Selasa, 07 April 2015

Irresistible ~~ Love Back

Egi berlari tergopoh-gopoh menuju kelas Mulitimedia. tangannya menenteng laptop yang masih terbuka. dia tak mempedulikan pandangan-pandangan aneh dari orang yang berpapasan dengannya. dia terus saja berlari. mencari sosok manis yang hari ini super cantik dengan seragam khas multimedia sekolahnya. FELLEN. iya egi sedang mencari Fellen. ada kabar yang sangat penting yang harus Fellen ketahui. Egi yakin Fellen belum mengetahui kabar ini.
Hp Fellen bergetar, fellen segera meraihnya, berharap Vian yang menelpon. mengatakan kalo motor Fellen udah dianter ke smkti, jadi fellen pulangnya bisa pacaran dulu sama yeda. YedSay calling. bukan Vian.
"ada apa yed ? tumbenan gini kamu nelpon aku ?" Fellen sedikit aneh, karena semenjak mereka pacaran Yeda memang gak pernah nelpon Fellen di jam-jam sekolah gini. kalo ada apa-apa Yeda pasti langsung nyamperin Fellen, gak peduli dia belum mandi dan Fellen berada di pucuk gunung, pasti langsung disamperin.
"Fel, apapun yang ntar kamu ketahui. apapun yang terjadi ntar, apapun yang dibilang orang ntar. itu semua gak bener. kamu harus percaya sama aku, kalo aku sayang sama kamu. oke ?" yeda berkata panjang lebar. ih, ini apaan lagi nih yeda. bikin gue tambah laper aja, batin Fellen. "Fel ?"
"kenapa emangnya ?"
"aku gak bisa jelasin sekarang. nanti pulang sekolah aku ke rumah kamu. aku jelasin semua, oke, untuk sementara kamu jangan percaya siapapun atau sama apapun. sekalipun itu mata kamu sendiri, ya Fel ?" Fellen semakin gak ngerti.
"Fellen. Fellen mana Fellen ?" teriak egi yang napasnya bener-bener ngos-ngosan dari luar kelas.
"Ntar aku telpon yed. bye." fellen segera menutup telpon yeda dan berjalan ke arah egi yang sepertinya mau sekarat gara-gara lari-larian. "ada apa gi ?ngapain pake acara lari-larian ?"
"Lo harus lihat ini Fel." egi berkata masih sambil ngos-ngosan.
"Lihat apa ?lihat lo ngos-ngosan ?"
"eh, bukan, tolong colokkin ini donk." Egi menguluran charger laptopnya. membuat Fellen makin bingung. alah ni anak sebenernya mau ngapain sih ? gumam Fellen. "nah, batrenya mau abis."
"jadi cuma lihat lo gini doank ?"
"bukan, bukan gini doank. tapi ini." Egi menghadapkan Layar leptopnya pada Fellen. Fellen langsung melongok ke arah layar leptop egi. dan..taraaaaaaaaa...Foto egi lagi berboxer terpampang jelas disana. "eh, bukan yang ini, tapi yang ini." egi memindahkan tab pada mozila.
Bagai terkena kutukan oleh ibunya malin kundang. Fellen langsung membatu. antara percaya atau tidak dengan apa yang dilihatnya. bisa dirasakan tangannya yang gemetar. dadanya yang mulai sesak. pipinya yang mulai hangat akan air matanya. matanya masih terpaku memandang foto itu. Foto yeda dan seorang gadis. sedang berciuman. Fellen memegang dadanya yang semakin sesak. "fel, itu yeda kan?gue gak salah liat kan ?" kata egi membuat air mata Fellen semakin deras mengalir.
"loh, Fell, lo kenapa ?" bela yang baru saja balik dari perpus sedikit khawatir melihat keadaan Fellen yang tanpa bersuara tapi air matanya mengalir deras. Fellen menoleh. tak lama kemudian dia berlari menjauh dari egi dan bela.
"loh, Fellen kemana tuh ?" egi bingung karena tiba-tiba Fellen ngabur. bela apalagi.
"lo apain dia sampe dia nangis gitu ?" bentak bela.
"ha ? fellen nangis ? masak sih ?"
"ah lo gi. coba gue liat." dan bela melihat gambar yang tadi juga dilihat Fellen. "oh God, pantes aja dia nangis gi, ini kan..."
"Oh iya bel, yang lagi gue liatin ini kan poto cowoknya yang lagi nyium cewek lain ya, ah bego banget sih gue." egi garuk-garuk kepala.
"iya, emang lo bego." Bela berlari menyusul Fellen. "Fell, tunggu."~~~
Rico menghisap dalam-dalam rokoknya. membuat bulatan bulatan kecil dari asapnya. hpnya berdering. tertera nama brenda di layar hpnya. dia menekan tombol reject lalu kemudian melepas batre hpnya. Ngapain dia nelpon gue ?bukannya udah gue bilang gak usah nelpon gue kalo gak gue yang nelpon. mau bener-bener buat gue gila gara-gara naksir sama dia ?batin rico. Rico kembali menghisap rokonya yang sudah tinggal separuh. tiba-tiba saja dia mendengar denyit sepatu dan diiringi oleh isakkan seorang cewek dari toilet seberang. jadi ceritanya Rico ngerokok di toilet. dan tiba-tiba ada cewek masuk ke toilet seberang dan mewek. dan cewek itu adalah Fellen. Fellen menangis terisak dari dalam toilet. Bela yang tadi mengikuti Fellen berhenti. dia mengetuk pintu toilet pelan.
"gue gak papa kok bel. lo balik ke kelas aja sana, gue mau ijin aja sama guru piket." kata Fellen saat tangisnya sudah mulai reda.
"lo gak ikut balik bareng gue ?"
"gak usah bel, gue baik-baik aja kok. lo duluan aja."
"tapi kan.."
"gue udah bilang baik-baik aja kan." potong Fellen. kayaknya dia muali emosi. bela mengerti.
"yaudah deh, gue ijinin ke guru piket kalo gitu." Bela berlalu. sesaat keadaan toilet hening. gak ada suara bela. gak ada isakkan tangis seorang cewek. dan itu artinya aman bagi rico. rico keluar dari toilet. kemudian menyandar di tembok koridor toilet. dan meneruskan acara ngerokonya. Fellen membasuh wajahnya yang sedikit pucat karena menangis. Merapikan rambutnya kemudian keluar dari toilet. dia mencium bau asap rokok dari toilet seberang. dan menemukan rico yang sedang menghisap rokok. Fellen terkejut. begitupun rico. gak kalah kagetnya. seketika rico memasang tampang garangnya. Fellen segera menunduk dan berjalan menjauh dari toilet. dia sedikit ngeri dengan wajah rico yang sepertinya meneriakki Fellen seperti ini "APA LO LIAT-LIAT ? APA ORANG GANTENG GAK BOLEH NGEROKOK ?" Fellen tersenyum mengingat expresi rico barusan. namun seketika lenyap saat tiba-tiba rico berjalan melewatinya.
"Rico." seru bu rini saat tiba-tiba udah ada di depan rico. rico menyembunyikan rokoknya yang udah mau abis. kemudian meremasnya. Fellen melihat sedikit ngeri. bayangin, rokok men. masih nyala, eh diremes gitu aja. ini rico pikir dia lagi main sulapan apa ya ?
"kamu abis ngerokok ya ?"
"..." rico diam. gak tau harus gimana, kalo dia jawab. asap rokoknya pasti berhamburan. kalo gak jawab berati IYA. dan PLAKK !! dan Fellen menganga melihat bu rini nampar si ganteng Rico. asap rokok yang tadi ditahan oleh Rico kini benar-benar berhamburan. bu rini benar-benar marah kayaknya.
"sudah ibu bilang jangan ngerokok di lingkungan sekolah. apalagi di hadapan cewek." Rico diam. cewek yang mana sih bu ? pikir rico. "ikut ibu ke kantor." bu rini meninggalkan rico. rico menoleh ke belakang dan menemukan Fellen masih menganga dan membatu. kemudian berangsur mengikuti bu rini. Ngapain tuh cewek harus liat gue ditampar sih. keluh rico.~~~
Yeda memasukkan beberapa buku ke dalam lokernya. Jam di kelasnya masih menunjukkan pukul 3.50 tapi keadaan di luar udah kayak jam 9 malem aja. Gimana bisa di musim (yang harusnya) kemarau gini ada hujan sederes ini ?mana langitnya gelap banget. Pake ada acara check sound lagi nih. tambah buat ngeri aja. coba ada Fellen. pasti gak akan sengeri ini. gerutu Yeda. dia menyesalkan karena anak kelas 2 di sekolahnya harus masuk shift siang. dan kenapa harus ada acara ujan tiba-tiba gini. Yeda menghela napas. dilihatnya sosok Egi yang tiba-tiba saja muncul dari balik pintu lokernya.
"lo ngapain ? bikin gue kaget aja. lo kata ini lagi main film horor main ngaget-ngagetin orang aja." cerocos Egi. Yeda memasang tampang bloonnya. tampang menganga dan bingung. "Eh itu harusnya dialog lo ya Yed, kan lo yang gue bikin kaget." lanjut Egi. Gangguan nih anak, pikir Yeda.
"iya, gue yang harusnya ngomong gitu ke lo. ngapain lo main berdiri di situ ?" Yeda emosi.
"gak, gue sih udah rencana nyamperin lo dari 2 hari lalu. awalnya mau minta kasih tau gue gimana caranya buat proposal. tapi berhubung ada yang lebih penting, gue batalin niat gue yang itu. gue mau minta penjelasan lo kenapa bisa lo ngelakuin itu sama cewek kayak Fellen." Egi kali ini berkata sedikit emosi. dia mengingat kejadian tadi di sekolahnya saat dia diintrogasi beberapa guru dan temen-temen sekelas Fellen di smk ti pasca menghilangnya Fellen dengan tiba-tiba. jadi abis ngeliat adegan Rico ditampar bu rini, Fellen langsung menghilang. ga tau dimana. padahal saat itu ada ulangan bahasa inggris. dan udah jelas, Fellen jadi tulang punggung ulangan itu.
"gue kenapa ?" jawab Yeda enteng.
"lo masih nanya lo kenapa ? ya Nabi salam. lo udah bikin Fellen ngilang dan lo masih bilang lo kenapa ? cowok macam apaan sih lo ?" Ega semakin emosi.
"Fellen ngilang kemana ?" kali ini yeda sedikit panik.
"namanya ngilang ya mana gue tau dimana. lo tuh. tampang lo aja keliatanya lugu, tapi hati lo itu. lo itu punya brain ga sih ?gimana bisa lo nyium cewek lain sementara lo masih jadi cowoknya Fellen, gimana bisa lo upload foto itu ?"
"jadi Fellen udah tau ? trus gimana dia ?" Yeda khawatir. RALAT. sangat khawatir. dia sungguh tidak menyangka kalo cewek kelas satu itu bener-bener mengupload foto yang gak seharusnya diliatin ke banyak orang.
"gue udah bilang kan sekarang dia ngilang. liat aja lo. kalo aja bukan Fellen, gue sih gak masalah, tapi dia itu Fellen. dia cewek baik. dia gak pantes lo sakiti. ah lo tuh." egi benar-benar emosi. dia membanting pintu loker yeda. kemudian meninggalkan yeda yang hanya bisa terdiam.
kenapa harus ujan sih, gimana bisa gue kerumah Fellen kalo ujan gini ? gumam yeda.~~~
Fellen masih meringkuk di ranjangnya. air matanya masih terus mengalir. itu yang sejak pulang sekolah kemaren dia lakukan. meringkuk dan menangis. bahkan dia belum sempat mengganti seragam khas kotak-kotak merah hati favoritnya. sepatu ketsnya pun masih nempel di kakinya. kayaknya Fellen bener-bener patah hati. patah sepatah-patahnya. sampe-sampe dia gak tau harus ngapain. dia juga bahkan gak tau kalo adzan yang barusan itu adzan apa, shubuh, dzuhur, maghrib atau Isya' atau ashar. yang dia tahu kamarnya gelap, segelap hatinya. Pintu kamarnya diketuk. sedetik kemudian terdengar suara Viona, kakaknya.
"Fell, ada tara." viona berkata pelan. tapi sangat jelas di telinga Fellen. segera Fellen menghapus air matanya. mencoba melangkahkan kakinya menuju pintu.
"Fell, gue boleh masuk ?" kali ini Tara yang ngomong.
"masuk aja ra." jawab Fellen lemah, tanpa nunggu bla-bla-bla, tara langsung membuka pintu kamar Fellen. Tara langsung memeluk Fellen begitu masuk ke kamar Fellen. sejenak hening. viona yang tadi mematung melihat Fellen dan Tara, berangsur pergi.
"Maafin gue ya Fell, gue bener-bener gak tau apa-apa. gue juga baru tau tadi." sesal Tara sesaat setelah duduk di ranjang Fellen. Fellen tersenyum tipis.
"iya gue tau Ra. makasih banget lo udah dateng kesini."
"gue bener-bener minta maaf Fell, abis lo cabut ke smk ti, gue bener-bener males buat dateng ke sekolah, ditambah lagi kakak gue merid. jadi tambah males." jelas Tara. Fellen kembali tersenyum. kali ini Fellen menatap tara.
"iya gue tau Ra. yang gue gak tau. kenapa bisa yeda nglakuin itu."
"sumpah Fell, gue sebagai temen smp dia juga ga nyangka. dia yang keliatannya polos ternyata brengsek. lo tenang aja Fell, besok gue masuk sekolah kok. gue bakal hajar tuh yeda."
"lo apaan sih ra, main hajar aja. dia masih cowok gue tauk, lo mau ngeliat gue tambah sedih."
"ah lo ini. ya mending liat lo tambah sedih katimbang liat lo stress kaya gini." omel Tara. sejenak mereka terdiam. tenggelam dalam pikiran masing-masing. Tara tentang penyesalannya karena sering bolos sehingga gak begitu update berita di sekolahnya. Fellen tentang perasaannya yang gak karuan. tentang foto ciuman yeda dengan seorang cewek yang tersebar di facebook.
"Ra, gue jadi ngerasa kalo gue ini orang yang paling menyedihkan. lo tau gimana gue setiap hari, setiap jam disana itu perang batin. di satu sisi gue bener-bener kangen sama rico. gue pengen banget tiap gue disana ketemu sama rico. tapi disisi lain, gue juga sayang sama yeda. gue ga mau ngianatin dia, gue gak mau buat dia kecewa. gue gak mau yeda ngerasain sakit yang pernah gue rasain dulu. oke, mungkin gue juga salah, karena gue sayang sama rico dan yeda. tapi kan gue udah milih yeda, milih dia buat gue pertahanin." kata Fellen menerawang. mengingat dia yang tiap pulang sekolah harus muter arah buat ngehindar dari rico. mengingat gimana kadang dia selalu buang muka tiap ketemu Rico, padahal dia pengeeeenn banget trusan ngeliatin Rico. tapi dia jaga janjinya buat gak bikin yeda was-was, karena dia udah milih yeda.
"gue ngerti banget apa yang lo rasain. ya sekalipun gue gak tau apa-apa sih." Tara nyengir.
"Ra, lo boleh tanya ke egi, gimana gue selalu ngehindar tiap gue ketemu rico. bahkan gue denger ada yang nyebut namanya aja gue langsung ngabur." Tara memegang bahu Fellen.
"gue percaya sama lo Fell, tadi gue ketemu egi, dan dia juga udah cerita semua ke gue. sekarang mending lo ganti baju trus mandi deh, udah ashar non. jangan lupa copot tuh sepatu lo, bau banget." gerutu Tara yang langsung membuat Fellen terkikik. bener juga, sehari semalam gak mandi, pasti kuman udah banyak banget.~~~
Satu hal yang membuat Fellen suka sekolah di Smk Ti adalah tidak adanya upacara tiap hari senin. berbeda jauh dengan sekolahnya yang mengharuskan upacara di setiap hari senin. gak peduli banjir pun kalo namanya hari senin ya tetep harus upacara. dan yang lebih membuat Fellen senang adalah dia tidak perlu berdiri ditengah lapangan juga setiap senin karena menjadi ajudan pembina upacara. Pak Joko, kepala sekolah Fellen sudah mentapkan Fellen menjadi ajudan tetapnya saat upacara. ini kepala sekolah juga aneh. hahahhaa.
