Fellen dan Egi sudah terduduk di bangku kantin tak jauh dari tempat Rico dkk.
"gak mau, lo itu dikasih mi ayam, minta mi harimau deh."
"ayo donk Fell, demi nama rockmantik ?"
"ih, ogah, siapa juga yang peduli rockmantik ?"
"kalo gitu demi gue."
"enggak." kata Fellen tegas. "Bu, susu coklat anget sama soto ayam satu." Fellen berkata pada bu kantin yang kebetulan lewat dekat mejanya.
"siap non."
"dua buk, saya juga." Egi ikutan mesen. "ya Fell.??"
"gi, tadi lo minta gue buat main keyboard aja, gue belum yakin mau jawab iya, sekarang lo minta juga buat jadi lead vokal. ogah ah. gue udah ada acara sama yeda."
"iya, acaranya di pesta musik. yeda bilang ke gue."
"hah ?"
"iya, lusa dia ngasih tau gue mau ngajakin lo kesana, daripada lo nganggur Fell, yeda kan jadi sie dokumentasi."
"ogah."
"pliss Fell." Egi mulai memasang wajah melasnya.
"mulai deh. iya iya. tapi DEMI SEKOLAH KITA." Fellen berkata mantap.
"iya deh iya, tapi lo lead vokalnya."
"oke, tapi lagunya nurut gue."
"oke. gue kumpulin form nya ntar."
"pesanan datang." seru bu kantin genit. dari meja seberang, Rico, dion dkk mendengar pembicaraan Fellen dan Egi.
"tapi gue gak janji ya, gue bener-bener bisa, lo tau kan, abis tangan kanan gue cidera dulu, gak bisa terlalu berfungsi secara normal, gak bisa nyalurin perintah otak kanan gue buat berimajinasi, dan juga, gue udah lama gak main keyboard."
"iya, siap, gue bantu deh. eh Fell, sorry ya soal dulu. gue gak sengaja, gue nyesel banget."
"hemm" Fellen melahap soto ayamnya.
"kalo gue tau, gue bakalan ngebutuhin lo segila ini, gue gak akan deh, main dorong-dorongan di tangga."
"nyesel kan lo ? lo tau, lo gak hanya ngebuat tangan gue retak dan nyaris patah, tapi lo juga ngebuat motor gue gasnya jadi berpindah di kiri. biayanya gak murah tauk."
"iya, maaf Fell, gue ganti deh."
"trus satu lagi, gara-gara itu, gue jadi mecahin monitor sekolahan."
"kan itu udah gue ganti Fell."
"tetep aja, gue yang disalahin, mana lo main ngilang lagi abis itu."
"iya soalnya abis itu kan gue ada ujian." Egi menerawang, mengingat kembali kejadian yang membuat tangan Fellen nyaris patah.
**"Fell, gue duluan ya." kata salah satu temen Fellen, terlihat imut. berjalan melewati Fellen yang sedang membawa monitor menuruni tangga ke lantai 2. egi saat itu sedang duduk-duduk di teras kelasnya, begitu terpana melihat cewek tadi. akhirnya dia mengejarnya, awalnya sih egi berjalan santai, karena si cewek juga berjalan dengan santai, sampai tiba-tiba, cewek yang nyapa Fellen tadi lari-lari kecil karena udah bel, jadi deh, egi berlari, dan nabrak Fellen yang susah payah menuruni tangga membawa monitor. jatuh deh, tangan kanannya kejatuhan monitor.***
"heh, lo bengong aja."
"eh Fell, gue jadi inget, dulu pas ngejatohin lo itu gara-gara temen lo juga."
"siapa ?"
"yang nyapa lo dulu."
"alah tau ah. eh gi, sebenernya, gue juga dapet tawaran dari dion, buat ngisi posisi keyboard." kata Fellen, setengah berbisik begitu melihat dion duduk tak jauh darinya.
"oh ya ? bagus donk." egi ikutan bisik-bisik.
"lha kok bagus sih ?" Fellen tambah berbisik.
"soalnya gue juga ditawarin." egi malah cuman pake bahasa isyarat, mangap-mangap doank.
"lo mau ?" Fellen udah bicara normal lagi.
"ya mau lah." Egi melahap suapan terakhirnya. begitu juga Fellen, berhasil menyedot habis susu coklatnya. di seberang mereka, dion tersenyum tipis melihat rico yang heran. menganga gak percaya, gimana bisa peristiwa sebesar itu dia gak tau.
"see ? lo udah denger kan ?"
"iya."
"udah tau kan kenapa." dion bertanya puas. Rico beranjak dari kantin.***
Yeda berdiri mematung lagi di depan gerbang smkti. menunggu sosok manis yang setengah mati dirindukannya. ACHILLES FELLEN. berlari kecil ke arah yeda, seperti biasanya, dari balik yeda.
"yed, mana motor lo?" Fellen menepuk bahu yeda sambil masih ngos-ngosan.
"kebiasaan lo, gak bisa jalan aja apa ?"
"ntar lo marah nunggu lama-lama."
"yaudah, mana ?"
"hah ? apa ?"
"apa ? kunci motor sama motor lo ? kan lo minta gue kesini buat bawa motor lo, biar ntar lo bisa gue jemput cantik." kata yeda (sok) manis.
"oh, iya iya. tapi motornya masih diparkiran tuh."
"yaelah, ambil kek."
"iya, masih di ambilin egi, gue gak berani di parkiran, banyak cowoknya."
"sejak kapan lo jadi takut sama cowok."
"sejak gue jadian sama lo lah." jawab Fellen kesal, sebenernya, gak masalah sih, di parkiran banyak cowoknya, toh mereka gak akan ngejotosin Fellen, tapi masalahnya salah satu dari cowok yang ada di parkiran itu, adalah makhluk yang sangat dia hindari. Rico.
"ada mantan lo ya di sana ?" yeda bertanya lemas.
"eh yed, kok lo gak ngomong kalo acara lo ngajak gue ke pesta musik sialan itu ?" Fellen ganti topik.
"gue mau ngomong, tapi gue masih belum yakin lo bakalan mau ikut gak. gue kan gak bisa maksa lo. tapi egi udah ngasih tau kan ?"
"iya, dan dia minta gue buat jadi keyboardist dan vokalistnya. bagus kan ?" fellen berkata sinis. dia tau betul, itu pasti ide yeda.
"sorry Fell, ya gue pikir daripada lo ntar bosen, gue kan jadi panitia juga, sama jadi sie dokumentasi buat sekolah kita."
"iya, gak apa, and it did."
"lo tenang aja, gue yakin lo pasti bisa, eh ya, udah milih lagunya ?"
"belum." Fellen berkata muram. "lagu barat boleh gak sih ?"
"boleh lah, gimana kalo love story nya taylor swift ? ntar sambil lo nyanyi, gue puterin MV yang udah kita buat pas tugas multimedia semester lalu."
"ide bagus, oke ntar gue bilang yang lain."
"sorry lama." kata Egi sambil nyerahin motor Fellen ke yeda. "lo kok udah masuk aja Yed."
"iya, ada tm soal dokumentasi pesta musik."
"oh.. gue duluan ya Fell,gue tunggu di ruang musik ya."
"oke." dan egi ngeloyor pergi meninggalkan Fellen dan yeda. "yed, lo balik sekarang ?"
"iya, boleh kan ?"
"okey, ati-ati ya. sebenernya sih gue masih kangen sama lo, kan kita udah 3 hari-an gini gak ketemu."
"gue juga kangen, ntar gue main ke rumah deh."
"i'll wait." Fellen senyum. yeda mulai menyalakan motor Fellen."yeda..."
"iya.."
"gasnya di kiri." yeda tersenyum, membelai lembut pipi Fellen.
"iya tau." ***
Setelah kejadian pengambilan motor Fellen siang itu, hari-hari Fellen terasa sangat berat dan melelahkan. Dia bener-bener merasa gimana sengsaranya dulu para pekerja rodi dan romusha di jaman penjajahan. Fellen harus mulai terbiasa bangun pagi-pagi banget untuk menyiapkan bekal makanannya, karena Viona divonis dokter lagi hamil muda,n sama suaminya gak boleh kerja berat-berat. untuk pertama kalinya dia benci sekolah. gimana gak ? minggu ini adalah jadwal ulangan. semua mata pelajaran. Saat jam istirahat yang cuma 20 menit, Fellen harus latihan band bareng egi, dion dan anak-anak smkti yang lain. lanjut ke istirahat yang kedua, dia harus buru-buru ke kantin karena gak kuat nahan perutnya yang laper gara-gara istirahat pertama gak dapet jatah. oleh karena itu akhirnya selama dua hari ini dia lebih milih bawa bekal sendiri, daripada harus antri lama di kantin. sepulang sekolah, yang biasanya Fellen gunakan untuk bobok siang, kali ini dia gunakan untuk latian band bareng egi dan rockmantik, band andalan SMK 2. sementara sore, dia disibukkan untuk membuat banner dan promosi untuk resto baru milik kakaknya. yah, itu juga karena dulu dia udah janji. dan malem, pastinya di harus belajar mati-matian buat ulangan besok paginya. dan yang lebih parah dari semua itu. Fellen bahkan lupa sama yeda. pacarnya. dia udah jarang telpon ataupun sms. ketemu sih masih, tapi paling cuma beberapa detik doang pas Fellen latian band di smk 2. Lepas dari semuanya, ternyata Fellen gak sendiri, yeda, sang kekasih rupanya juga mengalami kelelahan yang maha dahsyat. bahkan mungkin lebih parah dari Fellen, dia, yang adalah anggota osis, yang sekaligus merangkap menjadi ketua Jurnalist yang ternyata adalah juga anggota paskibra, yang kini menjadi panitia pesta musik (banyak banget jabatannya dia) bener-bener depresi rasanya. pagi, dia harus ikut pelatihan jadi kameraman di balai kota, karena dia ditunjuk untuk jadi sie dokumentasi. trus setengah siang, yeda harus nyiapin makalah buat PAB OSIS dan ikutan latihan paskibra. siang, udah pasti dia sekolah, dan malemnya dia sibuk buat bahan Jurnalist dan mading. Egi, dion dan Tara juga mengalami hal yang sama, tapi di atas semuanya, RICO lah yang paling stress, dia, yang gak baca undangannya brenda dulu, kini dimarahin brenda abis-abisan. kayaknya brenda bener-bener kecewa karena dianggap gak penting secara gak langsung oleh Rico. dan Rico, yang siang tadi mengetahui kalo Fellen ternyata juga ikutan pesta musik, dan bahkan ikutan nyanyi, menjadi tertantang untuk membuat band dadakan. dia juga ingin berpartisipasi.
"don, lo udah nyiapin lagu buat Festival beberapa minggu lagi ?" tanya wahyu di sela makan siangnya.
"iya, lo tumbenan gak latihan." galih, yang baru pulang dari touringnya, ikutan nanya.
"lah, lo kapan balik Gal ?" dion bertanya polos pada galih.
"lo itu, belum juga jadi artis, udah sok sibuk aja, gue bahkan udah dari kemaren balik."
"tapi kemaren gue gak liat lo, jangankan kemaren, tadi aja di kelas gue gak liat lo."
"itu karena lo molor mulu." seru Rico yang baru dateng dengan seporsi bakso.
"jadi, lo bawain lagunya siapa Dion ?" tanya wahyu lagi.
"oh, gue masih bingung, Fellen gak mau bawain lagu indonesia, katanya suara gue juga gak matching kalo bawain lagunya de masiv." dion sedikit sombong.
"waahh.. berat..trus lo jadinya selama ini latiannya ngapain ?" galih protes.
"ya matchingin kita, band kita, Fellen Egi buat mainin musik."