Fellen membenahi dasinya yang sedikit miring. kemudian menguncir rambut panjangnya yang sedikit bergelombang menjadi satu. tak lama kemudian dia melepas kuncirannya. menguncir lagi. melepas lagi, begitu hingga jam berdentang tujuh kali. akhirnya dia memilih membiarkan rambutnya terurai. kok udah jam tujuh sih, celaka kan gue belum sarapan. omel Fellen dalam hati. dia berjalan sangat cepat menuju ruang makan dan sudah tak menemukan Vian dan Viona disana. ah celaka lagi, pasti mereka udah di garasi. sesaat kemudian terdengar bunyi klakson mobil dari halaman rumah. yah celaka lagi lagi, umpat Fellen dalam hati. Fellen segera ngabur ke halaman rumah. ya ampun, apa jadinya gue kalo pagi ini gak sarapan ?mana ntar kan ada ujian matematika sama IPA. semoga gue gak pingsan ya Tuhan. amin. batin Fellen di perjalanan ke sekolahnya.~~~
Rico sedikit menyesalkan acara bangun pagi-paginya di hari senin yang seharusnya dia bolos. Tapi wajah melas brenda semalam lebih membuat dia menyesal, kenapa juga semalem gue mau aja diajak reni ketemu brenda. kan akhirnya gue jadi janji mau nganter dia sekolah. ngapain juga brenda sekolah di sma negeri itu. ngapain juga dia harus kelas tiga. hahhh..Rico melemparkan handuknya ke sofa.~~~
Bel istirahat berbunyi. Fellen dengan segera mengemasi buku-bukunya yang bergeletakan di mejanya. Perutnya sudah konser amal daritadi.
"Fel, gue tunggu di kantin ya." kata bela lalu pergi ke luar kelas.
"Fell.." seru egi dari luar kelas, lalu segera berhamburan masuk menghampiri Fellen.
"ada apa gi ?"
"itu, eh, laptop lo nganggur ga ?gue ada tugas nih dan laptop gue ketinggalan tadi."
"lo sih yang lo inget cewek mulu." gerutu Fellen.
"gue pinjem ya Fel, bentaran doank kok."
"em..tapi lo jangan buka data apapun ya dari laptop gue. kalo download langsung save di Flashdisk lo aja. pokok jangan buka apapun. janji ?"
"iya iya, emang ada apanya sih ? Bokep."
"ye..emang lo apa bokep lovers. huu." Fellen tidak terima. dia menyodorkan laptopnya dengan berat hati. sementara egi, dia nyengir senang. "JANJI loh." Fellen kali ini dengan wajah mengancamnya. membuat egi sedikit ngeri.
"iya sayang." egi dengan genitnya menowel pipi kanan Fellen.
"lo mau gue gampar ?" Fellen mulai gerang. egi langsung ngibrit gitu aja. ~~
Kelas Tkj sangat ricuh. tiba-tiba aja ada orkes dangdut gadungan mampir di kelas dengan kepala suku Rico. rico sendiri yang emang doyan lagu dangdut fine-fine aja dengan kericuhan itu. dia bahkan dengan pd nya ikut goyang ga jelas mengikuti irama lagu dangdut koplo yang ga jelas juga. (hahahaha). kelas makin ricuh lagi saat Wahyu dengan PD nya ngebor di atas bangku guru (ini jangan diconto yah, bisa merusak property).
"Eh, itu leptop ya.." Teriak wahyu saat melihat egi masuk kelas menenteng leptop Fellen yang barusan dia bajak. membuat gak hanya Egi, tapi juga penghuni kelas yang lain jantungnya nyaris loncat. "eh, sorry" Wahyu mulai turun dari meja guru. menghampiri egi yang masih mematung di depan pintu. kayaknya si egi ini syok berat. "ini leptop ya ?" lanjut wahyu saat sudah disebelah Egi, membuat egi melongo heran.
"lo gak pernah lihat leptop ya ?" kata egi radak sinis, kemudian berlalu menuju bangkunya. mengerjakan tugas networknya.
"pinjem dulu donk, buat ngopi ini." kata wahyu lagi, kali ini sambil mengulurkan 2 flashdisk ke egi. egi melirik sebentar kemudian kembali mengerjakan tugasnya.
"ntar, kalo gue udah kelar."
"yaelah, ngopinya bentar doank kali. pelit banget sih lo anak asing."
"eh, gue bukan anak asing, gue anak mama papa gue." jawab egi kesal. sejak kemunculannya di smk ti nusantara dia selalu dipanggil anak asing. iya itu karena wajahnya yang kebule-bulean.
"apa lo kate dah, sini gue pinjem." dan wahyu main nyrobot leptop di depan egi. menyolokkan 2 flashdisk ke leptop Fellen. dan 1, 2, 3, tlut tlut tlut. suara notifikasi adanya virus dari leptop Fellen terus berbunyi.
"etdah, flash lo banyak banget setannya, cepetan, ntar leptopnya rusak."
"berisik." wahyu mencoba mengcopy  game dan beberapa folder yang isinya BF.(jangan dicontoh ya, please :'|) "eh, ini foto cewek lo ya ?" seru wahyu. agga keras. dia sedang membuka beberapa recent opened folder dari laptop Fellen.
"mana ?"
"ini, lihat deh." egi mencoba menengok ke tempat yang dimaksud wahyu. yapp dan,...
"cantik banget..." kali ini dion, tiba-tiba aja loncat ke belakang punggung wahyu, ikut-ikutan  melihat satu persatu foto-foto fellen. Rico yang tadi asyik joget-joget dangdut kayaknya mulai capek, dia berjalan ke bangkunya yang adalah di sebelah kanan bangku Egi. dia merenggangkan ikatan dasinya. "eh, itu foto di mana ya ? pemandangannya bagus banget, yang di foto juga catik banget." lanjut dion. membuat penghuni kelas tkj pada penasaran dan berhamburan menghampiri si laptop. etdah, udah kaya lihat apaan aja. diantara semuanya, hanya Rico yang masih terduduk di bangkunya. sebenernya dia juga ingin melihat foto mantan gadisnya itu. dipikir-pikir rico lama juga ga lihat-lihat foto Fellen. dulu saat masih pacaran, rico selalu mengupdate foto-foto Fellen. ah, betapa sebenarnya rico juga sangat merindukan Fellen.
"eh, itu siapanya ? pacarnya dia ? bukannya dia pacar lo gi ?" wahyu mulai bersuara setelah cukup lama terpesona dengan foto-foto Fellen. rico sedikit melirik ke foto itu. Fellen dan yeda sedang begandengan tangan. seperti foto yang diambil diam-diam. natural banget. Rico sedikit jeles. RALAT. JELES BANGET.
"bukan cewek gue tauk, iya itu cowoknya." jawab egi sambil tetep antusias membuka satu persatu foto-foto fellen dengan yeda di taman belakang sekolahnya. "eh, tapi kayaknya mereka mau putus kalo gak malah udah putus." lanjut egi. membuat yang lain menganga.
"kan serasi ya, sama-sama unyu nya." dion kembali berkomentar. komentarnya kayaknya mak jleb banget di telinga rico. rico menghela napas panjang. "sorry, co, maksudnya lebih serasian sama lo." dion meringis. tak enak. lebih tak enak lagi kalo dia dapat kepalan kiri rico. Ngeri. Rico hanya diam.~~~
Fellen sudah selesai dengan sarapan telatnya. dia segera keluar dari kantin untuk menghampiri egi, memastikan bahwa Egi menepati janjinya.
"Bel, gue ke Tkj dulu, ntar nyusul ya." bela mengangguk.
Fellen sekarang sudah berada di pintu kelas TKJ. kepalanya melongok masuk dan menemukan para penghuni kelas mengerumuni Egi. dengan ragu dia melangkahkan kakinya memasuki kelas. dia melihat rico sedang mendengarkan music. begitu juga rico, melihat Fellen berjalan seperti maling. lama mereka saling memandang, dan mungkin itu adalah pandangan terlama mereka pasca Fellen (terpaksa) berada di SMK ti nusantara.
"kalian lagi ngapain sih ? kalian lagi lihat apa ?" seru fellen, namun tak ada yang menggubris. bahkan kehadirannyapun tak ada yang menyadari. Fellen penasaran. dia menerobos kerumunan itu dan melihat foto-fotonya di persawahan dekat rumahnya sedang dilihat oleh puluhan orang di hadapannya. Darahnya seketika mendidih. dia mendorong beberapa siswa dengan kasar. "Minggir." segera dia mengambil laptopnya dan menarik egi untuk berdiri.
"LANCANG BANGET LO GI " Fellen berkata setengah berteriak. nampaknya dia bener-bener geram.
"ee..sorry Fel, gugguu..ee..tadi gue gak sengaja.." egi gagap :p
"LO KETERLALUAN GI, GUE UDAH BILANG KAN JANGAN BUKA DATA APAPUN DI LAPTOP GUE, LO BOLEH NGAPAIN AJA ASAL JANGAN LANCANG BUKA DATA GUE."
"Sorry Fel, gue bener-bener minta maaf. gue..eh..abisnya lo cantik banget Fel, jadi gue sama mereka pengen lihat foto lo." egi mencoba menggombal. tapi ga mempan.
"bukan dia yang salah, tapi gue Fel, tadi gue main ngambil laptop lo." wahyu berargumen.
"LO BENER-BENER KELEWATAN." Fellen mengemasi laptopnya. saat tiba-tiba..
"Berlebihan banget sih, cuma foto gak penting doank." yap..dan suara cowok dingin nan sinis itu membuat Fellen semakin geram. dia hafal benar suara itu. bahkan sekalipun sudah berbulan-bulan dia tak mendengarnya. RICO. berjalan keluar kelas dengan santainya. rasanya darah mendidihnya sudah meluap. keluar dari ubun-ubunnya. seperti kesetanan Fellen berjalan menyusul Rico. begitu juga yang lain. menyusul Rico dan Fellen. Bela, yang daritadi berdiri nyantai di depan pintu Tkj berlari menyamai langkah Fellen.
"HEH, LO. BERHENTI LO." seru Fellen dengan lantang. "LO. GUE BILANG BERHENTI." kembali Fellen berseru, namun sepertinya objek yang dia suruh berhenti tak mendengar. RALAT. pura pura tak mendengar. Rico. tetap berjalan dengan santainya. Fellen menoleh dan mendapati Bela ngos-ngosan ngejar Fellen. Fellen memberikan tas laptonya ke bela dan mengambil kaleng soda yang mau bela buang. dan kemudian Fellen lemparkan ke Rico. niatnya sih mau ngelempar ke punggungnya, eh malah kena kepalanya rico. Kyaaaaa....Bukk. Semua yang ada di halaman sekolah menganga. antara percaya tidak percaya ada orang yang berani ngelempar kaleng minuman ke Rico. kena kepala. dan yang ngelempar CEWEK. rico sendiri sangat ditakuti oleh semua murid, dari kelas satu sampe kakak kelas. karena dia badboy, preman, tapi bukan preman yang  suka malak. bukan juga kerena rico wajahnya kayak kuntilanak. tapi karena dia berani. dia leader sejati. dan wajahnya emang nyegani banget, jadi ga ada yang berani sama dia. tapi kali ini...Ya, dan benar saja. Rico langsung berhenti. Fellen menghampiri sosok tinggi gagah yang barusan dia lempar dengan kaleng. dengan berani fellen berdiri di depan Rico. PLAKK !! Entah sadar atau gak, Fellen menampar rico. membuat pemirsa di halaman kembali dibuat menganga, tambah seru nih. Fellen menatap mata rico dengan tajam. begitu juga Rico. mata itu, huh, untung aja gue lagi emosi. RALAT sangat emosi. coba kalo enggak, gue pasti udah ngapar lo liatin kayak gitu, batin Fellen.
"lo. gimana bisa lo ngomong gitu ?"
"....." Rico diam.
"Apa lo sadar lo ngomong apa ? apa lo sadar lo ngomong itu sama siapa ?"
"..." rico masih diam.
"Apa lo gak ngerasa bersalah abis ngomong kayak gitu ? apa lo gak ngerasa malu ngomong kayak gitu ke gue ?"
"..." dan rico masih diam lagi.
"Dengerin gue." Fellen mencabut headshet yang nangkring di telinga kiri Rico dengan kasar. kemudian membuangnya. Oh...puluhan pasang mata yang melihat mereka bener-bener gak habis pikir dengan tindakan cewek yang baru beberapa bulanan ini menjajah sekolah mereka. tapi cukup terhibur. Rico masih melihat mata Fellen dengan tajam. mengamati wajah Fellen yang setengah mati dia rindukan. yang ingin sekali dia sentuh. Fellen, aku masih sayang sama kamu, batin Rico.
"Lo gak inget gimana lo dulu mutusin gue? haahh ? lo gak inget gimana lo dulu buat gue hampir gila gara-gara lo tinggalin ? lo gak bisa ngaca ya RICO ?" kali ini bener-bener sinis dan penuh emosi Fellen mengatakan itu. iyalah emosi, gimana kagak ? dia ngomong panjang lebar gitu tapi yang diajak ngomong malah membisu dan gak bergerak sama sekali.
"Lo tau, lo itu juga berlebihan. lo dulu ninggalin gue juga gara-gara foto kan?oke dulu emang gue upload foto lo, tapi yang bisa liat itu cuma gue sama lo. dan ini. semua temen-temen lo yang liat. lo ga mikir gimana perasaan gue ? oh iya, gue lupa. gue ini emang gak penting ya. percuma juga gue jelasin." Fellen akhirnya lelah. dia menunduk lesu. "kayaknya gue harus beliin cermin yang gede buat lo." kata Fellen lalu berusaha berjalan meninggalkan Rico. Rico tersadar wajah manis yang sedari tadi dia amati sudah tidak ada. dia berbalik. kemudian menarik tangan Fellen dengan keras membuat Fellen berbalik mengadapnya. dengan cepat Rico mendekap wajah Fellen dan mencium bibir Fellen. Kyaaaa...semua yang berada di halaman dan melihat mereka langsung menganga (lagi) dan menjerit. begitu juga bela dan egi yang berdiri agak dekat dengan mereka. bela menutup mulutnya dan egi menganga.
"eh, foto donk. bagus nih scenenya." kata salah satu murid.
"iya iya, gue foto, bagus nih. keren."
"iya, udah gue foto juga malah dari sceene mereka berantem."
"wwaa..kak Rico romantis banget." itu beberapa comment dari pemirsa yang melihat langsung kejadian di TKP.
"gi, fotoin donk." kali ini Bela menyuruh egi untuk mengambil foto Fellen dan rico.
"iya, iya. bagus nih." Jepreett..
"wah jadinya bagus.. keren banget."
sementara Fellen. Badannya langsung dingin. dia membeku seketika. tangan, kaki, mata semuanya seperti membeku bagi Fellen. jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. RALAT. sangat cepat. Fellen mencoba memejamkan matanya, berharap ini semua hanya mimpi. tapi tidak, ini bukan mimpi. Rico menciumnya. di hadapan banyak orang. di sekolah. Fellen berusaha melepas tangan rico dari pipinya. melepaskan ciuman rico dan menjauhkan wajahnya dari rico. Rico sendiri sama seperti Fellen. membeku. tapi rico bisa menyembunyikan kebekuannya di hadapan semua. kedua pasang mata itu kembali bertautan. menatap tajam satu sama lain. Bu Rini yang juga melihat kissing scene tadi sebenernya sedikit terhibur. tapi sebagai kepala sekolah dia harus bijaksana. dia menghampiri Fellen dan Rico yang masih mematung di halaman sekolah.
"kalian...Rico. apa yang kamu lakukan." seru Bu rini. namun keduanya tetap saling memandang, "rico. kamu ikut ibu." Rico baru tersadar karena Bu rini menarik dasinya hingga dia hampir tercekik.
"aduh bu, saya minta maaf bu, tapi jangan bunuh saya gini donk bu." rico mengaduh, bu rini melepas dasi rico. rico membenahi dasinya.
"ibu tunggu di ruangan ibu." rico sudah menduga. tindakannya tadi pasti berujung di ruang kepsek. kalopun gak hari ini. pasti besok juga akan ketahuan. kan tadi ada yang ngambil foto adegan yang tadi, dan rico menjamin pasti yang ngambil foto adegan itu bukan untuk dikoleksi sendiri, pasti bakalan ada yang upload. "kamu juga Fellen." lanjut Bu rini. namun Fellen masih membatu di tempatnya. bener-bener kaya orang abis disulap jadi patung. dia tidak bergerak. "Fellen ?" bu rini mendekati Fellen. "Fellen kamu baik-baik aja kan ?" Rico melihat Fellen. Dia merasa ini sudah pernah terjadi sebelumnya. saat mereka masih pacaran. ya. Fellen memeliki keanehan. jika dia kaget atau shock. dia pasti terdiam. lama. bahkan dia bisa pingsan. dulu pernah saat Fellen ulang tahun. Rico memberikan kado boneka kesukaan Fellen, gitu aja Fellen udah shock banget. trus pas rico mencium kening Fellen. dia ya seperti sekarang ini.
Bu rini memegang kening Fellen. "ya ampun rico, badannya panas banget. kamu gendong dia ya, bawa dia ke uks." bu rini panik. Rico mengangguk. "kalian. kembali ke kelas masing masing. setelah ini semua pelajaran akan ada ulangan." semua murid yang sejak tadi asyik mengamati drama sekolah mereka langsung menganga(lagi) ULANGAN ?.~~~
Iqbal sedang asyik dengan netbook di depannya. dia sibuk membalas beberapa email masuk dari anak kelas satu yang mendaftar di klub basket sma 1.
"banyak banget yang daftar, perut gue sampe demo gini. iye sabar, abis ini gue ke kantin kok, tenang ya." gumamnya.