"trus, band nya Fellen sama egi, udah ada lagu.?"
"udah Yu, kayaknya sih, mereka gak mau ngasih tau."
"pelit ah, eh tapi denger-denger, jurinya ada yang dari orang barat gitu, inggris kalo gak salah. jadi akan lebih baik kalo nyanyi lagi barat." jelas galih.
"iya, Fellen juga bilang gitu." kata Dion pasrah. latihannya beberapa hari terakhir sih oke, cuma masalah lagunya belum ditentuin.***
"Fell, lo udah nemuin lagu buat band smkti ?" kata Yeda mengingatkan. Fellen menggeleng sejenak. kemudian meneruskan melahap mie ramennya. "pesta musiknya bentar lagi loh." Fellen mengangguk, sambil masih melahap mie ramennya. kepalanya hari ini terasa penuh. sesak, bahkan overload. banyak banget yang harus dia pikirkan tiga hari terakhir. grand opening resto mini kakaknya, ulangan-ulangannya yang bejibun. band rockmantik, band smkti. desas-desus anak smkti tentang rico yang juga ikutan pesta musik. egi yang lagi down abis diputus pacarnya. dan juga...kabar tentang yeda yang sering kelihatan jalan bareng adek kelas. bener-bener membuat Fellen ingin segera menyerahkan nyawanya pada malaikat Izroil saja. "Fell, lo baik-baik aja kan ?" yeda meraih tangan kanan Fellen. membuat Fellen yang tadinya tenggelem sama pikirannya sedikit kaget.
"gue capek yeda." Fellen berkata pelan. "Capek banget sampe pengen mati aja." Fellen meletakkan sendok dan garpu. menggeser mangkuk mi ramennya dan menyandarkan kepalanya di meja makan.
"gue anter pulang sekarang aja ya ?" yeda membereskan laptop dan buku-buku fellen yang masih berserakan di meja. mengemasinya ke dalam bagpackernya.
"mbak viona sama mas vian masih belum pulang, aku lupa gak bawa kunci rumah yed." Fellen masih senderan di meja resto. "makanya gue ngajakin lo makan di luar. bukannya pacaran di rumah."
"yaudah pkoknya ayok ikut aja, lo butuh tidur sekarang." yeda menggelandang Fellen. "mbak, ini kembaliannya ambil aja." kata yeda pada pelayan resto. sesaat setelah itu. brukkk.***
"gue dimana ?" Fellen berkata lirih. berusaha membuka matanya lebar-lebar. "baunya bukan kayak kamar gue."
"lo dirumah gue, lebih tepatnya dikamar gue." jawab seorang cowok. kontan Fellen langsung membuka matanya. terpajang, eh salah terduduk cemas seorang cowok pake baju koko dan sarung hitam di samping Fellen. wangiii banget.
"Seriusan ? gimana bisa lo bawa gue pulang ke rumah lo tanpa seijin gue ?" Fellen langsung protes.
"gimana bisa gue ijin lo kalo lo aja tidur. ?"
"gimana bisa gue tidur ?"
"gimana bisa kita main tanya-tanyaan gini ?"
"yedaaa...gue tanya duluan."
"iya..tadi abis makan di Japfood, lo main nglepos. trus gue gendong, trus gue anter pulang, eh dijalan lo tidur. yaudah gue bawa pulang."
"naik motor ?"
"naik mobil lah. gue nyetop angkot tadi. hehe." yeda nyengir.
"kenapa harus ke rumah lo ?kan bisa lo bawa gue ke rumah gue, ke rumah ibuk."
"ya gue panik, kalo gue ke rumah lo, trus orang tua lo nanya gue bilang apa?"
"trus lo bawa gue kesini, emang orang tua lo gak nanya ?"
"ya tanya lah, panik malah."
"dan, kamu ngomong sama siapa ?" terdengar suara cewek dari balik pintu. sepertinya mamanya yeda, tapi mamanya yeda ngomong sama siapa ya ? batin Fellen. sedetik kemudian pintu kamar dana terbuka, "loh, kamu udah bangun to, udah enak-an ?" kata cewek yang baru aja buka pintu. kenapa cewek ? karena emang masih muda banget. cewek itu mendekat, duduk di samping Fellen, memegang kening Fellen. "panasnya udah turun kok dan."
"maaf, mbak ini siapa ya ?" tanya Fellen polos. yang langsung mendapat sambutan tawa dari yeda dan cewek tadi.
"kok kamu panggil saya mbak sih, panggil mama atau ibuk donk. saya ini mamanya dana." kata cewek RALAT wanita  yang sekarang mengaku mamanya yeda. well, emang mirip sih, tapi mamanya yeda kok masih muda banget. "mamanya yeda maksudnya, kamu Fellen kan ?pacarnya yeda?"
"iya. maaf ya buk, saya gak tau. abisnya ibuk masih keliatan cantik banget." Fellen nyengir.
"ah bisa aja, iya dulu emang ibuk masih muda banget pas punya anak yeda. masih 15 taun, percaya gak ?" mamanya yeda sudah beranjak dari samping Fellen. Fellen melongo, begitu juga yeda.
"seriusan buk ? umur 15 tahun udah punya anak satu ?" yeda gak percaya.
"iya dana, gak percaya banget, yaudah, ibuk mau mandi dulu, Fellen diajak makan dulu sana."
tik.tik.tik.Fellen dan yeda masih diem. gak berkutik. keduanya saling menatap. antara percaya gak percaya mamanya yeda berarti gak sekolah SMA. tapi mamanya kan pinter banget.
"jadi lo di rumah panggilannya dana ?" kata Fellen akhirnya. sambil menahan senyum.
"iya, adik gue juga dipanggil dana. biar gak ribet katanya."
"emang adik lo namanya sama-sama yeda wiradana ?"
"bukan. Hilda ardana. penting emang ?"
".." Fellen nyengir. membuka ikatan dasinya. "yed, lo keterlaluan banget, udah tau gue tidur. gantiin seragam gue kek, seragam ini kan besok masih gue pake, jadi lusuh gini."
"coba ulang Fell ? gantiin seragam lo, yg bener aja?" yeda mangap. ga percaya dengan apa yang barusan fellen katakan. gitu juga Fellen, dia baru nyadar.
"em.. maksud gue, ya paling gak mama lo kan bisa ngegantiin seragam gue. kan gue gak ada seragam serepan." ralat fellen.
"ohh.." yeda manggut-manggut. "makan yuk."
"gak ah masih kenyang banget. eh lo abis kondangan ya ?"
"kondangan, apaan ?"
"kok lo pake baju koko ?"
"kenapa, ganteng ya ?" yeda menggoda.
"bangeeeeettt yeda..love youuu.." Fellen berhamburan meluk yeda. yeda malah tambah shock. sebelumnya fellen gak pernah seheppi ini dideketnya, apalagi seromantis ini. ditambah bilang love yu, alah...tapi toh akhirnya yeda balas meluk Fellen. "yed, lo tau gak, gue takut banget kalo lo tiba-tiba ngejauhin gue." kata fellen pelan sambil masih meluk yeda.
"gue juga, gue takut banget lo ngelupain gue." yeda semakin memeluk Fellen erat. "gue sayang sama elo Fell. gue gak pernah kayak gini sebelumnya."
"gue berusaha gak ngecewain lo. gue harap lo juga gitu." Fellen berangsur melepas pelukannya. yeda tersenyum. kelihatan banget lesung pipinya.
"gue akan tetep sama lo kok meskipun gue dikecewain." yeda meraih tangan Fellen, mencium punggung tangan Fellen. mendekatkan wajahnya ke wajah Fellen...and one, two, three..Gedubrakk..ihik ihik..huaaaa...belum sampe 2senti yeda mendekatkan wajahnya ke Fellen, suara mengganggu dari another dana muncul.
"suara apaan tuh yed ?"
"gak tau.." yeda bergegas ke TKP. begitupun Fellen. and..here they are, adeknya yeda yang masih 5-tahunan ngapar ketindihan keranjang baju kotor dan beberapa kardus mi instan kosong. di samping adeknya yeda berdiri dengan kokohnya mamanya yeda. sambil ketawa parah. Fellen berjalan pelan membantu hilda berdiri. dan membereskan kardusnya. yeda menyusul membereskan pakaian kotor.
"ati-ati napa sih dek.." omel yeda. hilda masih sesenggukan, kali ini sudah digendong mamanya, Fellen tersenyum mendengar omelan yeda. keliatan yeda sayang banget sama adeknya. one point yang buat Fellen tambah sayang sama cowok berpipi bolong disampingnya. sementara bagi yeda, kecelakaan adeknya barusan sungguh sangat mengganggu. gimana gak?dia udah siap-siap mau nyium Fellen lah malah adiknya berisik. sementara di Studio musik Brenda yang tadi rambut panjangnya digerai,sekarang udah dia kuncir jadi satu. berusaha sekuat tenaga menarik perhatian cowok pake topi berlabel payung yang lagi duduk manis sambil memetik senar gitar tepat di seberang brenda. segala tingkah udah brenda lakukan, mulai dari gaya senyum senyum sendiri sambil liat hape, ngaca-ngaca gak jelas, nyisir rambutnya yang hari ini luruuuus banget, trus kipas-kipas ala pendamping pengantin jawa, berdiri dengan gaya-gaya telponan, sampe akhirnya dia gerah dan ngiket rambutnya menjadi satu. namun sama sekali gak ada respon dari si cowok, yang gak lain adalah *you know* RICO. bahkan rico gak ngeliat brenda sama sekali. inget kalo dia ke studio musik sama brenda aja palingan enggak. Rico masih asyik ngegitar. nyanyiin lagu favoritnya Fellen pas masih duluuu banget.Robert, kakak kelas Rico yang rico minta jadi vokalis band dadakannya memandang brenda prihatin. antara percaya gak percaya rico ngabaiin cewek secantik brenda.
"heh, Ric, diliatin cewek lo mulu tuh. gak kasian apa? samperin kek, say hey kek, lo malah sibuk ngegitar mulu." omel robert setengah berbisik pada Rico. Rico hanya senyum tipis sambli masih ngeliatin tangannya yang masih menari-nari di senar gitar.
"dia bukan cewek gue." kata rico dingin.
"lha trus?lo ngajak dia kesini,sementara dia bukan cewek lo?apa tuh maksud lo?"
"lha dia maksa, yaudah gue ajak."
"kampret lo, lha mending lo kasih gue aja."
"kasih, emang lo kira dia koin main kasih lo."
"maksud lo gue pengamen gitu lo kasih koin ?"
"jadi nyanyi lagu apa kita ntar ?" Rico mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya lupa, good charlotte aja, gue dapet bocoran dari temen gue yang jadi panitia katanya belum ada yang ngedaftar lagu genre Rock, bisa aja kita menang ntar. lumayan." Robert seperti teringatkan.
"gue gak butuh menang.."
"iya, lo butuh ngebuktiin ke anak baru itu kalo lo bisa lebih dari dia." potong Robert.
"anak baru siapa ?"
"ya itu, cowok yang main gitarnya keren banget yang lo liatin mulu pas di ruang musik minggu lalu."
"cowok ?siapa maksud lo ?"
"yang itu, yang lo liatinnya nafsu banget tiap ketemu dia. yang satu rombongan band sama dion. yang pinter banget main gitar." robert nginget-inget. cowok radak bule yang tiap ketemu sama Rico selalu ngeliat rico sinis, begitu juga rico, selalu ngelihat dia seakan-akan pengen rico makan sampe ke tulang-tulangnya. Rico berpikir keras. bingung sebenernya dengan cowok yang dimaksud Robert.
"oh..Egi maksud lo?" Rico mencoba menebak.
"Cowok bule itu masak namanya egi ?jelek amat, pokok yang juga sekelas sama lo. yang tiap kemana-kemana selalu sama cewek manis. yang sekelas sama adek gue, gian."
"iya, tau gue, namanya egi." Rico menerawang maksud Robert tadi. sebenernya Rico pengen buktiin ke Fellen bukan ke Egi. tapi karena tiap ada Fellen, Egi selalu aja di deketnya dan terkesan kayak tameng Fellen, jadi Robert ngeliatnya Rico nafsu banget pengen ngehajar Egi. yaaa..walo kadang emang Rico pengen ngehajar Egi beneran sih.
"cewek itu pacarnya si egi itu ?kok tapi gue sering liatnya dia sama cowok lain sih ?"
"gak usah bahas itu bisa gak ?kita nyanyi good charlotte yang I don't wanna be in love itu aja." Rico meletakkan gitar. berjalan menuju brenda yang sekarang keliatannya udah ngantuk berat. iyalah, dari jam 5 sore sampe jam 8 malem yang biasanya dia pergunakan untuk tidur, ini malah nemenin cowok yang..sudah lupakan.
"pulang yuk. dia berkata pelan sekarang." bukan-bukan karena dia kasian liat brenda, bukan pula gara-gara dia mulai suka sama brenda, lebih karena...tiba-tiba aja dia keinget Fellen begitu liat brenda ngantuk.Aneh.
"kamu udah latihannya ?lanjutin aja kalo belum."
"kamu kan udah ngantuk, aku anter pulang dulu. bisa dicariin orangtua kamu ntar. kamu tadi katanya ijin buat belajar di rumah reni kan gak nemenin aku."
"oh..iya juga sih..yaudah." Brenda menggamit tangan Rico. jujur.Rico ngerasa something happen begitu brenda main nggamit tangannya. tapi sebisanya dia sembunyiin.
"gue duluan bro, ntar gue balik lagi." Rico pamitan pada Robert dkk.***
Fellen kembali sibuk saat istirahat pertama hari ini. sepulang yeda nganter Fellen pulang semalem, dia mendapat inspirasi lagu buat SMKTI. Vian, kakak iparnya, minta Fellen untuk ngebuatin beberapa ringtone untuk hp barunya. di berkas lagu-lagu Vian, Fellen menemukan 2 lagu yang pas banget kesannya untuk suara Dion. dan easy learning untuk band SMKTI. jadi istirahat pertama ini dia gunakan sebaik-baiknya untuk ngenalin lagu ini ke personil band yang udah nemuin nama yang cukup sangar "RedWolf"
"jadi, gue bingung antara dua lagu ini mana yang lo bisa nguasainnya dalam seminggu." Fellen memutar lagu pertama yang dia copy dari filenya Vian.
"gue sih terserah elo Fell, karena lo tau kan, gue minta tolong sama lo." Dion nyengir.
"ya gak bisa gitu dong Di, kan lo yang nyanyi, lo harus nyaman sama lagu yang lo mau bawain,and yang paling penting lo harus nguasai ekspresi dari setiap kata di lagu yang mau lo nyanyiin. well, ini lagunya David archuletta, 2008 judulnya Crush.ini liriknya" dan..lagu david archuletta-crush membahana dari leptop Fellen. Dion keliatan seneng banget nyanyi lagu itu. sampe-sampe ekspresinya kayak monyet yang cintanya diterima sama megan fox. berlebihan banget. sementara di samping Fellen, egi masih aja diem sambil mantengin lirik lagu Crush. tanpa ekspresi.
"lagunya tentang orang yang lagi jatuh cinta kesannya." komen egi begitu lagunya berakhir.
"iya gi, sejenis gitu kayaknya." sahut dion sambil masih senyum-senyum ngeliatin lirik lagunya.
"dan yang satunya, mungkin lo udah pernah denger Di, karena gue yakin temen lo pernah muterin lagu ini pas ada lo. secondhand serenade, Fall For you 2008 juga." kali ini lagu sedikit mellow yang diputer Fellen, dan giliran egi yang mulai berekspresi, tapi ekpresi sedih. maklum kan abis putus. sebenernya jauh hari Fellen udah nemuin lagu buat Band ini, lagunya westlife, my love yang Fellen udah kuasain banget, tapi kemudian yeda ngasih tau syarat dan ketentuan pesta musik sama Fellen yang salah satunya adalah lagu yang dibawain lagu yang populer selama sepuluh tahun terakhir, antara 2001-2010an. baru deh Fellen bingung. sebenernya Fellen bisa aja milih lagu Face Down favoritnya sebagai lagu yang akan dibawain SMKTI. tapi anak sekolah lain pasti udah ada yang bawain, Fellen pengennya lagu yang bakalan dia bawain, belum dan gak ada yang nyamain. sebenernya itu maunya Yeda sih. biar surprise gitu.
"yang lagu ini aja gimana Di ?" seru Egi. mematikan lagu di leptopnya Fellen.
"serius ?lagu ini?" dion bertanya gak percaya. dia lebih minat sama lagu yang satunya sih. dia bahkan udah punya imajinasi kalo Fellen juga ikutan nyanyi di lagunya David. tapi dia sungkan juga mau nolak, kan dia minta tolong sama Egi juga. "ya gak apa sih, bagus juga kok." lanjutnya berat hati.
"emang kenapa sama lagu ini Gi ?" tanya Fellen.
"lo akan tau ntar." dan Egi mulai mengatur strategi panggung buat pesta musik, lengkap. Fellen senyum ngeliat Egi semangat. bukan apa-apa, Egi udah dianggep adik sama Fellen. jadi, you know, kalo sodara kita terlebih adik lagi seneng, kita pasti mau gak mau harus seneng, begitu juga saat lagi sedih, dan bagi Fellen lebih baik ikutan seneng daripada sedih. plis deh, kehidupan dia akhir-akhir ini kan udah menyedihkan.***
Tara kembali celingukan, kali ini gak di depan gerbang rumah bertuliskan 'Vian's Family' melainkan depan gerbang SMKTI. dia bener-bener bingung mau ngapain. mau langsung masuk atau stay berpanas-panas ria di depan gerbang. dia bener-bener nyesel ninggalin hapenya tadi di rumah. gara-gara kelamaan jomblo dan udah gak sekelas lagi sama Fellen dia jadi ngerasa gak terlalu ngebutuhin hp. tapi kali ini dia menyesal. dia udah celingukan kayak maling udah hampir 20 menit namun si Fellen gak keluar juga. gak ada yang dia kenal lagi, mau masuk, tapi...dia gak pake seragam lengkap, masak iya, bawahannya abu-abu putih tapi atasannya kaos darbost bergambar tasmanian devil. udah gitu nyendal jepit lagi. Tara lebih bingung lagi, kenapa mau-maunya dia kesini disuruh yeda jemput Fellen. ah siaallll..gara-gara dikasih iming-iming bisa bolos 3jam mata pelajaran Fisika penuh, jadi deh dia dengan ikhlas ngejemput Fellen. kan juga Fellen temennya juga. tapi kalo sampe jam 1 dia belum nemuin si Fellen ya apalah artinya bolos 3jam mata pelajaran. jadi gak lengkap.
"nyari siapa ya ?" celetuk seorang cowok yang rupanya daritadi gerah ngeliatin Tara celingukan kayak maling amatiran mau nyolong sendal di mesjid.
"nyari Fellen, bisa tolong panggilin gak ?" sahut Tara enteng sambil masih celingukan.
".." si cowok diem. berjalan pelan ke depan tara. "lo temennya Fellen ya ?" kali ini cowok itu berbisik.
"waaaa.." dan tara malah kaget trusan teriak sekencengnya. membuat beberapa orang yang ada di sekitar gerbang pada ngeliatin dia. "lo manusia ?" tara masih syok.
"ya manusia lah, maksud lo ?"
"lo item banget..bikin gue takut."
"lo temennya Fellen apa gimana jadinya ?"
"iya, bisa tolong panggilin dia gak ?gue ada penting banget."
"gue disuruh nyampein ke temennya Fellen sama Egi, katanya lo suruh duluan aja, gengnya Rico masih nangkring di sono noh."
"lha terus ?"
"ya Fellen gak bisa pulang dulu, jalan belakangnya lagi ada pembakaran sampah."
".." tara bengong, susah banget baginya untuk mencerna kata-kata si cowok item itu. Rico?pembakaran sampah? apaan coba hubungannya? "udah suruh dia kesini aja kenapa sih. penting banget."
"yah..gue masih maskeran nih. entar anak-anak pada takut kayak lo lagi." kali ini tara bener-bener melongo. jadi ini anak item gara-gara maskeran ?maskeran apaan coba ?angus panci?atau ampas kopi atau malah oli bekas ?Tara semakin gak ngerti sekolah model apaan SMKTI itu, ini masih jam pelajaran tapi muridnya ada yang masih jogrokan, malah ada yang lagi maskeran.
"yaudah deh, bilang sama Fellen, gue tunggu di rumahnya aja. kalo mau pulang suruh jemput yeda lagi aja ya." akhirnya Tara pasrah.
"oke gue sampein nanti. lo ati-ati dijalan ya. awas, ada tawuran."
"iye, thanks." tara melenggang pergi, baru aja Tara membalikkan badan, dia udah...Brakkk..nabrak seseorang. dan cowok.
"Sorry sorry, gue gak liat." dan cowok yang ditabrak tara malah yang minta maaf.
"iya gak apa. biasa aja." Tara senyum. dan membuat si cowok terpesona. dia kembali inget moment pas dia gak sengaja nabrak Fellen dan membuat tangan Fellen nyaris patah. and cewek itu..iya cewek itu yang buat dia lari-larian trus nabrak Fellen.
"lo..temennya Fellen ?" kata cowok itu. yang tak lain adalah Egi. "yuk ikut gue. Fellen ada sama gue." dan egi langsung nggelandang tangan Tara. "Thanks ya Jon." tak lupa egi say Thanks ke Jojon, adik kelas yang jadi drummer di band. Tara cuman ngowoh, gak tau harus ngapain. tapi toh dia ikhlas aja di gelandang egi.***
Rumah Vian, kakak Fellen heboh banget sore ini. saking hebohnya, si pemilik rumah, Vian dan Viona memilih pergi dari rumah, jalan-jalan ke taman deket rumah, itung-itung pacaran. Fellen sih diem aja. duduk manis sambil liat Film harry potter- prisoner of azkaban. yang bikin heboh adalah, beberapa makhluk yang ngaku temennya, Tara, Yeda, Egi, dan personil Rockmantic. mereka, pada bahas soal acara pesta minggu yang akan dilaksanakan beberapa hari lagi.
"pokoknya yed, gue mau konsepnya si Fellen itu kayak romeo juliet beneran." seru tara, tangannya masih sibuk bolak-balikin halaman majalah wedding.
"iya gue tau Ra, gue malah pengen persis kayak yang di MV. Fellen dandannya kayak yang ada di MV. ya persis kayak gitu pokoknya." Yeda setuju.
"iya harus pokok, biar dia kelihatan istimewa banget di atas panggung, pake white dress, braided hairstyle, pake high heels, trusan duduk manis di belakang kemudi piano." tara senyum-senyum membayangkan Fellen bak putri-putri yang ada di disney.
"trus dia mulai nyanyi, dengan suara khasnya yang antik itu." sahut egi.membuat tara makin senyum-senyum membayangkan.
"tapi masalahnya Ra, Gi, Fellen mau gak pake white dress, make up-an, rambutnya dimodel kayak putri gitu, ditambah pake high heels." dan seketika senyum Tara mingslep. bener juga, sekalipun Fellen bukan anak tomboy, dia kalo disuruh pake begituan ogah parah jawabnya.