"Bal, aku pinjem netbook kamu donk, bentar aja, aku mau cek baju pesenan aku udah ada belum, aku coba buka lewat hp tapi gak bisa." kata brenda yang tiba-tiba muncul di depan Iqbal.
"oh, iya pake aja, gue mau ke kantin bren, sekalian nitip ya."
"oh, oke, thanks ya." Brenda tersenyum. Iqbal mengacungkan jempol disela larinya menuju kantin. "mudah mudah'an udah di tag sekalian." gumam Brenda. lalu membuka akun facebooknya.~~~
"gue baik-baik aja." kata Fellen datar. "turunin gue." Fellen tidak nyaman dengan sikap Rico yang main gendong Fellen. udah kayak tuan putri aja.
"...." rico diam. etdah..ni rico diam mulu deh.
"gue bilang turunin gue." kali ini Fellen sedikit teriak.
"gak." jawab rico singkat. tanpa melihat Fellen.
"TURUNIN GUE." kali ini Fellen bener-bener teriak. pemirsa di halaman yang niatnya mau kembali ke kelas akhirnya menoleh, gak jadi balik ke kelas. gitu juga bela dan egi. dramanya berlanjut deh kayaknya. Rico berhenti. menghela napas, dan kembali menatap mata Fellen yang mengisyaratkan sebuah kemarahan.
"kamu mau nurut, atau mau aku cium lagi ?" giliran rico yang kesal. tadi udah main lempar kepala orang pake kaleng, trus nampar, udah capek-capek gendong, ini malah diteriakkin lagi.
"turunin gue atau.."
"atau apa ? atau gue bener-bener nyium lo lagi ?" Fellen diam. menunduk. akhirnya dia lebih milih nurut. "kalian pada bubar, atau pilih gue tendang satu satu." kata rico sebelum kembali melangkah menuju uks. dan sekejap, pemirsa di halaman langsung ngibrit ke kelas masing-masing.~~~
Brenda mendapat satu pemberitahuan di akun facebooknya. Rico Akbar ditandai dalam sebuah foto.  2 minutes ago. Brenda tersenyum. pasti foto itu. Brenda memesan kaos couple, untuknya dan untuk rico, dia minta pada penjual untuk sekalian menandai foto itu pada rico. segera dia membuka pemberitahuan itu.
"Brendaaaaa..." teriak reni, teman sebangkunya. dan langsung berlari menghampiri Brenda yang masih terdiam di tempatnya. "brenda lo udah lihat ?"
"..." brenda diam. dia terpaku melihat gambar yang ada di depannya. lebih tepatnya syok berat. reni mengikuti arah mata brenda dan tak kalah syoknya. reni kembali melihat brenda yang masih diam.
"lo udah liat ya." kata reni akhirnya. brenda tetap tidak bergerak. ternyata bukan foto kaos couple yang brenda pesan. melainkan Foto ciuman Rico dan Fellen barusan di seberang sana. udah ada yang upload ternyata (ini juga jangan dicontoh ya.)
"eh, itu bukannya Fellen ya." seru Iqbal yang baru saja berdiri di sebelah brenda. Iqbal berangsur duduk di sebelah brenda. "waww." Iqbal sedikit kagum dengan foto itu. pertama, angel pengambilan fotonya lumayan bagus. kedua. natural banget. dan ketiga, yang di foto pun pada keren. Fellen. "keren ini mah." puji Iqbal.
"kamu kenal sama dia bal ?" tanya brenda akhirnya.
"iya lah, dia adek kelasku waktu sd sama smp dulu. dia juga ternyata masih sodara sama temen baikku. kenapa kamu kenal juga ? Fellen tetep populer kayak dulu ternyata." Iqbal nyerocos kaya busway sambil tetep mantengin foto itu. Brenda dan reni saling melirik."rumahku sama rumah dia juga deket kok. mau kesana ?" lanjut Iqbal, kali ini sambil melihat brenda.
"gak deh. aku gak kenal sama dia."
"oh. eh, ini pasti cowoknya nih. klop banget udah." komen Iqbal lagi. jelas itu mak jleb banget buat brenda.
"eh, iqbal, lo kayaknya tau banget soal si Fellen itu." kali ini reni yang bicara.
"aku ? ya lumayan. dulu aku juga sempet naksir sih sama dia. kenapa ?"
"eh, gak kok. thanks bal netbooknya." potong brenda dan langsung beranjak meninggalkan Iqbal dan reni.
"kayaknya ntar aku butuh bantuan kamu." kata reni sebelum akhirnya menyusul brenda. Iqbal heran. apa maksudnya mereka ?~~~
Fellen dan Rico berdiri di depan ruang kepala sekolah. dua hari pasca kissing scene itu mereka baru disidang hari ini. mengingat badan fellen yang tiba-tiba panas dan bu rini yang tiba-tiba juga harus mengikuti diklat selama dua hari. tadi pagi-pagi sekali Fellen menerima sms dari bu rini agar istirahat pertama menghadap bu rini di ruang kepsek. begitu juga Rico, bedanya rico ditelpon langsung sama bu rini. bu rini sepertinya sudah sangat mengenal rico. rico gak mempan di sms. foto kissing scene itupun secara cepat menyebar ke penjuru smk ti dan mungkin aja ke semua sekolah di kota. bahkan pernah menjadi trending topic di twitter #FellCoBalikanAja udah bener-bener kayak artis aja mereka berdua ini.
"kalian ngapain masih berdiri di situ ? apa mau nunggu saya seret supaya mau masuk ?" seru bu rini yang tiba-tiba muncul dari belakang. kayaknya bu rini ini lagi emosi tingkat dewi. Rico sebenarnya tadi mau langsung masuk. seperti biasanya saat dia di panggil kepsek gara-gara sering telat. tapi rico lebih dulu melihat Fellen yang nampaknya berdiri katakutan di depan ruang kepsek. akhirnya rico ikutan berdiri aja. nemenin Fellen "ayo masuk." Fellen dan Rico langsung masuk tanpa berkata apa-apa.
"Fellen." bu rini memanggil Fellen. seketika badan Fellen kembali panas. "ibu minta maaf atas perbuatan rico. ibu yakin rico belum minta maaf kan sama kamu ?ibu sudah tau semuanya dari teman-teman kalian. dan ibu benar-benar minta maaf. ini mungkin sangat melecehkan kamu. tapi ibu juga harus adil. jadi ibu juga akan menghukum kamu."
"..." fellen diam. seumur-umur dia sekolah. pake seragam. dia memang sering dipanggil kepsek, dari sd, smp, smk. tapi ini adalah kali pertama dia dipanggil untuk dihukum. biasanya dia dipanggil karena dapat rangking atau karena menang lomba. ini dihukum loh. langsung sama kepsek. kalo sama guru sih pernah. tapi ini..
"kepala yayasan udah tau. karena setelah itu ada murid yang mengUpload foto kalian."
"bu, ini salah saya, tapi saya mohon jangan hukum dia. dia gak salah bu." kata rico datar.
"ya, ibu tau kamu salah. dan kamu juga harus tau, kalo Fellen jadi ikut bersalah gara-gara kamu. jadi Fellen dihukum apa itu ibu pikirkan nanti. sekarang fellen kamu boleh pergi. pak seno hari ini gak masuk, tadi dia berpesan, tolong ajarin temen-temen kamu paket halaman 68 untuk bahan ulangan bahasa inggris minggu depan.
"..." Fellen masih diam. kemudian dia pergi. "permisi bu." Fellen berangsur pergi. Rico niatnya juga mau pergi.
"eh, kamu mau kemana Rico Akbar." rico berhenti. kembali duduk. "jadi, sebenernya Fellen itu siapa kamu ?" selidik bu rini. "ibu tau kamu. selama hampir dua tahun kamu sekolah di sini dan membuat pusing ibu, kamu gak pernah kelihatan bermasalah sama yang namanya cewek. iya kan ? jadi Fellen pasti spesial. siapa dia ?" etdah, ni kayaknya bu rini lebih ke cemburu deh.
"dia..." rico sedikit heran sama bu rini. tapi kayak gak ada salahnya juga dia cerita sama bu rini. mungkin malah bu rini bisa membantu. hahahaha.~~~
"halo, ada apa Ra ? lo lagi ulangan bahasa inggris ya ?"
"Fell, gue lupa gak bawa sepatu nih. pinjem sepatu lo donk." Kata Tara membuat Fellen nyaris menelan garpu yang dia bawa. gimana bisa sekolah lupa bawa sepatu ?
"yang lo bawa itu apa sih Ra, sekolah kok sepatunya lupa."
"gue di depan rumah kakak lo sekarang, lo di dalem kan ?" Tara celingukan di depan gerbang rumah yang cukup besar bertuliskan "Vian's Family". Fellen mengintip tara dari jendela kamarnya. dan bener aja, tara sudah ada disana.
"oke lo masuk aja, gue ada kok." tut tut tut. Tara langsung masuk tanpa pikir panjang. lagian siapa sih panjang minta dipikirin segala ? *ehh
"untung lo udah pulang, dan untung sekolah kita gak satu shift. mana sepatu lo." tara udah kayak preman aja. main malak. Fellen menunjuk kakinya. sepatunya masih nempel di kakinya. dia baru saja pulang. niatnya mau makan ager-ager yang tadi pagi dia masak sambil liatin ikan di kolam. eh ada acara preman lupa gak bawa sepatu. "yeelah, lepas donk, masak iya gue yang nglepas."
"iya iya. lo kenapa gak pake sepatu itu aja sih Ra, kan keliatan Femin banget." Fellen tertawa melihat Tara pake sepatu pantovel.
"ah diem lo. ini aja sepatu hasil minjem, sumpah gue lupa banget, tadi jam 8 gue langsung berangkat pinjem komik. eh malah sepatu gue ketinggalan. sendal gue putus pula."
"lengkap banget. yaudah lo pake aja, gue besok olah raga kok, jadi gak pake sepatu itu, lagian kan di smk ti sepatunya bebas, mau item atau abu-abu yang penting wujudnya sepatu dan gak meledak tiba-tiba, masih boleh dipake kok."
"enaknya elo. eh lo anter gue sekalian ya, motor gue biar disini. males parkir gue."
"lo tuh ya, udah main malak, nyuruh nyopir lagi." Fellen protes, Tara tersenyum lebar. tapi toh akhirnya Fellen mengantar Tara. "eh, ntar gue ketemu yeda donk ra ?"
"alah, cuek aja. kan udah impas, 1-1."
"impas ?"
"lo pikir gue gak tau Foto 'kissing scene' itu ?" tara tertawa. "seluruh smk, sma, smp, sd udah pada tau kali. tapi lo tenang aja, semua pada fine-fine aja kok. hahahaha, ya kecuali yeda."
"mungkin."
"pasti. udah ayo berangkat, jangan lupa minggu depan."
"eh, lo pernah bilang kalo rico udah punya cewek kan ?gimana kalo ceweknya tau ?"
"berisik, biarain aja, itu malah lebih bagus."
"ya tapi kan Ra,.." Tara mengangkat sebelah tangannya. Fellen mau tak mau diam, dan mulai mengendarai motor tara.~~~
Bu rini berpikir keras kira-kira hukuman apa yang harus dia berikan pada rico dan fellen. khususnya Fellen. dalam hal ini Fellen sebenarnya adalah korban, tapi tetep aja dia harus di hukum. apalagi setelah mendengar cerita rico kemaren tentang siapa Fellen bagi rico. bu rini jadi tambah bingung. ya, rico sudah menceritakan semua pada bu rini, bahwa Fellen adalah mantan pacarnya. dan sampai sekarang rico masih menyimpan sayangnya hanya untuk Fellen, sekalipun sekarang dia sedang dekat dengan gadis lain, itu juga hanya untuk membuat Fellen jeles, tapi malah Fellennya cuek-cuek aja. dan malah Fellen udah punya cowok baru. Bu rini sendiri gak tau kenapa tiba-tiba saja dia memiliki ide gila untuk membuat mereka balikan. hahaha, ini kepala sekolah gaul men. dia memutuskan untuk membantu rico. dengan harapan rico bisa berubah setelah balikan dengan Fellen. karena dipikir-pikir, rico bertambah nakal setelah putus dari Fellen. gak pernah masuk, kalopun masuk telat trus. jadi berani ngerokok di sekolah. haduh..(jangan ditiru ya !!) Bu rini jadi merasa kasihan pada rico.
Bu rini masih mengamati sms dari ketua yayasan yang isinya menyerahkan semua keputusan pada bu rini. kalo disuruh ngepel kamar mandi, palingan juga yang ngepel cuma Fellen. kalopun rico mau, dia pasti ngebayar orang buat ngepel. kalo discores, kasian rico donk gak bisa ketemu Fellen. kalo disuruh buat makalah. palingan juga Fellen doank yang ngerjain. aduh, apa ini ? pikir bu rini sambil membayangkan. cukup lama bu rini berpikir. hingga akhirnya dia mendapat pencerahan hukuman apa yang pantas untuk dua bocah menggelikan ini. dia segera memanggil Fellen dan Rico untuk menghadapnya.~~~
Tara kembali memasuki rumah bertuliskan "Vian's Family" untuk mengembalikan sepatu Fellen yang 2 hari terakhir dia pinjam. emang deh sepatu mahal, dipakenya enak, jadi betah dah minjem. begitu masuk gerbang Tara sudah menemukan sosok Fellen terduduk lesu di ayunan teras rumah. Tara segera menghampiri Fellen, takut kalo dibiarin lama-lama lesu dia bisa kesurupan. kan ini lagi maghrib.
"eh, lo ngapain lesu gitu ? oh ya, lo tadi ditanyain yeda tuh."
"lo udah pulang ? ngapain dia nanyain ?"
"katanya kenapa lo gak bales sms dia hampir seminggu ini ?"
"apa butuh dibales ? lagian dia gak sms gue malah."
"ya gak tau gue. jadi sebenernya lo itu kenapa sih ?"
"gue bingung Ra, sebenernya gue masih sayang sama yeda, tapi ya gimana, gue juga udah bilang sama dia buat gak ganggu gue dulu. gue minta waktu buat mikir, apa kita harus lanjut atau berakhir. sayang sih sebenernya kalo harus berakhir, tapi kalo berakhir trus membuat kita lebih baik, kan gak ada salahnya, kali aja, abis gue putus sama yeda, gue pacaran sama logan lerman atau malah sama Josh Hutcherson." oceh Fellen panjang lebar.
"emang siapa yang nanya lo soal itu ?"
"trus lo nanya soal ?"
"soal bahasa inggris nomer tiga." Tara kesal. "gue nanya, kenapa lo lesu gitu ?gak biasanya deh. ya kalo gue sih doain yang terbaik buat lo Fell, mau sama yeda, sama Josh atau logan gue oke oke aja." Tara berkata sungguh-sungguh.
"oh, gue dihukum Ra."
"Apa ?" Tara mengeluarkan kembali popcorn yang baru saja masuk ke mulutnya. " emang siapa yang berani ngehukum lo ?"
"ya kepsek smk ti. gara-gara foto itu. hukumannya aneh."
"emang dihukum apa ?" Tara antusias. Fellen memandang Tara pasrah. dia bingung apakah ini harus diceritakan atau gak. tapi kalo gak diceritakan, ganjel banget.
"ntar deh gue cerita. gue masih belum siap. trus penyerbuan kita kan tinggal beberapa hari lagi. itu gimana ?gue harus ngapain ?kasih gue dialog dong."
"oh, iya, jadi gini..." dan akhirnya keduanya sibuk membahas rencana Tara untuk mengintrogasi Yeda, kenapa dia berani-beraninya nyelingkuhin Fellen dengan cewek lain. Tara sepertinya sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. mulai dari Fellen harus pake baju apa, assesoris apa, pake sepatu mana, dialog apa yang harus Fellen hafalkan hingga property apa yang harus mereka bawa. ini mau ngelabrak atau mau main opera sih Ra ?pikir Fellen. kayaknya bakat Tara nulis cerpen kebawa kesini deh. ~~~
Brenda mencoba menghubungi nomor hp rico sejak sejam terakhir, namun gak ada jawaban. mungkin benar, Rico sudah melupakannya. lagi pula brenda juga bukan siapa-siapa rico. harusnya brenda mendengar peringatan rico dulu. untuk tidak terlalu memikirkan rico, karena rico hanya minta bantuannya. Air matanya nyaris menetes saat tiba-tiba Iqbal muncul di hadapannya. Brenda segera menghapusnya.
"Brenda, ada yang mau ketemu sama kamu tuh."
"siapa ?"
"gak tau, bukan anak sekolah sini kok." Iqbal berlalu begitu saja. meninggalkan Brenda yang mematung. Siapa ? Siapa yang nyari gue ? apa mungkin Rico ?
Brenda melihat sosok itu sedikit gugup. RICO. benar saja, dia yang ingin bertemu sengan Brenda. brenda gak tau harus senang atau takut bertemu rico. jujur, seminggu ini brenda belum bertemu rico. bahkan sms atau telpon saja tidak. dan itu cukup membuat brenda kangen banget sama rico.