"gue langsung bedmud lo bilang gitu yed." kata tara tanpa ekspresi. menatap Fellen seakan Tara ingin mencuci otak Fellen. sementara Fellen, masih serius mantengin layar monitor yang sekarang gambarnya Sirius Black yang terkapar, disedotin dementor. "hey Fell..jadi lo mau ga?" seru Tara. fellen langsung mengo.
"apaan Ra ?"
"ya dandan kayak lo yang ada di MV tugas kita."
"hah ? yang bener aja. ogah."
"tuh kan, gue udah nebak dia bakalan jawab gitu." yeda menarik laptop yang tadi fellen gunakan buat nonton.
"ya secara, gue tampil dua kali, mending kalo band sekolah kita udah jelas tampilnya kapan, nomor urut berapa, ini kan masih belum tau."
"iya juga sih." kali ini egi yang ngomong. "eh tadi dion ngomong ke gue, kalo konsep panggung band smkti bebas, santai biar gak modal banyak."
"nah, kalo gitu gampang, gue gini aja udah kece." Fellen sekarang bangkit dari duduknya, memperlihatkan ke-kecean looknya sore ini. semua mengamati. celana putih garis-garis selutut, kaos item I love payung-nya lagi. "tinggal pake kets merah gue, trus pake topi udh sip dong." Fellen berkata bangga.
"seriusan lo mau ngiboard pake begituan. lo mau pentas fellen sayang, bukannya ngamen. apalagi jogging." yeda mengacak rambut Fellen. "ditambah rambut kacau lo ini, gak banget tauk."
"oke gue ada ide." egi berkata semangat. "jadi untuk performnya band smkti, kita pake konsep santai, pake celana selutut semua. trus pake t-shirt lengan pendek, warnanya terserah, trus pake sneaker kayak punya lo itu fell."
"brilliant Egi." dan Fellen main nowel pipi egi, membuat yeda manyun. begitu juga Tara.
"toss dulu donk." fellen dan egi bertoss ria.
"trus masak iya lo juga pake baju yang sama pas nyanyiin love story ?" tara sinis.
"yaelah ra, jangan sinis gitu napa, oke deh gue pake white dress, tapi jangan yang kayak di MV donk Ra, risih pakenya, ribet juga, panjang banget lagi. udah gitu high heelsnya tinggi banget lagi. emang lo gak kasian gue ?" Fellen memelas. Tara jadi gak tega. begitu juga dengan Yeda, memandang Fellen miris. teringat gimana dulu pas yeda sama Fellen shooting MV itu. ah pokoknya Ribet banget. tapi hasil kerja keras mereka terbayar, dengan dinobatkannya MV love story ala yeda&Fellen cs menjadi MV terkeren. dan sempat diretweet sama Taylor Swift sendiri.mulai saat itulah, Fellen sama yeda jadi ada something dan finally pacaran.
"iya Ra, kasian Fellen, emang lo gak inget gimana tersiksanya dia dulu ?" yeda ngebelain pacarnya.
".." Tara menarik napas panjang. "Oke, sorry, gue cuman mau lo jadi yang terbaik fell, udah itu aja."
"selama ada kalian, gue akan selalu ngerasa jadi yang terbaik."
"maksud lo, kita semua itu terburuk gitu kalo pas ada lo ?" tara sewot.
"ya gak gitu juga. udah kalian tenang aja. I'm gonna make a little surprise for our school."
"bentar, kalo surprise lo menjijikkan, gue ngundurin diri jadi cowok lo Fell." yeda berseru lantang.
"don't worry. kalian akan bener-bener jatuh cinta sama gue kalo kalian liat gue pas perform ntar."
"asal lo bagusnya jangan pas di band-nya dion aja." sahut egi. setelah nemuin lagu yang pas buat dion, fellen diminta ikutan nyanyi di salah satu bait lagu fall for you. dan itu dinilai egi membuat penampilan band-nya dion jadi weowe banget. begitu juga yang dirasakan Rico di seberang sana. di lapangan bola. bukannya dia main bola sama dion, wahyu, galih dan kawan-kawan, rico malah telentang gak jelas di tengah lapangan. dia masih keinget pas tadi siang dia gak sengaja ikutan liat Dion latihan band (sebenernya sih sengaja dan dengan sembunyi-sembunyi liatnya, udah kayak mata-mata gitu) dia bener-bener terpesona dengan suara khas Fellen pas lagi nyanyi. udah lama juga dia gak denger Fellen nyanyi. itu juga menginspirasinya untuk ikutan nyanyi juga pas band-nya tampil.
"heh, Co, lo sebenernya ngapain sih telentang gak jelas gitu." seru dion yang kayaknya udah lelah banget ngejar-ngejar bola.
"lhah lo ngapain ikutan gue telentang." protes Rico saat tiba-tiba dion main ngapar disebelahnya.
"capek gue."
"ya sama kalo gitu."
"eh, gue tadi liat status FBnya cewek lo tuh, katanya lagi nemenin lo ngeband."
"cewek gue siapa ?"
"ya brenda lah. emang cewek yang lagi deket sama lo ada lagi ?"
"oh.." rico datar.
"jadi ngapain men lo ngeband ?jadi beneran lo mau ikutan juga ?"
".." rico bingung, dia gak mau bilang sebenernya ke dion, pertama dia mau ngasih kejutan buat Fellen sebenernya, tapi kayaknya sih Fellen udah curiga, kedua, dion pasti marah, soalnya dulu dion pernah minta Rico buat jadi gitarist bandnya, tapi rico gak mau. "brenda bukan cewek gue." Rico akhirnya ngalihin perhatian.
"tapi kayaknya dia udah sayang banget tuh sama lo. tuh sampe dia nyamperin lo malem gini di lapangan." dion menunjuk cewek yang baru aja turun dari mobil. rico bangkit dari telentangnya, melihat brenda gak percaya. nih cewek maunya apa coba.
"hei, kata mama kamu, kamu lagi main bola, jadi aku samperin kesini." sapa brenda manis. "Hei dion."
"he brend, yaudah men, gue siap-siap pulang," dion main ngabur.
"lo ke rumah gue ?" Rico agak marah.
"enggak, mama kamu tadi pas ke rumahnya reni bilang gitu ke mamanya reni."
"oh, jangan pernah sekali-sekali main ke rumah gue. atau lo gak bakalan ngeliat gue seumur hidup lo."
"kok, kamu ngomongnya gitu sih rico ?" brenda terlihat sedih, kata-kata Rico barusan terkesan mengancam. dan brenda paling gak suka diancam, apalagi sama orang yang akhir-akhir ini dia tau, dia sayang banget.
"sorry, aku mau pulang, kamu juga pulang gih. belajar sana, bentar lagi mau ujian kan kelas 3." kali ini Rico membelai lembut rambut brenda. brenda senyum.
"iya, tapi kamu anter aku ya ? tadi kakakku udah duluan."
".." rico menghela napas. "iya, tungguin di parkiran sana, aku mau ganti baju dulu."
"iya, siap." brenda berjalan ke parkiran, sementara rico ngedumel gak jelas.***
SABTU adalah hari yang seharusnya jadi hari yang FUN banget. khususnya buat pelajar, well karena besoknya minggu, dan sabtu mereka pulang sekolah lebih awal. dan bagi manusia yang udah gak jomblo kayak Fellen,juga harusnya heppi, karena sabtu identik dengan malem minggu, yang artinya Fellen bakalan diapelin yeda. tapi entah hari sabtu ini, Fellen rasanya deg-deg-an banget. gusaaaarrr banget. bukan karena diapelin yeda, ah elah boro-boro mikir diapelin, ketemu yeda aja udah enggak sejak kehebohan di rumah Fellen. komunikasi aja barusaaan aja, yeda telpon kalo band yang tampil band-nya SMKTI duluan.
"Fell, gue harus ngomong." kata egi saat Fellen baru aja nyampe gerbang SMK 2. egi main nyamber tangan fellen ke ruang musik sekolah Fellen. di sana udah berdiri TARA dan temen-temen rockmantik
"apaan."
"lo udah tau kan kalo ternyata bandnya dion yang tampil dulu, gue mau lo, gak buka mulut lo sama sekali saat bandnya dion main."
"lhah kenapa ?"
"simpan aja suara amazing lo itu untuk perform band kita."
"bener kata egi Fell, lo ini kan milik SMK 2 bukan SMKTI, dengan lo udah mau jadi keyboardistnya mereka aja, harusnya mereka udah beruntung banget." tara ikutan menghasut.
"yupp, jadi gak usahlah, lo ikutan nyanyi, bikin penampilan mereka jadi w.o.w aja." tambah egi.
"okey, lo ngomong dion gih."
"gue udah ngomong, dan bagian lo yang nyanyi, gue yang ngambil alih. okey, dan ditambah lagi di lagu kita, pas bagian yang lo usulin kemaren, kayaknya bagian itu gue yang nyanyi."
"lo serius Gi ?" Fellen gak percaya.
"ini ide cowok lo, die maksa gue."
"dan,,sebenernya itu idenya temen gue." Fellen menyenggol bahu Tara pelan. Tara cuman senyum-senyum gak jelas. Egi balas senyum ke Tara. gak tau kenapa Egi akhir-akhir ini jadi seneng banget kalo pas di deket Tara. "biasa aja deh kalian, gak usah saling senyum gitu, bikin jeles aja."
Seketika senyum tara dan Egi mingslep. Fellen melenggang keluar ruang musik. dengan kepalanya yang full pikiran. pengen banget dia mecahin kepalanya. Fellen berjalan pulang dengan pikiran kosong. Pesta musiknya tinggal beberapa jam lagi. dan dia belum apa-apa.***
Ruang tunggu yang udah disiapkan panitia untuk acara pesta musik sudah penuh oleh peserta pesta musik. ya ada yang dari SMA, SMK, SMP, ada juga untuk peserta dance. Acaranya sih udah dimulai dari jam 3 tadi, berarti udah sekitar 2.5 jam yang lalu, mengingat pesertanya banyak banget. Suasana mendadak heboh di ujung Ruang ganti. tepatnya di tempat Dion CS berdiri. gimana gak heboh, 2 perform lagi, bandnya tampil, sebenernya sih dia gak perlu heboh, karena emang dia udah siap dari sebulan yang lalu, masalahnya, si Fellen belum nampak-nampak daritadi. padahal mereka udah janji kumpul dulu jam setengah 5, tapi hingga detik ini Fellen belum juga nongol, udah disms gak bales, ditelpon no respon.
"Gi, lo beneran kan tadi ketemu Fellen?" tanya dion lagi, sambil masih mencet-mencet hape.
"beneran dion, tadi juga sebelum berangkat, gue ke rumah Fellen, jemput Tara."
"lhah sekarang Tara mana ?"
"di tempat duduk penontonlah."
"pas lo jemput tara, Fellen ada gak ?"
"bentar-bentar." egi mengingat-ingat. "kayaknya pas itu rumahnya sepi deh, soalnya Tara aja matung di depan gerbang rumah Fellen."
"Hey, Fellen udah dateng ?" seru cewek yang baru aja gabung. Bella, keliatan cantik banget pake rok chiffon biru laut selutut, dengan kemeja putih polos dimasukkan ke Rok. bella senyum liat egi. egi ya seperti biasa, senyum balik tiap disenyumin cewek.
"Lo gak liat Fellen emang bel ?" tanya dion. udah keliatan gusar banget.
"Egiii.." teriak cewek. dan Tara. cewek yang teriak barusan Tara. keliatan manis banget pake celana denim item diatas lutut, atasan rajut, well let's say it's sweater jingga. rambutnya yang lurus digerai dan tak lupa beannie merah doubt yang nempel di kepalanya. ih..jadi tambah manis aja. Tara langsung nyamperin egi dan, entah sengaja atau enggak, dia main ngegandeng tangan Egi. egi senyum-senyum aja gak jelas. "barusan gue sms kakaknya Fellen, mas Vian, dan katanya Fellen udah berangkat daritadi tuh. aduh, gue jadi kepikiran, jangan-jangan dia kenapa-kenapa di jalan."
"lo tenang ya Ra, dia akan baik-baik aja kok." Egi mengelus tangan tara yang masih menggenggam tangannya, dan baru saat itu Tara sadar, dan langsung melepas tangan Egi. Bela sedikit terganggu ngeliatnya. entah kenapa Bela jadi ngerasa panas kalo liat egi lagi sama cewek lain, termasuk kalo liat egi lagi sama Fellen.
"kalian masih disini aja ?" celetuk yeda yang main nongol. tangan-tangannya sibuk, satunya membawa tas ransel, yang semua udah pada tau kalo itu tas Fellen, dan satunya bawa tripod untuk kamera.
".." semua pada bengong. pada ngeri banget liat penampilan yeda. yeda keliatan lusuh banget, masih pake seragam pramuka, dengan atasan yang setengahnya udah keluar, pokoknya looknya yeda gak banget deh, agak keatas dikit, kita bisa liat topi berlabel payung kesukaan Fellen nangkring di kepala yeda, dengan kacamatanya yang makin tebal. trus jaket Fellen yang melingkar di pinggangnya. bener-bener menambah kesan lusuh yeda.
"yaelah malah pada bengong. woeeeee.." yeda setengah teriak. "kalian pada ditungguin cewek gue kali. malah asyik-asyikan disini."
"Fellen udah disini yed ?" Tara bertanya, nyaris bareng dengan egi dan bela.
"jah, sejak kapan kalian jadi regu chour, bareng gitu." protes yeda."udah daritadilah, nungguin kalian yang malah asyik ngisis disini."
"trus, sekarang dimana Fellen ?" dion mulai bersemangat.
"dia udah dipanggung daritadi, buruan gih, bantuin dia naikin keyboardnya." dan yeda main pergi ninggalin anak-anak lain. "ye buruan kali, kalian gak mau tampil apa ?" bentak yeda, karena bukannya malah langsung menuju Fellen tapi dion dan yang lain malah matung gak jelas.***
Rico masih asyik dengan I-pod ditangannya dan earphone di telinganya. di sampingnya ada cewek cantik, brenda yang hari ini pake dress angguuuun banget. kontras dengan penampilan rico yang casual, pake celana jins dan kaos merah. brenda tak hentinya ngoceh dengan Reni yang akhirnya membuat Rico memutuskan untuk menutup lubang telinganya dengan earphone.
"oke, peserta nomer 27 dari SMK Pelita. silahkan naik ke atas panggung." suara MC yang menggema keras dan cempreng banget. bahkan sampe menembus dinding earphone Rico yang lagi ngePlay Face down bahkan dengan volume maksimal. "peserta nomer 27 ? oh udah siap ya.oh masih ngangkat keyboard ya ?hehe. kenapa gak pake keyboard yang udah disediain panitia aja sih ?jelek ya..hahaha emang sih." celoteh MC yang wajahnya mirip amink. Rico melepas earphone-nya dan mengamati peristiwa yang ada di panggung. Jojon, Gian dan panitia lain berusaha ngangkat keyboard yang mungkin akan Fellen gunakan selama performnya. sementara egi dan dion....mereka ngangkat kursi taman dimana Fellen duduk manis nempel dikursi, sambil senyum-senyum sok imut.hahaha...Rico gak ngerti apa maksud Fellen berlaga sok jadi putri gitu, tapi toh dia menyunggingkan senyum memikatnya.
"itu band sekolah kamu ?" tanya brenda disampingnya.
"iya." jawab Rico singkat. penampilan Fellen bener-bener diluar dugaannya. bayangannya, Fellen akan pake semacam gaun atau Rok gitu buat pentasnya, karena dia yakin semua orang pasti maunya Fellen keliatan anggun bak putri. tapi ini apa..masak pake kaos oblong abu-abu, celana putih pendek di atas lutut, jam merah yang selalu nempel di tangannya dan ...sepatu nike merah item kayak yang lagi Rico pake sekarang. beannie singa nempel di kepalanya, nutupin rambutnya, yang entah kenapa keliatan beda menurut Rico.
"kok kamu gak ikutan band-nya mereka aja ?" tanya brenda lagi, sekarang malah sambil menggamit tangan Rico. bukan karena sebab, karena Fellen yang gak sengaja ngeliat brenda.
"gak papa. gak satu genre."
"oh..bukan gara-gara ada cewek itu ? cewek itu mantan kamu itu kan ?" brenda pengen tau.
"okey, udah siap yak ?okey, this is number 27, Redwolf, Fall For You. hehehe, tau artinya kan, soalnya ada juri satu bule.." seru si MC dengan suara melengkingnya lagi. cengingisan gak jelas, berangsur meninggalkan panggung. sekarang semua mata dari seluruh penjuru menatap ke panggung dengan seksama. hahaha, abisnya heboh banget sih. pake acara dekor panggung dulu tadi. dari yang band-band sebelumnya pada perform sambil berdiri, nah ini pada duduk-duduk manis semua, nyantai banget, dan.. 1..2..3..
"The best thing about tonight's that we're not fighting,.." dan suara lembut dion mulai terdengar..baguuuuuuss banget. bersamaan dengan dentuman piano dari jari-jari lentik Fellen. Egi masih terdiam dengan gitarnya. belum waktunya dia metik gitar soalnya. hahaha "Could it be that we have been this way before."... dan lagu Fall for you_-nya secondhand serenade mulai mengalun indah di seluruh antena gor mekarsari. penontonnya juga sekarang udah histeris. sebenernya sih yang histeris penonton bawaan dari SMK2 dan SMKTi yang emang udah disiapin sama Bu rini, kepsek SMKTI. Rico sendiri dalam hati juga udah histeris banget. tapi dia tetep stay cool, apalagi di sebelahnya brenda duduk manis sambil masih ngegamit tangannya. di sudut panggung, yeda dan egi bergantian ngelirik Fellen. memberi kode sekaligus peringatan agar Fellen gak ikutan nyanyi. Fellen di balik piano memasang expresi datar, menatap tara di kursi paling depan penonton, sambil sesekali bertautan dengan mata Rico yang duduk tak jauh di belakang tara dan bella. seperti yang udah dia janjikan, Fellen sama sekali gak buka mulut, bahkan saat dia mau menguap. Tara ngerasa ada yang aneh, gak tau kenapa dia jadi maniak foto, dan gak tau kenapa yang difoto itu egi. di kursi samping tara, ada bella yang gak kedip ngeliat egi, egi, jujur, dia keren banget. beda banget sama egi yang biasanya.
"So breathe in so deep
 Breathe me in
 I’m yours to keep
 And hold onto your words
 ‘Cause talk is cheap
 And remember me tonight
 When you’re asleep." dan suara Egi yang tiba-tiba mengalun indah, membuat penonton (khususnya cewek) mendadak heboh, apalagi bella. heboh banget, tara yang tadinya senyum-senyum sambil nyolong-nyolong fotonya egi menganga. bener-bener surprise banget. sementara RICO. dia gak tau harus gimana, dari awal dion nyanyi, dia bener-bener udah gak sabar pengen denger Fellen nyanyi, tapi ini ?mana ?kenapa bagian yang kemaren dinyanyiin Fellen ini malah dinyanyiin egi. ya oke, Rico akui emang keliatan lebih keren pas egi yang nyanyiin.
"...you're impossible to find." dan bahkan baris terakhir lagu yang dion nyanyiin, Fellen sama sekali gak buka mulut. Rico bener-bener kesel akhirnya. sementara Egi, tersenyum menggoda melihat keseluruhan penonton. mengacungkan jempolnya pada Fellen yang....
"Gi, temuin gue di ruang panitia, 20 menit lagi." seru Fellen yang langsung ngabur, menuruni panggung, dibantu yeda. karena Fellen main loncat. egi menurunkan jempolnya.
"gi thanks ya." dion menepuk bahu egi yang masih bengong.
"oyi."
"well, dan itu lah penampilan nomor 27, redwolf dengan lagunya, fall for you. bener-bener amazing banget, ganteng-ganteng, yang cewek tadi cantik banget ya.hahahaha." Mc cempreng yang belakangan diketahui bernama mika. WHAT..MIKA ? dia kan cowok. "eh tuh ceweknya kok lari sih, awas ntar jatoh loh." komen mika saat ngeliat Fellen lari setelah turun panggung. Rico melihat Fellen yang mulai jauh. kalo ini nomor 27, berarti 10 perform lagi bandnya.
"men, lo disini aja ternyata." seru dion yang udah duduk di depan Rico. "Hai brenda, duh cantiknya." sapa dion. brenda lantas senyum
"thanks dion, kamu keren banget tadi."
"ah biasa aja.hahahha. spesial buat cewek di samping gue ini nih." dion melirik Seli, ceweknya.
"hay ceweknya dion." sapa brenda pada Seli, seli hanya menyunggingkan senyum tipis. lagi badmood parah. iya emang dia tersentuh dengan penampilan dion barusan. tapi kalo inget gimana akhir-akhir ini dion lebih sering menghabiskan waktunya sama Fellen, sama sekali gak ada waktu dengannya, dan juga aksi dion dan si egi yang tadi ngangkat kursi, dimana Fellen duduk di atasnya. bener-bener membuat Seli gak mood banget dah. ditambah lagi, cerita temen-temen sekelasnya, bahwa waktu smp dion sempet naksir sama Fellen. dan barusaaann ??udah tau di sebelahnya ada Seli, dion malah bilang brenda cantik. siapa coba yang gak langsung badmood.
"kok kamu diem aja sih daritadi." Dion menowel pipi kanan Seli.
"kayaknya dia ngambek tuh Di." seru brenda dari belakang.
"iya deh kayaknya brend." jawab dion.
"Don, gue mau ngomong sama lo." rico memotong pembicaraan dion dan brenda.
"sekarang ?"
"iya. ikut gue ke ruang tunggu."
"bentar ya Sel, brenda, tolong temenin seli bentar ya." dion beranjak dari duduknya, brenda tersenyum.
"sipp.." dion melangkah, membuntuti Rico. perasaannya berubah gak enak. something happens ini. wrong thing happens malah.***
"APA MBAK ?" Fellen berteriak sekencengnya di dalem mobil viona. viona dengan sigap menutup telinganya, dan perutnya, dia gak mau calon bayinya ntar punya penyakit jantung kalo udah gede. "sorry-sorry mbak." Fellen cengingisan gak jelas. dia baru inget kalo kakaknya lagi hamil. "kok bisa bajunya gak ada sih mbak ?emang mbak booked bajunya gimana sih ?"
"mbak minta maaf fell, mbak bookednya ke yang punya salon, tante anisa, nah pas tadi siang, tante anisa kan lagi jemput anaknya, trus baju yang udah mbak booked, sama karyawannya dikasihin ke orang, buat tunangan."
"trus Fellen gimana mbak ?" fellen berkata sedih.
"but don't worry." Viona terlihat sumringah. dia mengeluarkan tas kertas berwarna biru."and... this is your savior dress." Viona mengeluarkan dress dari tas kertas biru tadi. Fellen dag dig dug banget. "bagus gak ?"
".." Fellen masih diem. mengamati seksama dress yang baru aja dikeluarkan Viona. "well.. can I say something ?"
"of course. say something."
"bagus banget mbaaaaaaakkkk.." Fellen kembali teriak. menyambar dress yang tadinya dibawa Viona. Dressnya sih simple. mini dress, yang mungkin kalo dipake Fellen jatuhnya pas selutut. warnanya ungu muda, seperti merah jambu, di bagian atas hingga pinggang, sementara pinggang hingga lutut atau roknya batik putih dengan corak bunga berwarna merah padat. antara pinggang ada semacam belt renda lucu berwarna ungu. pokoknya cantik bangett.