"hey, sorry ganggu kamu." sapa rico lembut saat brenda sudah berdiri di hadapannya.
"iya, gak papa kok Co. kamu apa kabar ?" tanya brenda basa-basi.
"baik kok. kamu baik juga ?"
"..." brenda diam. baik ?gimana bisa kamu bilang aku baik setelah kamu main ngilang gitu aja ? gimana bisa kamu kayak gini sama aku rico. apa kamu gak mikir betapa kangennya aku sama kamu ? apa kamu gak kangen sama aku ? omel brenda dalam hati.
"oh ya, soal foto itu. aku kesini mau ngejelasin soal foto itu." kata rico akhirnya karena brenda tak kunjung buka mulut. "aku tau kamu pasti udah lihat foto itu. Dion bilang dia ngeTag foto itu ke akun kamu. makanya aku yakin kamu udah lihat."
"oh, itu. iya. kenapa ?"
"aku minta maaf, aku gak nyuruh dion buat ngelakuin itu, tapi katanya dia main ngetag. aku juga udah minta dia buat ngehapus foto itu."
"aku gak tau harus gimana Co. jujur, aku sakit banget liat foto itu. aku sakit banget denger semua orang ngomongin foto itu. tapi aku juga bisa apa ? toh juga aku bukan siapa-siapa kamu. aku sadar, harusnya aku ngikutin kata kamu, buat hanya bantu kamu. tapi aku gak bisa rico. aku sayang sama kamu." jelas brenda. Rico hanya diam. dia tau dia salah. tapi dia hanya bisa diam.
"aku minta maaf brenda, makanya aku kesini buat ngakhiri ini semua. aku juga ga tega liat kamu kaya gini terus. jadi lebih baik kita udahin ini semua. kamu juga bentar lagi ujian kan. fokus aja sama ujian kamu. anggap aja aku gak pernah ada. makasih ya." dan rico langsung menancap gas mobilnya. meninggalkan brenda yang mulai terisak sendiri. kejam banget kamu rico, apa kamu gak mikir kamu udah mempermainkan perasaanku ? gumam brenda.~~~
"APAA ?" teriak Fellen membuat seisi kelas Multimedia kaget dan otomatis langsung melototin Fellen. begitu juga bela. tampang garangnya mulai keluar. "sorry sorry." Fellen nyengir kuda dan langsung berjalan keluar kelas. di pintu dia kembali menempelkan hpnya di kuping. jadi ceritanya dia lagi telpon-telponan sama tara. bahas acara penyerbuan yang tinggal beberapa puluh jam lagi. "lo gila ya Ra, masak iya gue ngajak dia. gimana bisa ?"
"bisa lah, lo bisa gunain alasan hukuman lo Fel, dan gue pikir-pikir itu bakalan manjur banget, soalnya kalo lo balikan sama yeda itu gak akan mungkin, gue gak akan ngeridoin. lo tau, si cewek berkerudung merah kemaren gue lihat ada di rumah yeda. parah kan ?"
"gitu ya Ra, ntar deh gue ngomong, tapi gue gak janji dia bakal bantu."
"iya, gue doain dia mau. udah balik sekolah sana. gue mau balik tidur"
"ah lo ini, bikin pengen gue aja. oke deh. bye." tut tut tut. telpon terputus. Fellen diam sejenak. Tara bener-bener gila, gimana mungkin gue ngajak rico ?emang rico itu anak kecil yang mudah banget ngajaknya, dikasih permen aja langsung ngekor. Fellen melihat Rico yang baru masuk halaman sekolah dengan jalan kaki. kemana motornya ?oh iya dia sekarang naik mobil, batin Fellen. kembali dia teringat kata tara barusan, "Fell gimana kalo lo ajak rico juga, pasti bakal lebih seru. pokoknya harus."
"Rico." panggil Fellen. rico berhenti. RALAT langsung berhenti. kayaknya dia takut bakalan dilempar pake kaleng soda lagi kalo gak segera berhenti. Fellen berjalan mendekati rico.
"..." rico diam.
"..." fellen juga diam. etdah kenapa pada diem-dieman gini sih.
"jadi kamu manggil cuma mau ngajak diem-dieman gini ?"
"eh ? bukan. repot ?" kata Fellen akhirnya. sebenernya dia salah tingkah banget. maluuu banget. Rico tersenyum kecut.
"jadi cuma nanya repot doank ?" goda rico agak kesal. rico mendorong Fellen ke arah tembok  halaman parkir dengan pelan. mendekatkan dirinya ke Fellen.
"mau apa lo ?" Fellen gugup. Rico terus saja mendekatkan dirinya ke Fellen. "kalo lo macem-macem gue teriak."
"kamu marah ya sama aku ?" kata rico kemudian menjauhkan dirinya dari Fellen.
"gue gak marah, kenapa ?"
"tuh kan kamu marah. Fell, aku kenal kamu gak sehari dua hari, sekalipun hampir setaun kita gak bersama, aku masih inget kebiasaan kamu. aku masih hafal kamu itu kayak gimana fell."
"..." aha massaaak ? fellen sebenernya seneng. tapi dia lebih milih diam.
"kamu kalo udah bilang -lo- itu berati marah kan ?"
"gue manggil egi juga pake -lo- dari dulu."
"tapi kalo sama aku kamu gak pernah Fel, sekalipun aku dulu main ninggalin kamu, kamu bahkan tetep gak manggil gitu. pernah dulu kamu manggil aku -lo- dan itu setiap kamu marah." jelas Rico. rico benar. Fellen memang marah. tapi gak semarah dulu. yang bener aja, abis dicium masak iya masih marah..hahahahaha (ngarep).
"setelah apa yang lo lakuin kenapa gue gak boleh marah ?"
"aku minta maaf Fel, aku tau aku salah. aku bener-bener minta maaf."
"..." Fellen diam. bingung antara mau memaafkan atau gak. hatinya masih sakit. tapi juga dia sangat merindukan rico.
"apa yang harus aku lakuin supaya kamu mau maafin aku ? supaya kamu bener-bener percaya kalo aku tulus minta maaf ke kamu."
"..." fellen masih diam. tiba-tiba aja dia teringat yeda. teringat apa yang sudah yeda lakukan belakangan ini. air matanya menetes perlahan. Rico bingung karena tiba tiba Fellen menangis. rico kemudian memeluk Fellen erat, seperti yang selalu Rico lakukan saat Fellen menangis. dulu. Fellen mulai menceritakan semuanya pada rico. rico mendengarkan dengan sabar. sekalipun terlihat jeles. tapi dia tetap setia mendengarkan Fellen.~~~
"Fellen, ibu sudah memutuskan hukuman untuk kamu. jadi kamu selama dua minggu kedepan harus selalu sama rico. berangkat sekolah, pulang sekolah, kamu mau ijin ke sekolah kamu atau kemanapun, kamu harus sama rico. ibu tadi sudah bilang sama rico. ibu tau ini mungkin hukuman aneh. dan mungkin kamu akan merasa tersiksa. tapi hukuman ini akan lebih berat untuk rico. ibu hanya ingin dia berlatih disiplin, selama ini dia berangkatnya telaaat terus, kalo misal dia berangkat sama kamu, pasti mau gak mau dia harus berangkat pagi. dan ibu rasa waktu dua minggu cukup untuk melatih dia bangun dan berangkat pagi. ibu bener-bener minta bantuan kamu untuk ini. tolong bantu juga dia belajar, karena nilainya itu sungguh gak karuan. setelah dua minggu, ibu akan kasih kamu reward. kamu bisa kan ?"
"lagian kalo kalian kelihatan sering bersama, itu tidak terlalu menimbulkan tanda tanya soal foto itu, karena pasti mereka mengira kalian pacaran. ibu buat hukuman gini juga gak asal-asalan. ibu tau rico, kalo ibu hukum yang normal dan wajar-wajar aja pasti dia gak akan jera. hukumannya berlaku dua hari lagi ya. kamu siap-siap aja. dan jangan bilang sama anak-anak yang lain soal hukuman ini." kata bu rini panjang lebar kemaren. dan kata-kata itu yang selalu terngiang di telinga Fellen. gimana bisa ada hukuman kayak gitu ? hukumannya aneh banget sih. tapi masuk akal juga. kalo disuruh ngebersihin sekolah pun pasti rico nyuruh tukang kebun. Fellen senyum-senyum sendiri membayangkannya.
"Sorry lama." Kata Rico yang baru saja datang dan main duduk di sebelah Fellen. Senyum Fellen langsung mingslep, berubah jadi nyengir. "kamu kenapa gak bilang kalo kamu gak di rumah ?"
"lha ini kan lagi di rumah." Fellen bingung.
"ini kan rumah kakak kamu. aku kira kamu di rumah kamu, sama orang tuamu."
"ah..aku udah satu semester lebih tinggal di sini. maaf gak kasih tau kamu." Fellen merasa bersalah.
"gak apa, aku juga gak tanya kan." Dingin. kata Rico barusan terkesan dingin. pasti rico marah nih. aduh Fellen bego, ya jelas marah lah, lo kata jarak rumah lo ke rumah kakak lo cuma sepuluh senti ? 35 kilo meter itu jauh Fellen, gak dekat. lo kata bensin juga murah apa ?ah Fellen bener-bener bego, omel Fellen dalam hati. "eh, itu, ikan yang dulu bukan ?" Rico mengambil toples kaca berisi 2 ikan koki yang tadinya dipajang di meja.
"ikan ?" Fellen bingung. "oh, ikan yang itu, iya, ini ikan dari kamu."
"jadi, apa yang bisa aku bantu ?"
"jadi, beneren mau bantu ?"
"kenapa balik nanya sih ? kan aku udah nanya tadi."
"jadi gini..." Fellen menceritakan semuanya. Rencana yang disusun oleh Tara seminggu terakhir. Tanpa ragu lagi. sebenernya sih Fellen intinya cuma mau minta tolong Rico buat nganter Fellen ke sekolah. karena ya, hukuman tadi. Rico memandang sepasang mata itu. entah kenapa jika melihat kedua mata Fellen hatinya selalu tenang. dan kedua mata itu selalu membuatnya ingin mendekap Fellen. "aku tau sih ini konyol, tapi kamu mau ?" Kata Fellen di akhir cerita.
"hah ?" Rico kaget. dia gak terlalu mendengarkan Fellen. dia hanya mendengar detak jantungnya yang sepertinya lagi balapan. Fellen memasang tampang melasnya. "iya, gak usah melas gitu deh." Rico kesal karena dia selalu gak bisa nolak kalo Fellen udah melas gitu.~~~
"Maaf mbak, anak OSIS mau ada rapat, jadi please, mbak jangan ganggu." kata Dea, mencoba bersabar menghadapi cewek di hadapannya. Dea berusaha semanis mungkin menghadapi cewek satu ini. Terakhir dia berhadapan dengan cewek satu ini, hatinya hampir aja rontok. Gimana enggak, yang dikerjain si Fellen tapi yang marah-marah si cewek ini. TARA. masak iya Dea dibilang panitia OSIS gak punya etika. Oh no.
"Gue gak ada urusan sama lo ya, minggir." dan Tara mendorong Dea agar bisa menjangkau pintu aula yang digunakan untuk Rapat OSIS.
"Mbak. mbak ini saya omongin baik-baik ya." Dea kembali menghalangi langkah Tara.
"Heh, lo tuh mendingan minggir ya daripada gue jambak tuh bulu mata lo." Dea menghela napas. emang ya, susah berurusan sama nih cewek. kata-katanya itu loh. batin Dea. Fellen yang baru saja dateng segera menghampiri Tara, sebelum tara bener-bener ngejambak bulu mata si Dea. lagian, gak elit banget Tara, yang di jambak bulu mata.
"Ra, udah. kita tunggu aja sampe Rapatnya selesai."
"Gak bisa Fel. pokoknya sekarang aja. kita ini udah lama nunggu."~~~
Rico masih bingung dengan penjelasan Fellen semalam. Hukuman ? Rico bahkan gak ngerasa dihukum sama bu rini. dipanggil bu rini aja enggak. apa itu cuma akal-akalan Fellen aja biar bisa deket sama gue ya? ah tapi masak iya itu alasan Fellen ?gak mungkin deh, pikir Rico. masak ada hukuman model kayak gitu ? itu mah lebih mirip strategi buat nyomblangin seseorang. Rico berpikir keras. kalo Fellen ya gak mungkin ngada-ngada. kalo bu rini, masak iya ya ? Rico teringat percakapannya dengan bu rini setelah adegan kissing scene itu. bu rini pernah bilang kalo dia akan bantu rico balikan dengan Fellen. apa ini ya yang dimaksud bu rini ?kalo emang iya, rico harus gimana ?seneng atau sebel ya ? perlahan dia mengeluarkan senyuman mautnya. beberapa siswa yang kebetulan lewat di halaman parkir smk 2 langsung klepek-klepek ngeliat senyuman itu. ~~~
"jadi, apa ada yang ingin lo omongin ke gue ?" kata Fellen membuka percakapan. karena hampir 10 menit yang dilakukan yeda hanya diam. memandangi Fellen kemudian nunduk. gitu terus sampe rasanya si Tara yang duduk agak jauh dari mereka pengen banget nendang si yeda.
"..." yeda diam. dia bener-bener gak siap dengan kedatangan Fellen hari ini. dia memang akan menjelaskan semua pada Fellen. tapi gak sekarang. itu juga alasan dia jadi gak ngehubungin Fellen sama sekali. "Fel, gue minta maaf." kata yeda akhirnya. "maaf karena gue udah nyakitin elo. maaf karena gue gak bisa jaga hati sama sikap gue saat lo gak sama gue. maaf karena gue dengan sengajanya ngeduain lo. maaf." Fellen menarik napas panjang. dia ingin sekali marah. tapi gak bisa.
"gak semua salah lo kok. mungkin gue juga yang salah. gue pasti udah buat lo khawatir dan takut, sampe lo ngelakuin ini. gue gak masalah kok yed lo sakitin, karena itu akan lebih baik daripada lo yang ngerasain sakit. tapi lo harus tau, gue juga gak bermaksud buat lo kayak gini."
"gue bener-bener minta maaf Fel, gue yang salah, harusnya gue bisa lebih percaya sama lo. harusnya gue gak nurutin apa mau ketakutan gue."
"udahlah, gak usah nyalahin diri masing-masing. baik lo maupun gue, kita semua salah." Fellen tersenyum tulus pada yeda. perlahan dia mengerti apa alasan yeda melakukan ini semua. yeda pasti takut kalo Fellen akan kembali pada rico. yeda yakin, cepat atau lambat rico pasti akan kembali pada Fellen. kalo gak sekarang, pasti ntar rico juga akan kembali pada Fellen. maka dari itu yeda memutuskan untuk mendua. ah, alasannya terlalu panjang untuk diuraikan. pokoknya gitu dah.
"gue bener-bener nyesel Fel."
"mending kita udahin ini semua. jaga cewek itu baik-baik ya yed."
"Fel, apa kita gak bisa memperbaiki semuanya ? aku janji akan lebih percaya sama kamu."
"percuma yeda, kalopun kamu bisa, mungkin aku malah yang gak bisa, karena seperti kata kamu dulu, kepercayaan itu kayak penghapus, akan semakin kecil dan semakin kecil setiap kita buat kesalahan. aku yakin rasa percaya kamu ke aku makin kecil kan.?"
"maaf Fel, aku cuma bisa bilang.."
"udah, aku bener-bener lelah. mungkin kita temenan aja." potong Fellen sambil berlalu dari yeda. sekuat mungkin Fellen melangkahkan kakinya, menjauh dari yeda. Sekuat mungkin Fellen menahan agar air matanya tak jatuh. Tara menatap Fellen sedih. lalu dia menghampiri yeda dan mencaci makinya.
"Heh, Yed, gue gak ngerti ya jalan pikiran lo."
"lo kenapa sih Ra ?kenapa lo tiba-tiba dateng dan ngomel ke gue ?"
"lo masih tanya ?lo tau gak gimana menderitanya Fellen ? dia emang masih sayang sama Rico, tapi dia tetep setia sama lo Yed..." dan Tara meluapkan semua kekesalannya pada Yeda. dia mengatakan apa yang dulu dia dengar dari Fellen. semua. heran, ini yang patah hati siapa sih ? Yeda miris mendengarnya. perasaan bersalahnya semakin bertambah.~~~
Fellen tetap berjalan sambil menahan air matanya. dia menyusuri koridor gedung perpustakaan.
"Hey kamu !!" seru seorang cewek namun tak dihiraukan Fellen. "kamu yang rambutnya panjang. kamu Fellen kan ?" baru Fellen berhenti. cewek yang manggil Fellen menghampirinya. Sekarang dia sudah berdiri di hadapan Fellen. "aku..eh, nama gue Putri." Fellen mengamati cewek yang ada di depannya. itu kan cewek yang di foto, oh jadi nama lo putri. gumam Fellen.
"ada apa ?"
"gini ya Mbak Fellen, gue tau lo lagi sakit hati gara-gara foto itu kan ?"
"apa mau lo ?"