"ini dress buatan ibuk, khusus buat kamu. ibuk kangen banget sama kamu tauk."
".." Fellen masih mengagumi dress itu.
"hey..buruan dipake. emang kamu mau jadi juliet apa gak ?"
"iya iya mbak. bilang makasih sama ibuk ya."
"kenapa kamu gak bilang sendiri. kamu udah gak marah sama ibuk kan ?"
"Fellen gak pernah marah sama ibuk, Fellen gak pulang-pulang ke rumah kan karena rumah kita udah ganti fungsi jadi pabrik mbak." Fellen berkata panjang lebar sambil mencoba dress yang dinamainya made for juliet.
"iya, mbak tau."
"tuh kan, kamu cantik banget..." Viona mengagumi kecantikan adiknya.
"beanienya dilepas kali fell." seru vian yang tiba-tiba udah ada di mobil.
"mas vian..masuknya kapan ?" Fellen gagap.
"baru aja kok, tenang aja, aku gak ngintipin kamu."
"yaudah, Fellen ke markas dulu ya, bye.. thanks banget kak." Fellen menuruni mobil Vian.
"lha high heelsnya Fell ?" Vian berkata setengah teriak, namun tak digubris Fellen. Fellen berjalan pelan, menuju ruang tunggu yang hanya beberapa langkah lagi. Fellen tak hentinya senyum. menyapa semua yang dia kenal yang lagi bersliweran di sekitarnya. dia bener-bener gak sabar pengen ngasih kejutan look-nya dia pada temen-temennya.
"night all.." sapa fellen dengan suaranya yang gak tau kenapa jadi beda banget. lembuuut banget. semua yang ada di ruang tunggu menengok ke arahnya. semua. di seluruh penjuru. fellen berjalan pelan ke stand SMK2. ada egi yang baru aja selesai ganti baju ala romeo versi sekadarnya. dan personil rocmantik lain yang jadi prajurit. Fellen heran sebenernya mereka nyewa baju model begituan darimana. tapi Fellen lagi gak mau komen, apalagi protes. toh mereka setema dengan Fellen.
"hai..pada bengong aja." Fellen nyengir kuda melihat Egi, tara, rockmantik dan beberapa kru SMK 2 lain malah pada bengong, begitu juga Yeda yang berdiri tepat di belakang Fellen. cuman bisa matung. gak tau mau gerak model gimana. diantara semuanya, cuman Tara aja yang gak bengong, dan langsung berhamburan meluk Fellen.
"gila Fell, lo manis bangeeeettttt.." Tara menowel pipi Fellen.
"makasih tara..lo juga manis bangeeettt.." Fellen gantian menowel pipi tara.
"gue bener-bener surprise banget Fell." egi berkata datar dan masih melongo.
"dan ini lebih dari little surprise Fell." lanjut yeda yang sekarang udah berdiri tepat di depan Fellen. "will you marry me ?" yeda lantas berlutut sambil mencium punggung tangan Fellen.
"Norak deh semua." Fellen tersipu, tapi malah ngatain.
"sumpah lo cantik banget Fell." yeda langsung kalap, meluk Fellen.
"yeda plis deh, ini banyak orang." Fellen melepas pelukan yeda.
"eh fotoin gue sama cewek gue donk." Yeda mengeluarkan kamera poketnya, menyerahkannya pada tara. dan tara langsung mau aja motoin mereka.
"apaan sih malah foto-foto. ayo buruan prepare. bentar lagi band kita." fellen mengingatkan.
"oh iya. ayuk." dan malah egi yang main ngegelandang tangan Fellen.
"hey. !!!!" seru yeda gak trima ceweknya digelandang egi. "cewek gue."
"iya sorry-sorry, khilaf gue," dan egi gantian ngegelandang tangan yeda.
"lhah, kenapa malah tangan gue yang lo gelandang."
"eh, sorry salah lagi, terhasut gue." dan...egi ngegelandang tangan Tara, berjalan menuju antrian di samping panggung.
"mau jalan kaki, lari, ngesot, apa gue gendong nih." Yeda menggoda Fellen.
"digandeng aja, kayak Egi tadi." Yeda senyum, tangannya yang berkeringat dingin gandeng tangan Fellen yang hangat.
"tangan lo.." seru yeda dan Fellen bersamaan.
"sorry-sorry."
"apaan sih yeda, kita ini udah pacaran, gak usah seringan sorry deh." bersamaan dengan Fellen dan yeda yang keluar ruang tunggu, Rico dan Dion masuk ke ruang tunggu, tapi melalui sisi lain, Fellen keluar lewat pintu samping, yang deket dengan panggung, sementara Rico dan dion masuk lewat pintu utama.
"jadi ada apaan bro ?" dion bertanya sok serius.
"jadi, lo tau gak bandnya Fellen tampilnya kapan ?"
"gue gak tau sih nomer urutnya berapa, tapi tadi sih gue sempet denger Fellen bilang kalo egi suruh nemuin dia di ruang tunggu 20 menit lagi. berarti sekitar 4-5 perform setelah band gue. nah tuh, tempat smk2 udah kosong." Dion menunjuk stand yang disediakan buat SMK2 yang kosong, bahkan kursi-kursinya udah gak ada."sorry, emang kenapa ?"
"oh gak apa, cuman tanya aja."
"gue tau Co, lo masih sayang kan sama Fellen. gue bisa liat dari sikap lo. meskipun lo asyik sama brenda, tapi pikiran lo masih buat Fellen, gue tau itu."
"gak usah sok tau lo."
"gue gak sok tau, itu Fakta, semua orang juga tau, termasuk hati kecil lo sendiri."
".." Rico diem, mungkin dion bener. tapi alasan sebenernya Rico tanya soal barusan, itu karena sebagai acuan, apa dia bakalan ikut nyanyi di performnya ntar atau gak, karena dia gak mau ngeluarin sedikit suaranya di atas panggung sebelum Fellen juga nyanyi. "gue tanya gitu bukan karena gue masih ada rasa sama dia, tapi karena gue pengen kasih dia kejutan, kalo gue bisa juga kayak dia." rico melangkah meninggalkan dion.
"jadi lo ikutan ?"
"iya."
"good luck men." dion masih berdiri beberapa langkah dibelakang Rico. Rico berhenti, kembali berdiri di depan dion.
"gue lupa, kenapa tadi pas band lo tampil, Fellen gak ikutan nyanyi ?"
"kenapa ? apa itu masalah buat lo ?"
"gue tanya, jadi lo jangan balik tanya."
"sebelum gue jawab, band gue apa ada urusannya sama elo ?"
"gak ada."
"kalo gitu Fellen nyanyi apa enggak juga gak ada urusannya sama lo."
".." skakmat. rico diem.
"dan lo tau darimana kalo fellen ikutan nyanyi di band gue ?" rico bingung harus gimana. jawab apa, ketauan banget kalo dia stalker. dion tau kalo rico tau Fellen yang milihin lagu buat SMKTI, tapi dion gak tau kalo setelah Fellen milihin lagu buat bandnya rico jadi sering ikut liat mereka latihan ngeband. sembunyi-sembunyi soalnya.
"dari wahyu. oke gue jujur, gue emang masih ada perasaan sama cewek itu, dan gue kangen banget sama cewek itu, sama suara cewek itu."
".." dion menyunggingkan senyumnya. payah banget nih cowok, batinnya. "karena band sekolah kita yang tampil dulu, jadi egi dkk ngelarang Fellen buat nyanyi, karena mereka mau nyimpen suara Fellen yang emang Keren banget buat band mereka."
"kenapa lo bolehin."
"ya kenapa gue harus protes, alasan mereka masuk akal, men, dan toh digantiin sama egi malah jadi seru penampilan kita. lagian gue juga gue minta tolong sama mereka, kalo mereka gak bisa nolong ya kenapa gue protes."
"kalo gitu gue minta tolong banget, lo tanya sama fellen kenapa dia gak nyanyi di bagian yang seharusnya dia yang nyanyi."
"apa?"
"gue gak akan ngulangin perintah gue."
"tapi men, itu konyol banget, alasannya kan udah gue kasih tau."
"ya terserah, pokoknya gue minta lo ngelakuin itu. dan gue gak mau lo gagal kayak sebelum-sebelumnya. No protes." Rico berangsur meninggalkan Dion.
"kelainan tuh bocah." umpat dion pelan.***
"Okey guys, tadi itu, barusan penampilan dari SMA 2 dengan lagunya We will not go down ya, dengan no urut 32, ini dari sma 2 lagi, dengan lagu judulnya Face down." suara mika kembali menggema. "oh ini double perfomance guys, face down, versi rock sama acousticnya. nama siapa ?" tanya mika genit.
"gak penting deh kayaknya, yang jelas, mau say thanks a lot buat couple inspirasi kita di Facebook. karena mereka, kita jadi tau lagu ini. dan buat versi doublenya. big aplouse buat Fellen dan Rico." seru vokalist band SMA 2. cowok yang wajahnya Familiar banget. mirip derby romero. Fellen dan Rico di tempat yang berbeda pada saling mengerutkan kening. MARIO. temen FB rico dan Fellen yang emang kenal keduanya. tapi itu duluu banget.
"okey, tepuk tangan donk buat couplenya." seru mika, semua pada tepuk tangan kenceng banget selain 4 pasang mata berikut. Fellen dan Rico, oknumnya sama Brenda dan yeda yang langsung cemberut.
"here guys, lagu favorit kalian kan." dan Mario mulai menyanyikan face down-TRJA. suasana mendadak riuh karena hard rock dari band sma 2. pada jingkrak-jingkrak gak jelas deh penontonnya. rico dan Fellen masih diam, bingung apa maksud Mario. bahkan sampe lagunya berakhir.
"okey, itu dari SMA 2 ya, aduh meriah banget ya, mika joget-joget sampe keringetan. well next, ini seharusnya no 34 itu grup dance, tapi kata ketua panitia yang dance udah tadi siang ya, jadi lanjut ke nomer 35, dari SMK 2. rockmantic. mana SMK 2." mika menoleh ke belakang. "ah elah, kalian lagi ternyata. hahahaha. mau ngedekor lagi nih ?oh yaudah deh dekor dulu sana." Rico kembali tertarik untuk melihat apa yang terjadi di atas panggung. penasaran mencari sosok Fellen. apa iya Fellen masih dandan kayak yang tadi. tapi kayaknya gak mungkin, soalnya punggawa rockmantic udh ganti style vintage gimana gitu. and..there she is. the Juliet. Fellen.
"wowowowowowow...ada juliet..." mika terpesona. "sumpah kamu cantik banget, singkron banget dari penampilan kamu yang tadi. mau bawain lagunya siapa ? apa rahasia. ?ah pelit deh, ayodong.." mika tanya-dan jawab-jawab sendiri, sebenernye sih yang ditanya jawab, tapi gak dikasih mik sama mika. Fellen senyum, duduk di balik kemudi piano vintage milik Vian. gak hanya mika, riko ikutan terpesona, pake dress yang dijahit ibunya sendiri, manissss banget. warnanya matching banget sama kulit Fellen yang kuning langsat dan sesuai dengan tubuh Fellen yang gak kurus dan gak terlalu gemuk. sekalipun cuman pake lip gloss Fellen tetep keliatan manis banget. ditambah rambutnya yang lagi-lagi dikepang ala waterfall braid. alah, tambah bikin riko pengen berhamburan meluk Fellen aja. tapi...tunggu bentar. apa itu cuman Rico aja atau emang Fellen masih pake sepatu kets merah hitam kayak punya rico ?