"mau gue ? kenapa lo masih nanya ? gue tau lo sayang kan sama kak yeda. em salah, maksud gue, Lo masih sayang kan sama kak yeda ?"
"bukan urusan lo. minggir." Fellen mencoba berjalan namun dihalangi oleh putri. hiihhhhh, rasanya pengen banget gue nendang ni cewek. batin Fellen.
"gue minta, lo jauhin kak yeda. karena gue tau, kak yedapun masih sayang banget sama lo, dan lo tau, seminggu yang lalu kita udah resmi jadian, temen sekelas lo pun udah tau."
"..." Fellen diam, bingung dia mau ngomong apa. dia sebenarnya syok, tapi dia tetep mencoba tenang di depan putri.
"gue yakin, kalo lo masih ngehubungin atau masih care sama kak yeda, dia pasti akan balik sama lo. jadi gue minta jauhin kan yeda, gue bener-bener jatuh cinta banget sama kak yeda. gue gak mau kehilangan dia." sinis. Putri mengatakannya dengan sinis. tapi wajahnya memelas.
"lo tenang aja. Fellen gak akan deketin dia lagi kok. gak usah khawatir soal itu." suara cowok dari arah belakang Fellen membuat gak hanya putri, tapi juga Fellen kaget. "Gue berani jaminin mobil gue buat itu." lanjut suara itu. Fellen berbalik. RICO.
"Lo siapa ? berani banget ngomong gitu." putri sewot, namun seketika terpana melihat kegantengan Rico. gilak, darimana kak Fellen dapet cowok sebening gini, gumam putri.
"gue ? apa itu penting, bukannya yang penting Fellen gak ganggu cowok lo itu."
"kenalin, gue putri, lo siapa ?" putri mengulurkan tangan sambil senyum caper. Rico menyunggingkan senyum. tapi tak terlalu mempedulikan tangan putri. Fellen hanya bisa diam menatap wajah Rico, yang hari ini, entah kenapa keliatan berseri, ganteeeng banget.
"gak penting siapa lo. kalo lo mau tau siapa gue, gue pacarnya Fellen." jawab Rico sinis, menggenggam tangan Fellen dan langsung mendaratkan bibirnya di pipi kanan Fellen. seketika putri menganga. cowok ganteng ini romantis banget. gak hanya putri, Fellen pun terkejut. "kamu gak akan ganggu cowoknya kan Fel ?"
"eh, iya, lo tenang aja." kali ini Fellen berkata dengan mantap. Rico meraih tangan Fellen. dan berjalan meninggalkan putri yang masih bengong. " sama satu lagi, we should love, not Fall in love, because everything that Falls, gets broken." kata Fellen tajam sebelum pergi.~~~
Tara mendorong tubuh yeda pelan setelah selesai memakinya. yeda hanya bisa diam.
"lo, orang yang udah membantu Fellen bangkit dari keterpurukan, sekarang malah membuatnya semakin terpuruk." kata tara sebelum akhirnya pergi meninggalkan yeda. rasa bersalah yeda semakin bertambah.~~~
"Rico." kata Fellen dengan nada yang agak tinggi, membuat Rico sedikit tersentak. duh, ini pasti Fellen marah banget gara-gara tadi. Rico lantas melepas genggaman tangannya. Rico mencoba mencari kunci motornya di saku celananya, saat tiba-tiba bibir Fellen mendarat di pipi kiri Rico. Rico mematung sejenak. dia gak nyangka. gak nyangka banget. dia pikir Fellen akan marah. "makasih ya Rico." kata Fellen seraya tersenyum. pun dengan Rico. tersenyum pada Fellen.
"sama-sama."
"Nih." Fellen mengulurkan kunci motor Rico. Rico heran, gimana bisa ada di Fellen ? emang sekarang Fellen bisa main sulapan ya ? batin rico.
"gimana bisa ada di kamu ?"
"tadi pas kamu nyium aku, tangan kamu ngasih ini ke aku." Rico bingung. lalu mencoba mengingat. tapi tetep aja gak bisa ingat. "ck, pas kamu tadi tiba-tiba genggam tanganku itu loh. lupa ya ?" Fellen sedikit kesal. Rico kemudian tersenyum.
"iya inget kok, pulang yuk." Rico mengelus poni Fellen. dan merekapun meluncur, menjauh dari tempat parkir. di seberang, sepasang mata melihat apa yang dilakukan Fellen dan Rico. dia bahkan mengetahui apa yang mereka bicarakan sekalipun berada jauh dari mereka. YEDA. matanya berkaca-kaca. keputusan yang gue ambil benar. gue gak seharusnya ngerasa bersalah banget seperti ini, gumam yeda.~~~
Hukuman konyol itu baru berjalan 3 hari. dan selama 3 hari itu rasanya kehidupan rico menjadi semakin berat. bener-bener berat sampe rico aja gak berani bernafas. apalagi harus mendengar suara ngejreng yang bangunin dia selama 3 hari ini.
"apaan ini." Rico membanting hpnya ke kasur. dia mengacak-acak rambutnya. "gue bangun jam 5 ? bahkan bokap gue aja belum pulang Shubuh'an dari mesjid." Rico menarik napas panjang. "Dunia pasti udah gila kalo gue tiap hari bangun jam segini. satu kampung pasti ngadain kondangan kalo bangun gue malem-malem gini." (Bentar, jam 5 malem, ada gitu ?)
"waaaaaa." Rico membuka pintu kamarnya dan langsung mendapat teriakan oleh mamanya.
"mama ngapain teriak sih ?" omel rico. rasanya nyawa Rico yang tadi masih jalan-jalan pada balik semua ke badan rico. dia langsung bener-bener melek.
"kamu kebelet pup banget ya ?" *ehh. mamanya Rico bener-bener syok nih kayaknya ngeliat Rico bangun jam 5.
"..." Rico diam. dia berdiri di balkon depan kamarnya. melihat gunung yang membentang di arah barat rumahnya. dia takjub melihatnya. pantesan aja Fellen suka jalan-jalan ke gunung itu dulu.
"kamu gak biasanya bangun pagi gini. kebelet pup pun kamu kalo ngantuk ya tetep tidur sampe jam 8. kena angin apa kamu ?" selidik mama rico sambil menjemur pakaian. (jadi gini, Rico bobonya di lantai 2, di teras kamar Rico dijadiin tempat buat jemur pakaian, hehehehe.)
"halah berisik." Rico berlalu, meninggalkan mamanya yang masih terbengong.~~~
"kamu yakin gak bareng mas vian Fell ?" tanya Vian lagi, kali ini udah di dalam mobil. jam di tangannya memang masih menunjukkan pukul 6.15 tapi Vian khawatir kalo Rico gak bisa nyamperin Fellen tepat waktu.
"gak usah mas, Fellen dalam hukuman nih." kata Fellen sedih. dia sebenernya pengen banget dianterin kakak iparnya itu. apalagi naik mobil barunya. BMW men. sekalian dia bisa numpang pamer sama si yunita yang sok kaya itu.
"yaudah deh, cabut dulu ya, jemput viona di rumah mama. salam buat mama kamu gak ?"
"ga usah deh, masih sebel." dan bmw Vian meluncur dengan cepat. meninggalkan Fellen yang mematung di gerbang.~~~
Bu rini tersenyum puas melihat kertas di tangannya. Kertas ulangan Rico. dengan nilai 89. dalam 3 hari ini dia sudah mendapat 4 kertas ulangan Rico dengan hasil nilai 8 up. malah untuk ulangan bahasa inggris, Rico mendapat nilai 95. Rencananya bener-bener berhasil. setali tiga uang, peribahasa itu bener-bener pas. pertama, Rico udah mulai gak telatan, kedua, nilainya pun lebih baik, dan ketiga, dia yakin, Rico dan Fellen akan balikan dengan rencana ini. Hp bu rini berdering.
"halo, siapa ?"
"Rico bu, menurut ibu siapa yang usil nelpon ibu tengah malam gini kalo bukan saya ?"
"oh." bu rini tersenyum, kayaknya dia terlalu seneng sampe gak liat siapa yang telpon."ada apa?"
"bu, bisa gak, yang bangunin saya mulai hari ini dan seterusnya jangan ibu, atau pembantu ibu ?"
"kenapa ? kamu ngerasa terganggu ?"
"banget bu, apalagi suara pembantu ibu yang ngejreng banget itu. bisa ngebakar kuping saya bu."
"apa kata kamu ? jadi kamu gak suka dibangunin sama saya ? trus kamu berharapnya dibangunin sama siapa ?sama aishwarya ray ?"
"itu lebih baik bu."
"RICO."
"asli bu, abis ditelpon pembantu ibu rasanya gak semangat banget bu."
"alesan kamu. udah, tidur aja sana." tut tut tut. Bu rini menutup telponnya. mematikan hpnya. jangankan kamu Co, kuping ibu aja rasanya mau loncat kalo denger suara pambantu ibu, gumam bu rini seraya melangkah menuju telpon rumahnya.
"halo, maaf ya malem gini ganggu kamu."
"oh iya..."~~~
Rico tersenyum sepanjang makan siangnya di kantin. Matanya tak henti-hentinya memandangi sosok manis di depannya. Hari ini bener-bener keren baginya. dia masih terngiang suara lembut Fellen tadi pagi.
**"halo, iye iye gue bangun bik." kata Rico garang.
"Rico, ini Fellen. kamu udah bangun ?" kedua matanya yang masih menutup langsung kebuka. FELLEN. dia nelpon gue ?bahkan kayaknya dia gak tau nomer hape gue.
"kkamuu ?" Rico gagap
"iya, ini aku Fellen, kamu udah bangun ?"
"eh, iya udah. kamu tau.."
"yaudah kalo udah bangun, buruan mandi trus sarapan ya, aku tunggu di rumah ntar." tut tut tut.
"Halo, halo ?" senyum Rico melebar. dia keluar kamar dan langsung masuk kamar mandi.**
"Rico, kok bengong aja ?" seru Fellen. membuat Rico gelagapan.
"apa? gak, kok, gak. eh, Fell, kamu kok tadi bangunin aku ?"
"Oh, tadi pagi aku ditelpon Bu rini, katanya aku suruh bangunin kamu kalo pagi, soalnya pembantunya bu rini suaranya abis." jelas Fellen dengan polos. Rico menahan senyumnya. Rasain tuh suara lo abis, siapa suruh bangunin gue pake ngejreng segala.
"oh..jadi semangat deh kalo yang bangunin kamu." aish..huk huk huk..Fellen terbatuk."kenapa Fell?"
"gak kok." Rico memberikan es jeruknya dan langsung disedot abis oleh Fellen."oh iya, nomor kamu tetep yang dulu ya ?"
"iya, itu nomor kamu ?"
"bukan, itu nomor togel. Ya nomor aku lah."
"oke, udah aku save kok." Seseorang yang duduk di seberang belakang Fellen dan Rico kembali menyunggingkan senyum. ini mah namanya setali empat uang. aku bisa ngehemat pulsa dengan gini. ahahaha. Bu rini. kembali bergumam.~~~
"jadi lo balikan sama Fellen ya Co ?" celetuk dion. membuat rokok yang baru saja Rico hisap hampir saja ketelen. gitu juga wahyu. rokoknya malah ngeloncat.
"menurut lo ?gue sama dia bisa gitu balik ?"
"kenapa gak bisa men ? bisa lagi, mau gue comblangin ?" kali ini wahyu dengan antusias.
"gak makasih, ada ntar Fellen lo embat lagi."
"enak aja. kan gue udah punya cewek Co."
"lagian Fellen mana selera liatin wahyu Co, kumel gitu. orang sama gue yang ganteng gini aja Fellen mikir seratus kali. apalagi sama lo, yu, bisa bisa sepanjang masa Fellen mikir." ejek Dion yang pernah naksir Fellen pas smp dulu.
"kalian mau ngajakin duel gitu sama gue ?" rico mulai naik darah
"Rico, ada yang mau ketemu sama lo." kata salah satu teman Rico.
"Siapa ?" Orang itu mengangkat bahunya. "di mana ?" jadi kayak penyiar radio aja. siapa dimana ?
"halaman depan."~~~
"jadi Fell, lo harus ngomong sama gue, apa yang sebenernya terjadi. lo balikan sama Rico ?"
"aduh bel, susah buat ngejelasinnya. gue kayak gini itu dalam masa hukuman."
"hukuman model apaan ?"
"tau deh. ntar deh gue cerita." Fellen ngibrit gitu aja.
"eh Fell." Bela menarik tangan Fellen. "itu bukannya..."
"bukan apa bel ?"
"itu.." bela menunjuk seorang cewek yang gak terlalu tinggi memakai seragam sma 1. Fellen mengikuti arah telunjuk bela. "itu kan cewek yang deket sama rico."
"..." Fellen diam. dia lebih gak tertarik melihat cewek itu. sementara bela, dia sedikit kesal melihat cewek itu. "ke kelas aja yuk."
"bentar Fel, tuh Rico nyamperin dia. lo gak cemburu apa ?"
"buat apa ? aku bukan siapa-siapa rico kok." dan Fellen langsung ngeloyor gitu aja.~~~
Ngapain tuh cewek kesini sih, bikin gue yang gak mood jadi tambah gak mood aja. Ngapain juga Rico nyamperin tuh cewek. bilangnya aja udah gak ngehubungin dia lagi. mau fokus sama hukaman itu. mana ? MANA ? ngeselin banget. Fellen melempar bungkus susu kotak yang isinya sudah habis dia sedot dengan kesal. BRAKK.
"Heh kamu !!" teriak sesorang. COWOK. alah, ni cowok makin bikin gak mood aja pake teriak-teriak, emang dia mau ngelairin apa teriak segala. gumam Fellen. "kamu." cowok itu menowel punggung Fellen. membuat Fellen menengok. JEDENG. cowok itu membawa bungkus susu yang barusan Fellen lempar. mampus loh, jangan-jangan kena nih orang. whaa..gimana kalo...Fellen mikir yang enggak-enggak. terakhir dia main lempar-lemparan bungkus minuman, dia mendapat ciuman dari Rico yang mengakibatkan dia mendapat hukuman konyol yang tengah dia jalani sekarang. apalagi ini kalo ni anak marah ? bisa-bisa Fellen dikawinin sama ni anak. berbeda dengan Fellen. cowok tinggi putih dengan rambut mohawk melihat Fellen kagum. rasanya dia belum pernah ngelihat ini cewek. Ngelihat cewek dengan mode begini aja baru pertama kali. dandanan Fellen hari ini emang agak aneh. Fellen lebih mirip..emm, bayangin deh atasan seragam putih abu-abu, cuma ganti aja warnanya jadi Krem, pake seragam khas SMK. trus lengannya panjang yang dilipat jadi 3/4 lengan. dan, bawahannya, celana jins selutut dan pake sepatu kets, warnanya merah lagi, rambutnya dibuat cemol atas. bisa nyimpulin dandanan Fellen kayak apa ?
"apa kamu kamu ? gak bisa baca nama gue siapa ?" omel Fellen garang. Cowok mohawk menganga. dia sudah menduga kalo cewek bungkus susu ini pasti garang. dia melihat tas yang nangkring di punggung Fellen. RICO. hah ? masak nih cewek namanya Rico ? kemudian mengamati lagi tas Fellen. ada tulisan "Fellen". ni pasti namanya. dia baru sadar kalo tulisan Rico itu adalah sarung tangan. "ngapain liatin kayak gitu ?"
"kamu yang ngelempar ini ?" cowok itu mulai ingat tujuannya nyamperin Fellen.
"iya, kenapa ? masalah ?apa kena muka lo ?" Fellen masih ngomel.
"bukan hanya kena muka gue, tapi kena ini." cowok itu ngeluarin kue mini dari tas jinjingnya. Fellen terbelalak. bukan karena kuenya yang agak hancur, tapi karena ada Tulisan LUV U RICO di kue itu. Rico ? apa ini Rico..aaaaaa..."kamu gak bisa bedain mana tempat sampah mana gak ?"
"..." Fellen diam. dia masih melihat kue mungil itu. dan dia lebih terbelalak lagi karena ada tulisan "brenda" di sana. kecil sih. tapi Fellen bisa lihat.
"Hey..bilang maaf kek, sorry kek, gak sengaja atau gue ganti kek."
"dia gak sengaja. Nih gue ganti." Rico yang baru saja menghampiri TKP langsung nyodorin selembar uang seratus ribuan ke cowok mohawk itu dan langsung menarik tangan Fellen masuk ke mobil Rico. *di mobil Rico,
"Udah lama nunggu nya ? maaf ya, tadi masih dipanggil bu rini." kata Rico sambil memakaikan seatbealtnya Fellen. Fellen hanya diam. tersenyum kecil. "kamu kenapa dandan kaya gitu ?" Rico sedikit aneh melihatnya. bukannya tadi pagi Fellen pake rok, trus pake sepatu sekolah biasa. dan kelihatan anggun banget, ini, malah lebih mirip preman salah sasaran.