"yaampun neng, manis banget sih, tapi gak salah tuh pake kets yang tadi ?" Mika komen begitu ngeliat Fellen masih ngeKets. oh..jadi semuanya juga ngerasa yang sama kayak gue, batin Rico. Tapi kenapa dia masih pake sepatu kets ? Semua mata langsung tertuju pada kaki Fellen. Fellen cuman nyengir gak jelas. punggawa Rockmantik mau-gak mau jadi khawatir. tara dan yeda saling berpandangan. cemas. bisa-bisanya mereka tadi gak liat kalo Fellen masih pake sepatu kets. saking khusuknya ngeliat fellen pake dress.
"test..test.." Fellen menarik mikrofon yang berdiri di depan egi. "kenapa emang ? juliet gak boleh pake sepatu kets ?" Fellen terkesan menantang.
"boleh sih, cantik banget kok ya.. juliet masa kini." mika masih cengingisan gak jelas. "emang harus ya pake sepatu kayak gituan ?"
"ini sepatu itu berkesan banget, berkesaaaaaaaaaann banget."
"well, I see. jadi mau nyanyi sekarang kan ?"
"yupp..."
"okey, nomor urut 35 SMK2 lagunya masih belum tau. check this out." mika berangsur mundur dari panggung. Fellen sudah terduduk manis di balik piano vintage Vian lagi. kali ini bukan menghadap ke penonton. melainkan menghadap Juri. jadi agak miring ke kanan. dibelakang Fellen ada bassis rockmantic. berdiri dengan bassnya yang penuh warna. di samping kiri Fellen  ada Egi dengan gitar sunsetnya. drummer tepat 2 meter di belakang Fellen disamping drummer ada another gitaris. trus samping kanan Fellen jarak 1 meter, ada Proyektor. tempat nanti yeda ngePlay MV hasil tugasnya. Tara dan bella harap-harap cemas. yeda apalagi. menunggu kode dari Fellen agar dia bisa ngeplay mv-nya pas dengan suara Fellen. mata yeda sama sekali gak kedip. and one..two..three...jari-jari mungil Fellen mulai menari di piano vintage Vian. bersamaan dengan yeda ngePlay mv-nya. penonton mau gak mau jadi bingung, liat performnya Fellen atau liat MVnya yang juga menarik. Rico. sama sekali gak konsen ngliatnya. dia masih kepikiran kata-kata Fellen yang tadi. apa iya sepatu itu bener-bener berkesan banget buat Fellen ?ah itu kan cuman sepatu. kenapa sepatu bisa begitu berkesan banget buat manusia itu yang bikin Rico gak habis pikir. dia masih mengamati Fellen dengan seksama. gak kedip sama sekali. brenda yang duduk di sampingnyapun juga gak kedip. gak kedip ngeliatin Rico tapi. brenda..bisa dibilang dia jeles. kenapa Rico ngeliat Fellen sampe segitunya. dia menyesal kenapa gak dari dulu dia ketemu Rico. kenapa harus si anak desa Fellen itu yang lebih dulu kenal dia.
"So I sneak out to the garden to see you.
 We keep quiet 'cause we're dead if they knew
 So close your eyes... escape this town for a little while.." suara Fellen terdengar lembut banget. sementara gambar di proyektor memperlihatkan Fellen yang lagi jalan ngendap-ngendap di semacam kastil. dan Yeda yang tengah menunggu di bawah dengan setangkai bunga mawar merah di tangannya. Rico bener-bener jeles ngeliatnya.
"Cause you were Romeo and I was a scarlet letter,
 And my daddy said, "Stay away from Juliet."
 But you were everything to me,
 I was begging you, "Please don't go."
 And I said..." baru ketika Mv pada bait itu Rico sedikit tersenyum. gimana gak?itu pas scene-nya yeda ketauan ngapelin juliet sama bapaknya juliet. trus si yeda di tampar. scene yang paling Rico suka. favorit rico banget. dia sampe seyum gak jelas.
"kamu kenapa senyum gitu ?" komen brenda di samping Rico. ternyata brenda masih ngeliatin rico.
"gak. gak papa." jawab rico singkat. "lucu aja."
"I got tired of waiting
 Wondering if you were ever coming around.
 My faith in you was fading
 When I met you on the outskirts of town.
 And I said..." suara lembut Fellen kembali terdengar jelas. iya soalnya musiknya pelan. Egi berjalan pelan mendekati Fellen, duduk se kursi dengan Fellen. Fellen tersenyum menatap egi. dan bisa dilihat yeda jeles banget. soalnya Fellen menatap egi dengan penuh perasaan banget. beda sama yg di MV. Fellen menatap yeda melas. sambil nyanyi dan berekspresi sedih.
" Romeo, save me, I've been feeling so alone.
 I keep waiting for you but you never come.
 Is this in my head? I don't know what to think.
 He knelt to the ground and pulled out a ring and said..." Fellen kembali on fire memainkan pianonya. di sampingnya egi mengambil alih mikrofon Fellen dan nyanyi..
"Marry me, Juliet, you'll never have to be alone.
 I love you, and that's all I really know.
 I talked to your dad – go pick out a white dress
 It's a love story, baby, just say.." penonton kembali terdengar riuh. bener-bener terpesona dengan suara Egi.
"yes..." Fellen menyahut liriknya. " we were both young when I first saw you." Fellen mengakhiri lagu Love story-nya taylor swift dengan senyum mempesona tepat menghadap kamera yang di bawa yeda. sementara yang di MVnya Fellen berjalan mesra dengan yeda dan dua anak kecil yang mereka gandeng. terdengar heboh tepuk tangan penonton. ada yang siul-siul gak jelas juga. ada yang teriak egi I love you juga. ah pokoknya heboh deh. Fellen berangsur berdiri, bersiap meninggalkan panggung namun gagal karena sebuah panggilan dari salah satu Juri.
"Hey, wait.." seru Juri yang duduk di tengah. yang bule. cewek. "can I talk to you for a while ?"
"talk to me ?" sahut Mika yang baru aja mau buka mulut, memuji penampilan Fellen.
"no, not you MC. but the girl with waterfall braid." suasana mendadak tegang. karena jurinya terkesan marah atau gimana gitu. soalnya kan di perform-perform sebelumnya para juri pada gak ngomong sepatah katapun. Fellen terdiam. menatap juri dengan tatapan polos.
"do you mean me ?" fellen bertanya setelah mendapat mik dari mika.
"yes. you." juri menjawab mantap. "what's your name, please ?"
"my name is Fellen, miss."
"well Fellen, I am Julia. just call me Jules. without Miss, or Mrs. Fellen listen, can I ask you some questions ?"
"well you've just asked me some questions."
".." Jules tertawa. " are you a huge Fan of Taylor swift ?"
"actually no, but, I like taylor swift all the way."
"i see, you sang love story just like her. very similar. but I like the way you bring that song. its different and so entertained me. and the MV is so awesome. I think I've seen that MV before. Is it in youtube and is it taylor swift have retweeted it on her account ?"
"yes, and thank you. what do you want then ?" tanya fellen kini mulai sebel, dia udah gak tahan pengen pipis sebenernya sama gak tahan diliatin Rico.
".." Jules kembali tertawa. "oke, to the point, I dare you to sing another song. not from Taylor swift song, or not from female song. If you take this. I swear I.ll make your band and which is related to your band will be the winner." Jules, yang mirip banget sama Julia Robert tersenyum. begitu juga Juri cowok di sebelahnya yang mirip banget sama jude law. tapi dia orang indonesia.
".." semua penonton diem. suasana masih tegang. yeda, egi, tara dan semua masih harap-harap cemas dengan kelanjutannya. apakah Fellen akan menerima tantangan Jules atau malah kabur bersama egimeo ?kita tunggu saja kelanjutannya, alah apaan sih. Di belakang Juri, tiba-tiba muncul Vian dan Viona. tersenyum menyemangati Fellen. bukannya jadi tambah semangat, Fellen malah tambah down, gimana gak, egi, dion dan yang lain terkesan menaruh harap banget sama fellen, mereka kesannya pengen menang banget.
"wait, are you fvcking mad ?" entah sadar atau gak Fellen bilang gitu. kini semua penonton menganga gak percaya begitupun Rico, walopun dia secepat mungkin back to stay cool again. gimana bisa cewek sma ngatain orang *MAD* apalagi orang itu lebih tua darinya, dan orang itu JURI. ORANG ASING LAGI.tapi Jules malah ketawa. "sorry" Fellen lantas meralat kata-katanya barusan. "I mean, seriously ? this ain't Fair. I win if I take that ?"
"Yes, this is fair. you know the rules, aren't you ?the highest winner choosen from the person who takes the challenge, and the challenge choosen by the awesome perform stage. so, we choose you, little juliet."
".." Fellen masih terdiam. ekspresinya datar. emang ada peraturan gitu ? Rico di bangku penonton menyunggingkan senyum puasnya. Oh God, thanks, gue bisa dengerin dia nyanyi lagi.
"so, what song do you wanna sing ?" jules bertanya sedikit menggoda.
"..." Fellen mikir. dia udah bener-bener kebelet pipis banget.
"C'mon everybody, Fellen !! Fellen !! Fellen." Jules memberi isyarat pada penonton untuk bersorak, agar Fellen mau menerima tantangan. terlihat penonton pada mau aja gitu nyorakin nama Fellen. Fellen malah makin down.
"Okay, Fine, i'll sing, just but not now." kata Fellen akhirnya, tegas.
"why not now ?"
"you know, I'm not a singer, not a professional singer. I don't really like singing. Just give me time to think what song I wanna sing.I'm just an ordinary girl, who has bad LUCK." Fellen menghela napas. "oh, shit, how could I standing here." Fellen mengumpat dalam hati.
"Okay, I give you 5 minutes ."
"what ? okay then, I won't sing. I don't care if my band wins or not. I was forced to standing here. I'll leave,"
"hey, you can just leave us like that. we have rules Fellen. don't you see all your member of Band's faces ?They hope you wanna sing again."
"pliss fell, bisik egi yang ada disebelah fellen."
"I'll perform 20 minutes again. notice that."
"No, you perform 15minutes again. this is a challenge, you can't make the challenge to be your own challenge."
"Okay Fine. you know what ? Fuck it with all of you !" Fellen berkata lantang. jelas banget dia marahnya. fellen gak nyangka kalo ada aturan kayak gitu ternyata. dan lebih gak nyangka lagi kalo dia yang mengalaminya. fellen berjalan kalap meninggalkan panggung. menuju entah kemana. para juri cuman senyum gak jelas, tapi mereka gak marah, egi, dan anak rockmantic lain hanya senyum gak jelas pada penonton, lalu kemudian berangsur meninggalkan panggung. yeda menyerahkan kamera pada putri, cewek yang juga ikut jadi sie dokumentasi, mendampingi yeda. yeda berlari mengejar Fellen, namun dia kehilangan jejak. sementara rico, berangsur naik ke atas panggung, menunggu gilirannya bandnya main.***
Dion dengan segera menghampiri Egi begitu melihat egi terduduk lesu di ruang tunggu. terlihat di sampingnya, bella juga lumayan lesu. dion tau banget kalo mereka lagi mikirin Fellen.
"gi..lo gak papa ?" tanya dion, menowel bahu egi.
"gue yakin banget Fellen pasti marah." egi berkata datar.
"pastilah dia marah. tapi gue yakin Fellen pasti tau apa yang harus dia lakukan." dion mencoba menenangkan egi.
"tapi Fellen dimana ya di ?" tanya bella.
"itu dia yang gue gak tau. gue kira ada disini."
"dimanapun dia, dia pasti baik-baik aja kok." seru tara yang main nongol. "gue tau gimana dia. bener kata dion, fellen tau apa yang harus dia lakuin, jadi kita gak usah khawatir." tara senyum. yang langsung dibalas dengan senyum sumringah egi.
"kira-kira dia nyanyiin lagu siapa ya ?rockmantic ikutan juga gak ?"
"..." tara mengangkat bahu. "nih, pelajarin lagu ini di angan kalian. mungkin salah satu dari lagu favoritnya." Tara mengeluarkan i-pod Fellen.
"thanks." jawab egi sambil senyum.***
Fellen masih berdiri di depan cermin di toilet. menyesali setiap kata yang tadi dia ucapkan diatas panggung. bisa-bisanya tadi dia berkata yang gak sopan banget sama juri. Fellen bener-bener takut kalo hal itu akan berpengaruh pada kehidupannya setelah ini.
"ya ampun, ayah sama ibuk pasti bakalan sedih banget kalo tau anaknya tadi bicara gak sopan sama juri. tapi ayah sama ibuk kan gak bisa bahasa inggris." fellen ngomong sendiri sambil melihat wajahnya yang sedih di cermin. dia membenarkan poninya. "tapi mbak viona sama mas vian kan bisa bahasa inggris.? ah, gue bener-bener gak tau mau ditaruh dimana ini muka gue." Fellen kembali sedih. "gue nyanyi apa coba ? apa bisa anak-anak rockmantic nguasai lagu yang ntar gue nyanyiin dalam 20 menit ?"
"Fell. . lo di dalem kan ?" terdengar suara dari luar. cowok.
"siapa lo ? lo mau ngintipin gue ?" fellen berlagak garang.
"ih GR, ini yeda Fellen." oh..dia..Fellen berangsur membuka pintu toilet. "cariin dimana-mana ternyata disini aja."
".." Fellen nyengir. ih..ni cowok perhatian banget.
"udah gitu malah nyengir lagi."
"gue kebelet pipis tadi, jadi langsung cabut kesini yeda."
"kirain marah."
"gak marah kok." Fellen senyum. yeda senyum. Fellen menghapus keringat yang baru aja netes dari kening yeda dengan beanie singa di tangannya. "lo pasti lari-larian ya ?"
"ya kirain lo marah."
"beli es bentar yuk.." fellen main nggelandang tangan yeda menuju stand es krim. Rico yang berdiri di panggung gak sengaja melihat Fellen kelihatan banget sebelnya. dia kan mau perform, lhah Fellen malah kabur, gimana bisa Fellen liat dia nyanyi ntar. mata rico masih terjahit di Fellen. mengikuti kemanapun langkah Fellen. brenda yang duduk tak jauh didekat rico melihat fellen benci. kenapa bisa Rico segitunya sama Fellen. apa coba hebatnya Fellen di mata Rico ?kelihatan Fellen berkesan banget. padahal Fellen juga bukan pacar pertama Rico. malah Rico sama pacar pertamaya udah lupa.
"hey men, kita jadi nyanyi gak nih ?" robert menyenggol tangan Rico. berkata pelan banget
"jadi lah. lo udah siap ?"
"udah daritadi kali, lo malah matung gitu." dan Rico mulai memetik elektrik gitarnya. I don't wanna be in love-nya good charlotte terdengar. meriah banget. Fellen melihat dari stand es krim deket toilet. trus aja melihat Rico yang juga melihat Fellen sesekali, sampe-sampe Fellen gak sadar rombongan SMK2 main nyerbu dia.
"lah, malah lo pacaran disini." seru egi. tapi gak ada reaksi dari Fellen.
"sstt..jangan diganggu. lagi unmood." yeda berkata pelan.
"oh.." egi ber-oh ria sambil main duduk di sebelah yeda. "tapi kita perlu ngomong yed, soal..." egi belum selesai, eh..
"aaaaaaaa...gue dapet inspirasi. " Fellen main teriak begitu eskrimnya abis. sampe muncrat-muncrat. egi sampe mau jatuh saking kagetnya. "gue tau gue mau nyanyiin lagu apa." Fellen sumringah gak keruan.
"bikin kaget deh lo Fell." protes yeda yang duduk di sampingnya. "lagu apa coba ?"
"jangan susah-susah Fell, kan kita belum latian." kata egi.
"yah...iya juga ya.." Fellen kembali lesu. dia udah bener-bener on fire begitu inget lagunya good charlotte the river. dapet inspirasi dari Rico yang entah pada ada yang sadar atau gak, pas awal-awal tadi dia salah masukin intronya the river ke i don't wanna be in love.
"yah, kok lesu lagi sih Fell. semangat donk." yeda menyemangati.
"kalian disini aja. aku muter-muter nyari." seri mas vian dari belakang."udah dapet inspirasi lagu ?"
".." egi dan yeda nyengir. Fellen menggeleng.
"Fell, kenapa lo gak nyanyi lagu yang lo mainin pas pertama kali kita latian musik." kali ini dion yang baru datang sambil lari-lari kecil yang ngomong. disusul Bela dan Tara yang berjalan santai tapi ekspresi wajahnya gusar. Fellen masih diam. kembali mengingat lagu apa yang dulu dia mainin. beberapa detik kemudian. dia senyum. bukan. bukan karena dia inget lagu yang dia nyanyiin dulu. bukan juga karena dia udah dapet inspirasi. lebih karena perform Rico yang baru aja selesai. Rico senyum. melambaikan tangan pada penonton. begitu juga 3 orang teman seBandnya. senyum yang lumayan Fellen rindukan.
"I know what to do." dan fellen main ngeloyor. meninggalkan stand eskrim. berjalan pasti ke arah panggung. yupp, karena ini udah giliran dia nyanyi (lagi). yeda segera menyusul Fellen, waktunya dia kerja, mengabadikan momen Fellen nyanyi lagu yang masih dirahasiakan.***
"well..you finnaly here." sapa Jules dengan senyum yang terkesan bangga begitu melihat Fellen sudah berdiri di depannya.
"yes, first, I want to apologize for everyhing that I've said to you a few minutes ago. I really didn't mean that."
"I know." jules kembali tersenyum. "it's okay. young lady."
"thanks..I'm really sorry," fellen sepertinya bener-bener menyesal." and then, can I sing an old song?"
"what song ?I'll check it whether it's available yet or not."
"between the bars, ellioth smith." jawab Fellen mantap. gak tau kenapa tiba-tiba terbesit lagu lama itu dipikirannya. padahal juga dia gak yakin kalo dia bakalan apal sama lagu itu atau gak.
"just find it, between the bars, ellitoh smith" Suruh Jules pada kru bagian sound dan kelengkapan.
"it's not available mom." kata kru cowok.
"Fellen, can you sing a part of that song, maybe I can find it by the lyric."
"oh okay." fellen mengingat sebentar. "drink up baby, stay up all night.." pelan fellen menyanyikannya. terlihat Rico mengerutkan kening. gak hanya rico aja, tapi hampir semua penonton. lagu apaan itu. lagu taun berapa? sementara jules menatap Fellen, memberi isyarat untuk meneruskan liriknya. sebenernya Fellen ogah-ogahan, kalo bukan karena diiming-imingi buat menang, fellen males banget. "with the things you could do, you want but you might.."
"when was the song popular ?" tanya Jules, karena dia memang blum pernah mendengar lagu itu.
"I'm not sure, it's about 1997."
"oh, I'm sorry fellen, there's only song which popular in 2001 untill 2010 that available. do you have another song ?or maybe you can play it yourself. with your keyboard ?"
".." Fellen bener-bener pengen pulang rasanya. sebenernya dia tau, kalo lagu itu gak bakalan ada. makanya dia pilih lagu itu, berharap dia gak jadi disuruh nyanyi. "so, I still have to sing ?"
"yes, of course." Jules menjawab mantap. Fellen mau gak mau harus berjuang sendiri. dia berjalan menuju keyboardnya. bener-bener bingung mau ngapain, rasanya dia nyesel pernah dilahirin saking bingungnya. Fellen memandang sekeliling. mencari wangsit lagu apa yang mau dia nyanyiin, dan yang pasti lagu yang udah dia kuasai. paling gak ya dia pernah mainin lah. di sudut panggung, sang kekasih Fellen, Yeda, terlihat sangat cemas. dia sampe gemeteran megang kamera panggulnya. mulutnya gak hentinya berdoa, biar Fellen cepet dapet wangsit. begitu juga yang dilakukan egi, tara dan bela. komat-kamit gak jelas. sementara Rico, dia masih stay cool like always.
"I need another story." suara semriwing Fellen kembali terdengar merdu. diiringi dentuman pelan keyboardnya. "something to get off my chest, my life gets kinda boring, need something that I can confess." Fellen menggantung lagunya. terdengar riuh penonton bersorak. heboh banget kesannya.
"Til' all my sleeves are stained red
 From all the truth that I've said
 Come by it honestly I swear
 Thought you saw wink, no
 I've been on the brink, so.." Fellen menggantungkan lagunya lagi. ah ini Fellen sukanya gantung-gantungan kaya monkey deh -_,-
"God..Amazing how we got this far
 It's like we're chasing all those stars
 Who's driving shiny big black cars
 And everyday I see the news
 All the problems that we could solve
 And when a situation rises
 Just write it into an album
 Singing straight, too cold
 I don't really like my flow, no, so
 Tell me what you want to hear
 Something that were like those years
 Sick of all the insincere
 So I'm gonna give all my secrets away
 This time, don't need another perfect lie
 Don't care if critics never jump in line
 I'm gonna give all my secrets away
 Oh, got no reason, got not shame
 Got no family I can blame
 Just don't let me disappear
 I'mma tell you everything..." Rico bener-bener terpana keliatannya. sampe-sampe dia gak sadar kalo brenda di sebelahnya manyun liatin dia. bahkan hingga Fellen selesai menyayikan Secrets-nya One Republic, Rico masih terpesona. senyum-senyum sendiri liat Fellen.
"big applause please.." suara cempreng Mika kembali menggelegar. diikuti tepuk tangan penonton yang riuh banget, apalagi barisan kursi Egi, tara dan bela. heboh banget.
"well...I think we know the winner." Jules berkata mantap. penonton dari SMKN2 kelihatan makin riuh. gak hanya tepuk tangan, malah ada yang lempar-lempar bunga, udah kayak liat orkestra aja.
Fellen masih terduduk di bangku keyboardnya. masih gak percaya tadi dia nyanyiin lagu itu.***
"thanks, for giving me something like --wangsit-- :)" tulis Fellen di tab status Fbnya. sesaat setelah dia nyampe di ruang tunggu. gimana tadi dia bisa nyanyi secret ?karena dia gak sengaja liat kaos rico tulisannya Secret. jadi terinspirasi deh.
"Fellleeeeeeeeeeennnn.." teriak tara, egi, bela dan yeda bersamaan. dan bersamaan juga berhamburan meluk Fellen.***
"Kak yeda..anterin aku pulang ya ?aku gak ada yang jemput." kata putri manja pada yeda yang lagi asyik senyum senyum gak jelas liatin Fellen.
"iya, ntar aku anterin kok." yeda masih ngeliatin fellen yang sekarang lagi asyik foto-foto narsis sama anak-anak 2MM1 Queendom. "pulang agak entaran ya tapi."
"kenapa emangnya kak ?"
"putri,.." yeda geram. "gue nganter fellen pulang dulu, baru gue nganter lo pulang."
"kok jadi lo gue lo gue gitu sih."
"hah ?" yeda baru sadar. "tunggu sini ya adik kecil. gue nyamperin Fellen dulu." yeda tersenyum pada putri.***
Fellen tersenyum puas di atas panggung. Tangan kanannya sibuk menenteng piala kaca berbentuk not nada sementara tangan kirinya membawa buket bunga lili.