"Rok, sepatu sama jaketku disembunyiin. ini aja aku dibeliin kak Viona." Fellen menghela napas. entah kenapa hari-harinya menjadi semakin berat setelah hukuman itu. banyak orang yang mulai gak suka padanya. dan itu udah jelas. temen-temen sekelas Rico. yang cewek. andai aja dia bisa jujur sama semua tentang hukuman itu.
"disembunyiin ? siapa yang berani nyembunyiin ?"
"ya kalo aku tau, udah aku abisin dia." Fellen emosi.
"emang gimana bisa disembunyiin sih ?" Rico mulai berfikir yang enggak-enggak.
"sebenernya sih tadi mau dipinjem bela, eh, malahan pas bela ganti, gak ada, jadinya baju yang aku bawa dari rumah dipake sama bela dan aku dibeliin ini sama kak viona."
"..." susah banget bagi Rico untuk mencerna maksud Fellen. Cewek aneh banget sih. Tukeran baju aja ribet amat. Rico kembali mengamati Style-nya Fellen. Manis juga dia dandan gitu, pikir Rico.
"apa sih liat liat mulu ? ga suka ? aku turun nih."
"iya, suka-suka. jutek amat sih hari ini." dan Rico langsung tancap Gas. Gimana gak jutek sih Co ?lo nya tadi ketemuan sama brenda, trus baju Fellen disembunyiin. coba kasih Fellen seratus alasan biar gak jutek ?~~~
Iqbal masih nangkring di atas motornya sekalipun dia udah ada di depan gerbang. tangan brenda masih memegang tas Iqbal. Iqbal heran campur kesal dibuatnya. brenda jadi berubah anarkis gini sih. mana brenda yang melankolis dulu ? batin Iqbal.
"ayo dong bal, bantuin gue. plis, gue bener-bener butuh bantuan lo bal." brenda merengek.
"..." Iqbal sebenernya kasian ngeliat brenda, tapi dia lebih kasian pada Fellen kalo dia bantu brenda. ngerusak hubungan orang tidaklah bagus. DOSA malah. Trus Iqbal harus gimana ? mana brenda pake ngancem mau ngebuang tasnya lagi. "oke. gue bantu, tapi gak sekarang. balikin tas gue." Brenda diam. bukan gara-gara seneng atau apa, lebih gara-gara ngeliat mobil di seberang jalan. Mobil itu. di balik kursi kemudi brenda melihat Rico. dan di sebelahnya ada cewek. dan sudah jelas. FELLEN. brenda menyerahkan tas Iqbal.
"LO harus bantuin gue sekarang." dan brenda main naik motornya Iqbal. membuat Iqbal bingung gak ketulungan. tapi tak begitu lama Iqbal tau. dia melihat sosok Fellen yang duduk manis di dalam mobil. setelah itu seorang cowok keluar mobil. RICO. Iqbal menarik napas panjang. kenapa gue jadi keseret-seret gini sih, gumam Iqbal.~~~
Tara tengah asik membolak-balik komiknya di teras rumah Fellen. Jam di tangannya sudah menunjukkan pukul 3 sore, itu berati 15 menit lagi jam ijinnya udah abis dan Fellen masih belum nongol ? mampus gue. Tara mulai gusar.
"Ra, ngapain kesini ?" kata seorang cowok. Tara mendongak, dan mendapati sosok Egi sudah berdiri di depannya. Lah kapan datengnya ?
"lo, ngapain kesini ?" tara nanya balik.
"ya ketemu Fellen lah, ini rumah Fellen kan." egi lantas duduk disamping Tara.
"ya sama kalo gitu." DEG. duh, kenapa jantung gue balapan gini sih, tangan gue dingin juga gini, batin Tara. "ngapain lo ketemu Fellen."
"mau ngelamar Fellen." Tara melongo. begitupun egi. "emm, bukan, maksud gue mau nembak Fellen. ehh bukan lagi. tapi mau..SEPATU. iya sepatu." Tara makin melongo.
"lo mau pinjem sepatu ?"
"bukan, tapi mau balikin sepatu."
"lo abis minjem sepatunya Fellen ?"
"bukanlah, tapi tadi gue nemuin sepatunya Fellen di toilet cowok. sama seragam sama jaketnya. ini." egi mengeluarkan sepatu, rok sama jaket Fellen yang tadi disembunyikan.
"mana mana mana." Tara langsung menyerobot sepatu Fellen.
"eh, ngapain kamu ganti ?" Tara tak mempedulikan Egi. "padahal kamu keliatan cantik pake sepatu itu." kikkk. tara menghentikan aksinya memakai sepatu Fellen.
"abis ini pelajaran olah raga." tara sudah berhasil memakai sebelah sepatu Fellen dan satunya masih sepatu slop kakaknya.
"bilang aja lagi dapet. bu jenni, kan ?" Tara diam. lebih tepatnya mikir. nih anak bener juga, lagian kan bu jenni baik orangnya, pasti dia ngebolehin gue kalo gue gak ikut olah raga, guenya juga emang lagi dapet. dan gue kesini kan tujuannya gak mau pinjem sepatu, tapi numpang mandi sama baca komik doank. "Ra..udah jam 3 lebih. bu jenni emang akan ngijinin kamu gak ikut olah raga, tapi kalo kamu telat di pelajarannya, kamu akan abis"
"TARAAAA.." teriak seorang cewek. siapa lagi kalo bukan Fellen. Tara langsung ketawa sampe nangis-nangis liat dandanan Fellen.
"lo kenapa Fell ? preman gitu."
"ceritanya panjang. sorry ya pasti lama banget ya, tadi masih..." Fellen belum menyelesaikan omongannya karena tiba-tiba Rico muncul dari belakang Fellen.
"Gue ngerti, yaudah gue berangkat dulu, thanks ya tumpangannya."
"Ra, bareng gue aja." Egi menawarkan diri. Egi masih ngeri ngeliat expresi Rico yang sedang tidak ingin diganggu. "gue cuma balikin barangnya Fellen kok." lanjut egi karena merasa raut wajah rico lebih mirip mulut wartawan yang lagi nanya. *nyambung gitu ?
"bbaarang ?" Fellen gagap. ini maksudnya barang apaan ya ? Egi menepuk jidatnya pelan. kayaknya Kata-katanya itu rancu banget.
"itu, seragam, sepatu sama jaket lo yang disembunyiin, gue temuin di toilet cowok."
"oh..makasih ya." kali ini rico. lhah, kok dia yang makasih, kan harusnya Fellen.
"sama-sama, ayo Ra." egi main menggamit tangan Tara. Jantung Tara nyaris loncat. sialan nih cowok. Fellen menahan tawanya melihat raut wajah Tara yang lebih mirip anak ayam yang lagi nge Date sama kuda putih. *hah gimana tuh ?
"serasi banget." kata Rico dingin. "aku pulang ya."
"eh, gak bisa."
"kenapa ?"
"kamu mau aku ceburin kolam ikan ?"
"gak mau."
"bukannya besok kamu ada ulangan. kamu harus belajar kayak biasanya."
"Fell, libur sehari aja kenapa sih."
"Nurut sehari aja kenapa sih." bla bla bla.~~~
"jadi cowok yang biasanya jemput Fellen itu Rico." tanya Vian tak percaya pada istrinya saat Fellen baru saja masuk mobil Rico. Viona hanya mengangguk. "Rico yang mutusin Fellen dengan gak jelas itu ?yang udah buat Fellen kayak orang gak waras juga ?" nampaknya Vian bener-bener gak percaya. Viona hanya mengangguk.
"iya mas. Rico yang udah buat Fellen jadi ngungsi di rumah kita juga."
"hah..aku masih ga nyangka dek, kalo Rico manis yang jemputin adek kita itu, ternyata juga Rico pahit yang udah nyakitin adek kita."
"apaan sih ini manis pahit. emangnya kopi."
"emang kamu gak liat betapa manis dan sopannya Rico ?"
"gak. kan baru sekali ini doank aku lihatnya mas. lagian ni mas, emang orang jahat gak boleh manis ? orang jahat gak boleh sopan ?"
"kok kamu belain dia bukannya belain Fellen ? kan Fellen adek kamu."
"lhah kan kamu udah belain Fellen, ya aku belain Rico donk. lagian nih mas, aku gak mau ikut campur urusan Fellen, emang sih aku sebel sama Rico, tapi itu kan urusan mereka, asal oknumnya masih pada baik sama kita, buat apa kita ikutan marah. mendekin umur aja." Viona berlalu dari suaminya. Kepo amat sih laki gue, batin Viona. Vian masih bengong, antara percaya atau gak istrinya bilang gitu tadi. padahal dia dulu orang yang paling benci sama makhluk namanya RICO. gak peduli itu Rico artis pun. "ayo masuk, udah mereka gak usah diliatin gitu." Viona menarik tangan Vian karena masih matung aja di gerbang rumah. ngeliatin Fellen sama Rico.~~~
"kenapa kita berhenti disini ?" tanya Fellen pada rico saat Rico baru aja nyetop mobilnya di pinggiran jalan tua. Rico hanya diam, pura-pura gak denger apa yang ditanyakan Fellen. Dia meraih rokok yang ada di saku bajunya dan mulai menyalakan korek. "bisa gak jawab pertanyaan gue dan brenti ngerokok." kata Fellen tajam.
"kenapa ?" protes rico,tapi toh akhirnya dia membuang rokoknya. "Fell.." panggil Rico pelan. Fellen menoleh. "kamu tau kenapa aku ngajak kesini."
"hah ngajak ?kapan lo ngajak ?bukannya lo main nyetop mobil lo. lo bahkan gak ngajak ngomong gue sedari tadi."
"Fell, plis, bisa gak brenti lo-gue-an."
"kalo gak bisa ?" Tantang Fellen. mulai cemas. jalan tua ini mulai sepi, jam di tangannya mulai merapat di angka 7 dan 12.
"oke, kalo gak bisa. lo inget tempat ini ?" kata Rico menaikkan suaranya. yang tadi kalem menjadi agak gak kalem.
"inget. tempat pertama kita ketemu. itu yang pertama kali gue inget tiap lewat sini."
"gue juga, selalu inget lo, kalo lewat sini. sesebel apapun gue sama lo, kalo lewat tempat ini, gue pasti senyum." Deg. jantung Fellen rasanya mau loncat. skipping 300x skip saking senengnya. tapi sebisa mungkin Fellen mencoba bersikap 'biasa aja'. "Fell, gue mau minta maaf sama lo." kata Rico tanpa melihat Fellen.
"buat ?"
"semua kesalahan gue belakangan ini. buat kesalahan gue yang akhirnya buat lo terjebak dalam hukuman gila ini. gue bener-bener baru sadar soal kesalahan gue itu. gue baru sadar kalo gue udah gak sopan sama lo, kalo gue udah seenaknya sama lo." Rico menarik nafas panjang. membuka kaca jendela mobilnya. menghirup udara untuk mnyembunyikan tingkah bodohnya. "mungkin telat banget ya, gue sendiri juga heran kenapa gue baru sadar."
"..." Fellen masih terngaga ga percaya. tapi dia diem aja.
"soal gue nyium lo, itu semua akumulasi semua perasaan gue ke elo selama gue ngehindarin lo." apa lo bilang akumulasi ? tanya Fellen gak percaya. dalam hati pastinya. "akumulasi dari rasa sayang gue, rasa sebel gue, rasa cemburu gue, rasa sakit gue dan semua kangen gue sama elo. saat itu bener-bener udah di ujung tanduk." Rico menyunggingkan senyum tipis. kemudian menatap Fellen lekat. "gue bener-bener kangen sama lo, sejak pertama gue tau lo sekolah sama gue, gue pengen banget nyamperin lo, meluk lo erat. tapi gue bisa apa ? gue yang udah mutusin diri buat menjauh dari lo, dan gue terlalu gengsi buat memulai kembali, apalagi dengan kehadiran yeda. gue rasa udah gak ada harapan lagi buat balik sama lo. buat hanya sekedar nyapa lo."
"..." Fellen masih seksama mendengarkan.
"sampe gue denger, egi bilang lo ada masalah sama yeda, gue sedikit lega, seenggaknya mungkin gue masih ada harapan. paling gak, buat nyapa lo lagi dan.." rico menggantungkan kalimatnya. bingung mau nerusin apa gak.
"dan ?" Fellen mengulang kalimat Rico.
"dan akhirnya gue nyium lo itu. tapi lo akan maafin gue kan Fell ?"
"gue akan maafin lo, kalo lo anter gue ke sekolah. SEKARANG !!" Fellen sedikit berteriak saat bilang 'sekarang' sambil menunjukkan jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 07.25 pagi. Rico tersenyum tipis.
"iya iya, tapi lo juga brenti lo-gue-an lagi."
"hmm..kalo setengah 8 tepat gue udah di sekolah."
"oke. jangan teriak ya." Rico sudah bersiap ngebut. 5 menit untuk 5 km, demi Fellen.***
Tara Berjalan dengan kalap menyusuri koridor Lab. multimedia. menuju kelasnya, yang udah tinggal beberapa meter. napasnya terengah ketika membuka pintu bertuliskan 2MM1 Queendom.
"Siapa diantara kalian yang udah tau semua ini." Teriak tara lantang. semua penghuni kelas tersentak dan langsung menatap tara. serem.
"lo gak bisa gak usah teriak-teriak. budek nih bisa-bisa gue." sisca giliran teriak.
"biarin, gue gak peduli. malah lebih bagus kalian budek."
"Ra, ada apa sih ra, apa ga bisa dibicarain pelan-pelan ?" kali ini dila yang bicara, pelan.
"pelan-pelan ? kayak kalian yang pelan-pelan nusuk Fellen dari belakang ?" tara emosi.
"maksud lo gimana sih ? nusuk Fellen gimana ?" ita sekarang yang bicara.
"gak usah belaga bego deh. eh gue lupa, kalian emang udah bego ya."
"Ra, gue gak tau kenapa lo bisa kayak gini. tapi gue gak suka cara lo yang main dateng trus marah-marah gak jelas gini." Dias yang sedari tadi diem ikutan protes. tara melihat tajam ke arah dias. menurutnya, dari semua temen sekelasnya, yang paling enak dia ajak bicara ya cuma dias.
"gue mau ngomong penting sama lo." kata tara dan langsung narik tangan dias meninggalkan kelas. anak-anak yang lain cuma bisa diem, menganga dan pasrah. apalagi dengan kemarahan tara yang mirip banget sama kemarahan Fellen. mereka mulai sibuk berpikir. kesalahan apa yang kira-kira udah mereka lakukan. hingga tara yang baru aja masuk sekolah main ngamuk-ngamuk. itu juga yang sedang dipikirkan dias. dari dalam ruang kelas, para penghuni MM1 saling berpandangan sambil sesekali melihat ke jendela, melihat ke arah tara dan dias yang sepertinya serius banget.
"sorry banget Ra, gue bener-bener gak tau juga kalo anak-anak yang lain ternyata nyembunyiin ini. mereka bener-bener gak ada yang cerita ke gue."
"kalo soal kedeketan yeda sama putri, lo tau ?"
"ya tau, tapi gue gak mikir sampe segitu, gue pikir mereka deket kan gara-gara si putri ikutan PAB osis, nah, lo tau kan yeda juga anggota osis. jadi gue gak mikir macem-macem, dan soal foto itu, itu gue baru tau, dan anak-anak lain gue tanya, mereka malah gak tau apa-apa, jadi gue bingung juga Ra."
"gue percaya sama lo di, diantara semua anak-anak, gue sama Fellen percaya sama lo."
"thanks ra, tolong sampein maaf gue ke Fellen ya."
"kenapa harus disampein, ?" tara main ninggalin dias sambil tersenyum tipis. membuka dengan mantap pintu itu lagi. "gue bener-bener gak nyangka sama apa yang udah kalian lakuin. apa coba salah Fellen sampe kalian tega ngelakuin ini ? apa susahnya sih ngomong jujur sama Fellen ? kalian takut sama anak kecil itu ?"
"bukan gitu Ra, lo tau kan kita akhir-akhir ini ulangan, dan fellen juga sulit buat dihubungin. dan disaat itu putri dengan.." sisca membela diri,
"dengan senang hati menawarkan bantuan contekan ? iya ?" potong tara tajam. "yang namanya sekolah, trus ulangan itu wajar, dan apa gunanya kalian sekolah kalo kalian takut ulangan ?"
"kita gak takut, tapi kita gak siap." potong ita.
"gak siap ? makanya, kalo punya waktu itu digunain sebaik mungkin buat belajar, jangan buat pacaran aja. jangan bisanya cuma jadi parasit doank. oh, bahkan parasit aja bisa menguntungkan, tapi apa kalian ?"
"Tara bener guys, kita salah. salah dalam semua. kita gak seharusnya kayak gini, gantungin masa depan kita sama orang lain. ngehianatin orang yang udah bantu kita selama ini. nyembunyiin kebenaran." imbuh dias.
"trus kita harusnya gimana ?"
"kita harus minta maaf sama Fellen sis, apa lagi."
"hah ? minta maaf sama Fellen ? yang bener aja dias ?"
"kenapa ? kalian keberatan ?" bentak tara. "kalian gak ngerasa punya dosa sama Fellen ?"
"iya kita tau kita salah, tapi gimana kita minta maafnya ? rame-rame kerumahnya ?"
"well, kita pikirin dulu," Tara sedikit lega, seenggaknya koloni MM1 mau mengakui kesalahan dan mau minta maaf sama Fellen. Tara selalu mentolerir apapun dalam hidupnya, kecuali ketidakjujuran dan kepura-puraan. jadi tadi pagi, pas tara baru aja menginjakkan kakinya ke tanah smk 2 setelah hampir seminggu gak masuk lantaran sakit, mendengar beberapa siswa lagi asyik ngobrol tentang Fellen yang gampang banget dibegoin sama temen sekelasnya. Tara yang tadinya mau ke ruang guru buat ikut ulangan susulan langsung pindah haluan ke kelasnya. dan jadilah, wallaa..dia ngelabrak temen-temen sekelasnya.***
"Kamu bener-bener gila." Omel Fellen sambil membanting pintu mobil Rico.ngeloyor pergi meninggalkan Rico yang masih ketawa di balik kemudi mobil.ini udah kali ketiganya Fellen ngomel gitu dalam 2 hari terakhir. Fellen masih berjalan dengan cepat. tanpa menoleh sedikitpun ke Rico. Rico berangsur turun dari mobilnya.
"Hey Fell, jadi aku dimaafin kan ?" teriak Rico. Fellen cuma menoleh sinis sejenak, lalu kemudian kembali meneruskan jalannya ke kelas.
"emang lo abis ngapain dia ? sampe dia kalap gitu." seru galih yang tiba-tiba nongol dari belakang Rico.
"lo mau bikin gue kaget ?" protes rico yang emang keliatan banget kagetnya.
"lah lo kan udah kaget,sorry deh, abisnya gue perhatiin, gak biasanya si fellen jalan kayak orang abis kesurupan."
"bukan urusan lo. anak-anak pada kemana ?kok lo sendirian ?parkiran juga sepi."
"tau, udah pada di kelas kayaknya. kan mau ulangan. bikin contekan kali."
"oh, ulangan.." Rico berjalan santai meninggalkan galih. senyumnya merekah. kayak gini kali ya jadi orang pinter yang selalu belajar. kalo pas ulangan gini santaiii..gak perlu heboh. uh..untung aja gue semalem udah belajar sama Fellen, jadi mah gue santai pas ulangan gini, kayak orang pinter-pinter gitu..batin Rico.
"tuh Rico ngapain ? gak biasanya dia ngelenggang santai gitu ke kelas. mau ulangan lagi. biasanya kan dia langsung cabut pulang kalo denger kata ulangan." dion yang baru aja dateng komen. galih hanya geleng-geleng kepala. dia sendiri heran. gak biasanya Rico berangkat sekolah on time. tapi udah hampir seminggu ini dia on time mulu. kesannya BUKAN RICO BANGET.***
"perasaan udah mau masuk kelas, tapi kok masih sepi aja." gumam fellen yang baru aja masuk kelas dan mendapati kelasnya sepi. Fellen berjalan pelan menuju bangkunya saat tiba-tiba seonggok kaki menghalangi jalannya dan nyaris aja jatuh. "Sialan, lo mau bikin gue jatoh." umpat Fellen pada si pemilik kaki, yang tak lain adalah yunita. cewek yang belakangan ini dengan bangganya mendeklarasikan dirinya sebagai musuh Fellen.
"iya kenapa ?lo gak suka ?" yunita langsung nyolot.
"gak ada orang di dunia ini yang suka sama yang namanya jatoh."
"oh ya ?gue gak tuh."
"iya karena lo bukan orang."
"heh, gue udah peringatin lo ya dulu, jauhin RICO. tapi kenapa lo sekarang malah deketin dia ?"
"apa urusannya sama lo ?bukannya lo udah punya pacar ? dan bukannya lo dulu bilang lo gak suka sama Rico ?"
"iya emang, tapi gue gak suka ya lo deket-deket sama Rico. lagian lo itu siapa sih ?istimewa banget buat Rico."
"lo siapa sih ?mau tau banget urusan gue sama Rico ?" cibir fellen, karena Fellen bisa liat dengan jelas banget kalo si yunita ini naksir parah sama rico.
"lo kalo gue udah nanya jangan balik nanya. jawab aja apa susahnya sih. lo itu siapanya Rico ?"
"lo itu kalo bego dan gak peka itu jangan dikembangbiakkan dong. emang selama gue disini, lo masih gak bisa nyimpulin gue siapa?"
"LO !!!" kali ini yunita marah banget. gimana gak ?orang mana coba yang gak marah dikatain bego. fellen emang kadang-kadang keterlaluannya parah banget deh. "liat aja lo, gue pastiin kali ini, cepet atau lambat, lo bakalan dijauhin sama Rico. kali ini gue gak main-main."
".." Fellen diem. jujur dia risih banget sama ni anak. pengen banget rasanya dia ngejambak rambut yunita. trus digunting-gunting dan dibakar. "terserah lo deh. sekarang lo minggir. ini bukan kelas lo kan ?jagain tuh si Rico lo itu." Fellen mendorong yunita. berangsur ke bangkunya. yunita tersenyum sinis. entah kenapa yunita benci banget sama cewek yang berhubungan sama Rico. dia emang gak begitu berharap buat jadi pacarnya rico. tapi kalo ada cewek yang lagi deket sama Rico, rasanya dia pengen banget memusnahkannya.***
Suara gaduh kembali menggema di 2MM1 queendom. yup..sama kayak sebelumnya, kalo udah gaduh gini pasti lagi jam kosong. tapi meskipun gaduh, kali ini suasananya serius. serius banget kayak rapat DPR MPR. no jokes. no laugh. Tara menyingsingkan lengan seragam khas multimedianya. menghapus keringat yang tiba-tiba aja netes dari hidungnya. itu keringat apa ingus coba ?
"jadi kita semua udah tau kan. Fellen masuk pagi, jadi kita semua besok minta maafnya pagi aja. kita ke SMKTI, ngumpulnya di tempat biasa aja. kosnya Mia."
"gue sih setuju aja ra, minta maaf ke Fellen. tapi apa gak sebaiknya kita kesana pas siang aja ?" usul Dias.
"emang kenapa kalo pagi ?" tara kembali ngebentak.
"Ra emang lo gak bisa ga usah bentak-bentak ?" protes yeda yang ternyata ada di dalem kelas. yeda yang tadinya tidur-tidur manja kerana ngantuk berat langsung kebangun gara-gara kaget denger suara lantang Tara.
"lo sejak kapan disana yed ? lo udah daritadi disana ?" tanya tara. kasian banget dia ngeliat yeda. penampilannya gak beda jauh sama pas pesta musik beberapa minggu lalu. BERANTAKAN.
"yang bener gue gak pulang sejak kemaren. cuma saran. bener katanya dias, mending kalian minta maafnya ke Fellen pas siang aja, jam 11-an SMKTI pas istirahat. kalo pagi, jam 6 atau jam 7, terlalu mepet. Fellen juga belum tentu udah dateng. trus kalopun udah dateng, dan kalian bisa minta maaf, abis itu, jam 7 sampe nunggu sekolah kita masuk, kalian mau ngapain ?balik lagi ke rumah ? pada gak sadar kalo rumah kalian jauh-jauh semua ?bensin mahal tauk. atau emang pada mau ikutan gue PAB osis jurnalis ?" kata yeda panjang lebar sambil ngantuk. nyelonjorin kepalanya di bangkunya. Tara dan yang lain melongo. ini yeda nglindur ato gimana nih ?
"nah, bener tuh kata yeda ra. mending siang aja. daripada kita nganggur gak jelas sampe jam 1." Siska mengamini. begitu juga yang lain.
"sama sekalian tuh, bawain dia jajan ato kue, ato apa gitu. pasti seneng banget dia kalo dibawain makanan." yeda kembali bersuara. dan masih sambil nyelonjorin kepalanya di bangku. kali ini dia melek, gak merem kayak yang tadi. dia mengingat, gimana dulu tiap dia nyamperin fellen pas jam istirahat, trus dibawain makanan, Fellen langsung senyum-senyum manjah. yeda maniak banget sama senyum fellen pas itu.
"yaudah, kita kesana siang. gue bawain Fellen lemper." siska berkata mantap.
"oke, kalo gitu gue bawa dadar gulung sama lumpia aja, buatan mak gue." sahut ita semangat.
"emm..gue bawain citato aja, ngambil di toko bu kos gue." mia ikutan.
"nah, gue bawain pisang coklat aja kalo gitu. di tempatnya bu kantin kan banyak." dias gak kalah semangat.
"oke, dil, lo bawain Fellen pisang goreng, trus bakwan langganan kita ya. Nita, lo bawain Fellen tahu isi sama bolu ya. trus mega, lo jangan lupa, bawain Fellen kwaci. kadang kan dia ngehamster gitu." tara mulai memerintah para prajurit 2mm1 queendom. "biar gue bawain Fellen roti lapis sama burger."
"jangan lupa, bawain Fellen minum juga, bisa mati keseretan dia makan mulu gak ada minum." komen yeda. menganga gak percaya. ini sebenernya mereka mau minta maaf atau mau dagang di pasar sih ?gumam yeda.***
"seriusan Fell lo tadi diancem lagi sama yunita ?" untuk ketiga kalinya bela bertanya pada fellen pertanyaan yang sama. Fellen yang tadinya sabar udah mulai emosi. udah dijawab hem ham hem sama Fellen, eh si bella tetep aja nanya. udah gitu nanya pertayaan yang sama lagi. bikin kesel aja
"iya bella." fellen sedikit berteriak sambil menutup buku geografinya. terlihat bu penjaga perpus melototin Fellen.
"pelan aja Fell, ini di perpus, bukan di lapangan. jadi dipelototin kan sama bu perpus."
"ya abisnya lo nanya itu-itu mulu. ini juga kan gara-gara lo gak bilang ke gue kalo jam pertama di lab, gak di kelas. jadi deh gue ketemu sama yunita."
"lah gue kira lo udah tau. jadi ya gak gue sms, maaf deh. tapi lo gak diapa-apain kan sama dia ?maksud gue, lo gak diKdrt-in kan sama yunita ?"
"gue gak apa kok. gue heran deh sama sekolah ini. masih aja ada geng-geng gak jelas. sorry bukan maksudnya ngejelekin sekolah ini bel, gue cuma mikir aja, mending kalo sekolah ini tuh gede, megah, mewah, main geng-geng_an gue masih bisa nrima. lah ini, sekolah kecil kayak SD aja, sok-sok an ngeGeng segala."
"gue aja Fell, juga jeran, mending kalo mereka pada cantik-cantik, the softgirl, masak yang cantik cuma seli aja, seli juga udah pindah sekolah kan."
"gengnya ada namanya ?bener-bener gak masuk akal." Fellen kembali tenggelam dalam buku geografinya. sementara bella masih menerawang. kembali mengingat kalo dulu sebenernya dia juga pernah menjadi anggota geng-nya yunita. tapi lebih memilih resign karena gak kuat dengan gaya hidup yunita cs yang suka pulang malem dan belanja hal-hal gak jelas. makanya bella sekarang lebih milih solo karir. tanpa geng, tapi masih punya banyak temen. dan dia bersyukur banget keluar dari geng itu, kalo dia masih satu geng sama yunita, trus fellen disini, dia pasti ikutan dibenci sama Fellen, dan bella pasti gak bakalan kenal sama egi. "heh, bengong aja." fellen menowel bahu bella. sontak bella kaget. "ke kelas yuk. udah mau bel."
"hah ? tapi kan kita belum ke kantin ?"
"lah kan lo barusan makan. masak udah laper lagi ?" dan Fellen main ngegelandang tangan bella, meninggalkan perpustakaan yang sempit banget itu. Egi yang tiba-tiba aja muncul main nggandeng tangan Fellen. otomatis aja Fellen kaget dan brenti. melihat siapa yang beraninya ngegandeng tangan Fellen. "lo bikin gue syok aja sih Gi bisanya. apaan ini, main ngegandeng lagi, emangnya gue nenek-nenek yang mau nyebrang jalan apa ?" omel Fellen, melepas tangan egi. bella cemberut ngelihat Fellen dan egi berantem.
"kalian berantem mulu kenapa sih ?" komen bella sambil masih cemberut.
"tau nih egi, tiap ketemu, bawaannya pengen gue cakar." Fellenpun siap mencakar egi.
"ini pada kenapa sih ?orang gue cuma mau nebeng ke kelas doang." egi membela diri.
"iya, tapi gak usah pake gandeng-gandeng gue kan bisa."
"ya sorry Fell, gue ada perlu nih sama lo. ikut gue bentar." egi main ngegelandang Fellen. "sorry bel, fellen gue pinjem dulu." dan baru beberapa langkah aja egi ngegelandang Fellen, dia udah...BRUKK..nabrak orang. and...orang itu RICO. menatap egi tajam. terkesan gak suka banget. "minggir lo, gue ada urusan." entah sadar atau gak egi bilang gitu sama Rico. bentak lagi. Untung aja Rico juga lagi ada urusan, jadi gak murka. fellen yang jadi korban, cuma diem aja. takut kalo rico marah. dan tapi ternyata tidak.
"lo juga minggir, lo pikir lo doang yang ada urusan." Rico berjalan santai. meninggalkan egi dan fellen. melewati bella yang berdiri cemberut beberapa langkah dibelakang egi dan Fellen. urusan apa ? fellen berpikir keras. kelihatan urusannya penting banget. kayak menyangkut hidup dan mati. "eh tunggu." Rico kembali menghamipri Fellen dan egi. "Gi, lo ntar pulang naik apa ?" tanya Rico.
"naik motor lah .kenapa tanya-tanya ?"
"Rumah lo mana ?"
"Jalan kejaksaan."
"barengin orang gak ?"
"gak, tapi ntar gue ke sekolah gue dulu,"
"yaudah ntar lo anterin Fellen pulang ya. gue ada urusan." kata Rico datar tanpa melihat Fellen dan langsung lari. "thanks" teriaknya disela larinya.
"bahkan gue belum ngejawab iya lo." egi rupanya syok. Fellen malah lebih syok.
"gimana bisa dia gitu. seenaknya banget." Fellen kesel. "kalo lo gak bisa, gue bisa minta jemput yeda kok." kata Fellen sekenanya. "bentar. apa barusan gue nyebut nama yeda ya ?"
"iya. gue hampir aja mau tanya, apa lo balikan sama yeda ?eh lo.nya udah nyadar."
"ah..kacau nih gue. kalo misal lo gak bisa, gue bisa minta jemput kakak gue atau tara gitu."
"udah bareng gue aja, gue gak apa kok." egi nerusin ngegelandang Fellen. ada hal pentiiiing banget yang pengen egi tanyain ke Fellen. gak hanya menyangkut masalah hidup dan mati. tapi masalah hidup dan mati dan hidup dan mati lagi.***
Tara gak ngerti kenapa bisa seseneng dan sesemangat ini pas ngerjain ulangan matematika. udah gitu dia ngerjain ulangannya di ruang guru lagi. mungkin gara-gara dia abis dapet sms dari unknown number tadi. yang isinya nawarin nganter dia pulang sebagai permintaan maaf karena kemaren udah gak sengaja nabrak tara. senyum tara makin mengembang. soal-soal integral yang lagi dia kerjakan berasa kayak soal 1+1 baginya.
"bisa ngerjain soalnya ?" seru seorang cewek. lebih ke meledek sih, tapi bukan guru. soalnya di ruang guru cuman ada 1 guru piket dan guru itu cowok yang duduk nan jauh dari tempat tara berada. Tara menoleh, mendapati putri berdiri di sebelahnya dengan tatapan menghina. lah ini anak kapan datengnya coba ? batin tara. menyembunyikan kekagetannya. "yakin tuh soal yang lo kerjain bener semua ?"
"gue lagi gak mood ya buat matahin tangan orang. so please go away. !!" tara masih berkutat dengan lembar jawaban matematikanya.
"gue bisa bantu lo kok bikin nilai ulangan lo itu 100."
"oh ya, dan sorry, gue gak butuh bantuan lo."
"yakin..??temen sekelas lo barusan sms gue, suruh bantuin lo ujian susulan." Putri kembali dengan senyum menghina. tara menghela napas. rasanya dia pengen banget matahin tangan ini anak. tapi dia harus nahan emosinya. dia bener-bener gak mau ngerusak mood bahagianya. jarang banget dia bahagia gini.
"gue udah bilang, gue lagi gak mood buat matahin tangan orang, jadi please banget lo pergi. atau lo emang berharap gue terjunin lo dari lantai 3 ?"
"gak usah sok deh lo. gue tau lo gak sepinter yang lo tunjukin. lo itu gak ada bedanya sama temen-temen lo.parasit !!"
"heh." tara bangkit dari duduknya. mendorong putri. "lo salah kalo lo mikir gue sama kayak yang lain. inget baik-baik ya, gue bukan penjilat kayak yang lain.gue juga bukan manusia murahan kayak lo.gue, oke gue gak pinter-pinter amat.tapi seenggaknya moral gue jauh lebih baik dibanding lo." kata tara tajam. mengambil kertas ulangannya dan menyerahkan ke guru piket. dia bener-bener gak mau ngerusak mood bahagianya dengan ngeladeni cewek ngeselin sejenis putri. putri masih terdiam di tempatnya. dia masih memikirkan kata-kata tara barusan. rasanya menusuk banget ke jantungnya. lebih sadis dari Fellen.***
Pikiran fellen masih sibuk dengan sikap rico tadi. dan itu bener-bener membuat Fellen gak konsen di pelajaran bahasa indonesia-nya bu rini. gimana bisa rico gak ngajak ngomong Fellen padahal jelas-jelas Fellen ada di depannya. emangnya Fellen pas tadi invisible apa?udah gitu gelagat Rico, gelisah banget kayak lagi nunggu orang lahiran aja. Fellen terus mengomel dalam hati. bella yang duduk di belakang fellen menowel Fellen pelan.
"fell, nyonto nomer 3 dong ?" bella berbisik. Fellen main ngasih buku catetannya pada bella.
"Fellen." panggil bu rini.
"iya bu."
"bisa keluar sebentar ?ibu mau bicara." kata bu rini serius. keluar kelas. diikuti fellen yang juga keluar kelas.
"ada apa ya bu ?"
"barusan saya ada sms, katanya Rico gak ada di kelas. kamu tau dia dimana ?"
"di toilet ada gak bu ?" tanya fellen polos. jujur Fellen masih mikirin yang tadi itu. jadi dia ngomong sekenanya.
"dia gak ada di kelas sejak jam pelajaran ke 4 Fellen, dan katanya, dia terakhir kelihatan ngomong sama kamu. dan egi." Fellen mulai sadar.
"oh iya bu. tadi emang sempet ketemu, tapi dia gak ngajak ngomong saya bu, liat saya aja ogak. bikin emosi gak itu bu. emangnya saya ini gak nampak apa?..." dan bla bla bla...Fellen malah cerita sama bu Rini.***
"akhirnya..lo dateng juga Men, gue kirain lo gak dateng." seru mario begitu melihat Rico turun dari mobilnya.
"gue pasti dateng, gue bukan pengecut. tenang aja, gue pasti ada buat bantuin lo. apa lagi dalam masalah kayak gini." senyum rico merekah. sembari salaman dan tos tos ala cowok. "mana yang lain ?"
"mereka ada di tempat lawan. buat ngasih kode. 10 menit lagi mungkin. lo siap ?"
"siap lah..tapi apa tempat ini gak terlalu rame ?" Rico melihat sekeliling. yupp.sekarang dia berada nan jauh dari kota. 35km jauhnya dari peradaban SMKTI. di sebuah jalanan yang terbengkalai. dengan beberapa rumah tua bergaya tionghoa - belanda. yang Rico yakini sudah gak ada yang menempati. tapi lumayan rame karena di dekat sana lagi ada proyek.
"emang lo mau kita ke kuburan ? gue gak apa sih, malah lebih bagus. bisa langsung kita kubur idup-idup. ada kok kuburan deket sini. tinggal belok kanan aja, paling gak sampe semenit nyampe kalo pake mobil lo." jawab mario polos.
"lo itu, tampang lo aja preman, tapi perangkat lunak lo jangan dibikin bener-bener lunak donk. heh, masa depan gue mungkin emang bakalan surem, tapi gue gak mau jadi tukang gali kubur juga."
"ya abis kata lo di sini rame, ya gue kasih pencerahan tempat yang lebih sepi dari ini."
"jadi sebenernya lo ada masalah apa sih ?" Rico kembali teringat tujuan mario memintanya kesini. tadi dia ditelpon mario, katanya hidupnya lagi dipertaruhkan. jadi Rico langsung tancap gas ke TKP.
"jadi gini, temen sekelas gue, ceweknya sering digangguin sama anak sekolah sebelah, yaa..."
"bentar, kita gini cuma gara-gara cewek ?" potong Rico.
"bukan, temen sekelas gue sekarang lagi koma gara-gara anak sekolah sebelah nabrak dia."
"itu mereka ?" tanya Rico begitu melihat gerombolan cowok bermotor dari kejauhan. "you ready ?"
"damn, yes." Rico mulai bersiap. begitu juga mario. membuang rokok yang baru aja mau dia bakar.***
Fellen masih berdiri mematung di gerbang SMKTI. perutnya udah mulai konser. tenggorokannya berasa kayak sawah yang kena kemarau panjang. tandus banget. sempet nyesel tadi dia nolak tawaran egi sama dion pulang bareng. jadi deh dia terlantar gini, mana dia gak bawa hape. alamat berakar sampe malem.
"loh, Fellen kamu belum pulang ?" tanya bu Rini dari dalam mobil.
"loh bu Rini juga belum pulang ?" tanya Fellen balik, mulai dengan keOonanya. maklum, kalo lagi laper kan jadi gak konsen.
"Rico masih belum balik ? kamu udah sms dia ?"
"belum bu, saya gak bawa hape mau sms dia."
"yaudah ibuk anter pulang aja. biar nanti ibuk yang tegur dia."
"gak ngerepotin bu rini ?"
"gak, sekalian ibuk mau cerita-cerita sama kamu." belum juga disuruh bu rini masuk mobil Fellen udah main berhamburan membuka pintu mobil bu rini.
"bu ada minum gak ? saya haus banget...." ****
Egi masih duduk diam di bangku taman SMK2. di sampingnya ada Tara juga melakukan hal sama. duduk diem sambil nunduk. sesekali menoleh pada egi. dan senyum malu-malu setiap egi juga gak sengaja menoleh pada Tara. tara bener-bener bingung mau ngapain. 4taun menjomblo bikin dia lupa caranya pdkt sama cowok.
"ehm..lo, udah nunggu lama ?" celetuk egi akhirnya.
"lah, gak salah ? kan lo yang nungguin gue."
"oh iya lupa..udah makan ?" egi sambil cengingisan.
"udah dari dulu dulu lah, kalo aku gak makan, aku kena busung lapar donk."
"hahaha..iya juga sih..makan lagi yukk.laperr.." dan egi kembali, main ngegelandang. tapi kali ini yang digelandang Tara, cewek yang akhir-akhir ini suka gentayangin pikirannya. udah kayak hantu aja.***
"Fell, kamu gak ngecek hape kamu ?" tanya Viona di tengah makan sorenya. gara-gara hamil tua jam makan malamnya di ajuin,soalnya diatas jam 6 dia udah ngantuk parah.
"emangnya hape aku kenapa mbak ?" fellen masih melahap ayam kecapnya.
"daritadi itu bunyi-bunyi terus. sampe pusing dengernya." sahut Vian.
"oh..iya lupa..mana hapeku sekarang ?"
"ya tuh, kamu colokkin di depan kamar mas vian."
",,," Fellen langsung ngibrit menuju hapenya yang seharian lebih dia lupakan.
"kenapa gak disilent aja sih kalo ditinggal Fell ?" saran Viona. tapi gak digubris Fellen. Fellen masih tekun membuka satu-persatu sms yang menuhin inboxnya. bagitu juga dengan missed call list yang berjumlah 57.
"fell, dari siapa aja Fell..??" Vian pengen tau banget. tapi Fellen malah berangsur menuju kamarnya.
"loh, makannya gak dihabisin ?" seru vian ..
"gak napsu." brakk..fellen membanting pintu kamarnya.
"lah, tu anak kenapa ?" Vian bengong..begitu juga Viona.***
--Fell km dmn?knp g'jwb tlp n smsku?--
--Fell,ak ad prlu,km ntar pulg mw nggu ak ga?jam 4an?--
--Fell,bls knpa sih?pulsa abis ?--
--ah elah,angkt kek tlponnya :@--
--batre sm pulsa lo abis ya ?--
--Isi ulang Rp.25000 sukses...--
--barusan gue isi pulsa--
--Ok klo lo ga mau bls,gw tw lo msh marah.--
--trsrah lo deh,gw nylesein urusn gw.--
pikiran Fellen kembali kacau abis baca sms-sms dari rico di atas. ada lagi sms dari egi, dari Tara, dari dion..banyak banget dah yang sms dia. tapi kira-kira Rico ada urusan apa sih ?penting banget gitu ya ?
"ah..kenapa ini tadi gue gak bawa hape sihhh.." plutaakk..dan Fellen membanting hapenya ke kasur dan hape itu mendarat tepat di atas laptopnya. jadi deh suaranya plutakk. fellen mendadak teringat kata-kata bu rini tadi. kalo rico pernah nyaris di keluarkan dari sekolah gara-gara tawuran. parahnya, musuh tawurannya pada rontok giginya. sejenak fellen kagum. bisa gitu dia ngerontokkin gigi. kirain bisanya cuma ngerontokkin hati gue doang. gumam fellen.
"feeeelll.." teriak viona dari luar kamar.
"iyaa..what's going on ?" sahut Fellen gak kalah teriaknya.
"buka kek pintunya." komen Vian pelan, tapi Fellen denger.
"what's going on ?" tanya fellen sok serius sesaat setelah membuka pintu.
"sok bule. mbak sama mas vian mau ke dokter, periksa dede bayi..kayaknya mau keluar nih."
"oke..ikut boleh ga ?" Fellen meringis.
"kamu di rumah aja, tadi mas delivery pizza. jangan dimakan sebelum mas dateng tapi."
".." Fellen nyengir. "okelah, ati-ati ya.." Fellen kembali membanting pintunya. merebahkan badannya ke kasur. kembali tenggelam dalam pikiran kacau.***
"Gi, itu rame-rame lagi ada apaan ?" tanya tara ditengah acara pulang dianter egi. egi menghentikan motornya.
"sebelah mana ?"
"depan itu lohh.."
"gak tau, perasaan tadi sepi-sepi aja kan ?"
"jangan-jangan ada tawuran ?" tara mulai panik. meskipun galak, dia ngeri banget kalo ada tawuran.
"kayaknya sih gitu Ra, ngapain coba mereka main pentung-pentungan gitu kalo gak lagi tawuran ?"
"yaudah kalo gitu kita brenti dulu di sini ya. gue takut." tara turun dari motor egi. terduduk nglepos di trotoar jalan raya yang emang lagi sepi banget. sebenernya ini bukan jalan pulang yang biasanya Tara lewati. gak tau kenapa Tara pengen aja lewat sini. eh malaahh...
"GOsssshhh.."seru egi begitu melihat salah satu peserta tawuran yang abis menendang muka lawan eh malah kena pukul dari belakang. pake pentungan hansip lagi.
"lo kenapa gi ?"
"whaaaatt ?" seru egi lagi. syok berat begitu ngelihat jelas wajah cowok yang tadi itu. well..
"gi lo kenapa sih ?" tara makin panik.
"lo lebih baik tunggu disini. kayaknya gue kenal..." egi main lari ke arah tawuran.***
--maaf Rico,tadi aku gbw hp,kn aku udh blg jg tdi.aku ga mrh,udh ak maafn kok.tdi kmu kbur kmna?bu rini marah nih,kita dhkum lgi suruh buat kliping ttg narkoba.klo urusan kmu udh,jngn lpa ksini ky biasa.bwa koran ya,soalny aku gabisa beli,drumah sndiri.--
--oh ya, ati-ati dijalan.n jangan malem-malem.ujan.--
sms Fellen panjang lebar pada rico. tak lama kemudian hapenya bunyi, 1 new message. Rico
--Okey, see u :)--***
"gue udah bilang gue gak apa-apa." bentak rico pada egi. "mending lo anter tuh cewek pulang. gak usah ikut campur masalah orang lain." lanjut rico sambil masih memegangi kepalanya yang berdarah.
"lo yang gak usah ikut campur masalah orang lain." egi balik membentak. "lo pikir lo itu siapa?problemsolver? dan kalopun iya, harus gitu pake acara tawuran ?" omel egi. udah kayak ibuk yang ngomelin anaknya.
".." Rico diam, menatap egi tajam. "lo pulang aja. thanks tadi udah nganter fellen." rico berlalu, sudah siap berjalan ke arah tawuran.
"Fellen gak pulang sama gue tadi !!!" seru egi. langsung membuat rico menghentikan langkahnya. berbalik ke arah egi. sambil sesekali meringis memegangi pelipisnya yang terus berdarah.
"maksud lo ?"
"dia gak mau pulang bareng gue."
"kenapa gak lo paksa ?"
"lo tau gue gak bisa maksa cewek. apalagi jelas-jelas dia gak mau sama gue."
".." rico diam sejenak. barusan Fellen sms dia, berati kan dia udah di rumah. masalahnya, Fellen pulang sama siapa? jelas banget fellen tadi gak bawa hape.Apa jangan-jangan Fellen pulang...
"dan..sampe gue lewat sana tadi fellen masih berdiri matung di gerbang. nungguin lo." seru egi.
"tapi dia udah dirumah." jawab rico singkat, kembali berjalan pelan menuju arah tawuran.
"gue udah manggil polisi." seru tara yang main nongol, berdiri tepat di depan rico.
"apa lo bilang ?"
"lo gak denger ?gue udah manggil polisi. kalo lo emang masih waras, masih pengen ngeliat wajah temen gue besok, masih pengen dengerin suaranya,dan masih peduli sama perasaannya, mending sekarang lo pulang, lo udahin ikut campur masalah orang-orang gak jelas macam mereka." tara mengulurkan kunci mobil Rico. lah, kapan ni anak ngambil kunci mobil gue, batin rico sambil mencari-cari kunci mobilnya di saku calan dan bajunya. "dan juga kalo lo emang bener-bener masih peduli sama fellen, samperin dia kek." Tara berlalu, menuju egi yang udah siap dengan motornya.***
Fellen terduduk lesu di ruang tamu. kepalanya bersandar pada kaca jendela yang mulai basah karena air hujan yang terbawa angin. kedua matanya terpaku pada gerbang rumahnya. udah sekitar dua jam fellen menatap kosong gerbang rumahnya. menunggu mas-mas yang nganter pizza dateng. juga nunggu Rico yang malah gak ada kabar setelah sms smile dan kiss pada Fellen.
"laper.." kata fellen lirih. "nyesel tadi makan soreku gak aku abisin. mana ujan deres,suruh nungguin mas pizza gak dateng-dateng." Fellen mengalihkan pandangannya pada kertas hvs, lem, spidol dan gunting yang berserakan di meja ruang tamu. "harusnya gue kerjain aja deh ini daritadi. ngapain coba nunggu rico. paling juga dia sama si brenda. huh, ngeseeliiiiiiiiiinnn." omel fellen.
--ting tung-- --tok tok tok tok tok tok-- Fellen berjalan kesal menuju pintu. udah di rumah sendiri, laper, dingin gegara ujan, gak sabaran banget lagi tuh yang namu.
"night beautiful,," sapa Rico ramah sambil mengeluarkan senyum manisnya. manissss banget...
"..." Fellen bengong. lebih ke menganga gak percaya akan apa yang dia lihat saat ini. napasnya terasa berat. nyesek lebih tepatnya. Rico. basah kuyub kehujanan. tas ransel yang dicangklong sebelah. tangan kirinya menempel pada tembok sementara tangan kanannya membawa kresek putih transparan yang isinya koran bekas banyak banget. Rico masih tersenyum manja pada Fellen. bentar, tangan kiri  rico gak lagi nempel pada tembok, tapi pada pelipis kepalanya. dan apa itu merah-merah yang netes. bentar kenapa pula seragamnya kotor banget gitu.
"hey, ..." cupp..riko main ngecup kening Fellen. ya abis tangannya repot banget mau nowel bahu fellen. "ga usah bangong, gak boleh masuk ni aku ?"
"..." Fellen malah tambah bengong abis dicium rico. "kamu abis ngapain.?" tanya fellen akhirnya. pipinya udah panas. ya, air mata fellen mulai jatuh. "kenapa kamu berdarah gitu ?" fellen masih nangis. "kkammu.." belum selesai fellen berkata rico udah main memeluk fellen.
"I'm okay, I'm sorry if I'm scared you." kata rico pelan. melepas pelukannya. "yuk buat kliping." rico main ngegelandang fellen masuk. ini rico ketularan egi nih main ngegelandang sukanya.
"Rico tunggu." seru fellen. mau gak mau rico berhenti. dia udah menyiapkan alasan kalo misal dia ketauan fellen tawuran. "copot gih baju kamu." suruh fellen sambil menghapus air matanya.
"apa ?" rico melotot."copot baju.?"
"hey, kamu gak lagi berharap masuk angin, supaya besok kamu bolos kan ?" tanya fellen sinis.
"emang kenapa kalo aku pake baju ini ?" Rico bertanya polos.
"gak apa-apa, tapi please ya rico, baju lo itu basah. diem disitu.gue ambilin baju ganti.awas kalo lo gerak dan sampe bikin karpet kakak gue basah." ancem fellen, berlalu mengambilkan baju ganti.
"lah fel, kenapa jadi lo gue lagi sih." protes rico.
"gausah protes."***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar